Pemain Keturunan Indonesia di FIFA 22
score.co.id – Sepak bola Indonesia kini tak hanya bergelora di lapangan hijau, tapi juga di dunia virtual melalui FIFA 22, game yang jadi favorit jutaan penggemar olahraga reyot ini. Di antara ribuan pemain yang ada di game besutan EA Sports ini, ada kebanggaan tersendiri melihat nama-nama pemain keturunan Indonesia bersinar. Mereka bukan cuma avatar digital, tapi juga cerminan potensi nyata yang bisa membawa Garuda mengguncang dunia. Dari gelandang tangguh hingga bek muda penuh harapan, artikel ini bakal membahas daftar lengkap pemain keturunan Indonesia di FIFA 22 serta bagaimana karir mereka berkembang hingga 2025. Siap menyusuri perjalanan mereka? Yuk, kita mulai!
Mengapa Pemain Keturunan Penting untuk Indonesia?
Sepak bola modern tak lagi soal batas geografis. Pemain keturunan membawa darah Indonesia ke pentas global, memperkaya talenta tim nasional dengan pengalaman dari liga-liga top. Di FIFA 22, kehadiran mereka jadi bukti bahwa Indonesia punya tempat di panggung dunia, meski kadang cuma di layar konsol. Nama-nama seperti Marc Klok atau Elkan Baggott bukan sekadar gimmick, tapi simbol ambisi sepak bola tanah air untuk naik kelas. Mereka membawa gaya bermain Eropa, disiplin taktik, dan mental juara yang bisa menginspirasi pemain lokal. Lebih dari itu, di game, mereka jadi jembatan untuk penggemar muda mengenal potensi besar Garuda.

FIFA 22: Panggung Virtual untuk Talenta Indonesia
FIFA 22 bukan cuma permainan, tapi cermin dunia sepak bola pada 2021. Rating pemain di game ini dibuat berdasarkan performa nyata, jadi kehadiran pemain keturunan Indonesia di sini menunjukkan pengakuan global. Dari Persib Bandung sampai klub Eropa, mereka direpresentasikan dengan statistik yang mencerminkan kemampuan saat itu. Tapi, dunia nyata bergerak cepat. Sejak game ini rilis, banyak pemain yang melesat, pindah klub, atau jadi tulang punggung timnas. Bagian ini bakal menggali siapa saja mereka dan bagaimana posisi mereka di FIFA 22 membuka jalan untuk karir cemerlang hingga 2025.
Marc Klok: Maestro Lini Tengah Persib
Di FIFA 22, Marc Klok muncul sebagai gelandang Persib Bandung dengan rating sekitar 68-72. Posisi CM-nya mencerminkan kemampuan mengatur tempo dan visi bermain yang tajam. Pria kelahiran Belanda ini sudah dinaturalisasi sejak 2020, dan di lapangan nyata, dia jadi jantungan permainan Persib. Hingga 2025, Klok tetap jadi pilar. Musim 2023-24, dia bawa Persib juara Liga 1, bukti kepemimpinannya tak pudar. Di timnas, 21 caps dan 4 gol hingga Maret 2025 menunjukkan dia bukan cuma pemain klub, tapi juga aset nasional. Performa stabilnya bikin rating FIFA-nya pasti naik di edisi baru.
Sandy Walsh: Bek Serba Bisa Menuju Jepang
Sandy Walsh hadir di FIFA 22 sebagai bek kanan KV Mechelen dengan rating 69. Kemampuannya bermain sebagai RB atau CB memberi warna pada permainan virtual. Fast forward ke 2025, Walsh bikin gebrakan dengan gabung Yokohama F. Marinos di J1 League. Langkah ini bukan cuma soal gengsi, tapi juga menunjukkan ambisinya bersaing di liga Asia yang kompetitif. Di timnas, 20 caps dan 2 gol hingga Maret 2025 jadi bukti kontribusinya. Dari Belgia ke Jepang, Walsh menunjukkan bahwa pemain keturunan bisa punya karir global tanpa melupakan akar Indonesia.
Shayne Pattynama: Kilat di Sisi Kiri
Sebagai bek kiri Viking FK, Shayne Pattynama punya rating 62 di FIFA 22. Statistiknya mencerminkan kecepatan dan ketangguhan bertahan, meski masih muda. Hingga 2025, Pattynama pindah ke Eupen di Belgia, bukti dia terus naik level. Di timnas, 11 caps dan 1 gol hingga November 2024 menunjukkan dia jadi andalan di sisi kiri. Perkembangannya pesat, dari Norwegia ke Belgia, bikin dia jadi salah satu pemain keturunan yang paling dinanti kiprahnya. Jika FIFA 25 rilis, rating-nya pasti melonjak berkat performa konsisten.
Elkan Baggott: Benteng Muda dari Ipswich
Elkan Baggott, bek tengah Ipswich Town, punya rating 55 di FIFA 22. Angka ini wajar untuk pemain muda yang baru merintis karir. Tapi, di dunia nyata, Baggott menunjukkan potensi besar. Hingga 2025, dia sudah dipinjamkan ke Gillingham, Cheltenham, Bristol Rovers, dan kini bermain di Blackpool. Pengalaman ini bikin dia matang sebagai bek. Di timnas, 24 caps dan 2 gol hingga Februari 2024 menegaskan statusnya sebagai masa depan pertahanan Indonesia. Posturnya yang jangkung dan kemampuan duel udara jadi senjata utama yang bikin dia menonjol.
Victor Igbonefo: Veteran yang Tak Lekang Waktu
Victor Igbonefo tampil di FIFA 22 sebagai bek tengah Persib dengan rating sekitar 74-78, salah satu yang tertinggi di antara pemain lokal. Pengalamannya di Liga 1 tercermin dalam statistiknya. Hingga 2025, Igbonefo tetap jadi pilar pertahanan Persib, meski usianya tak lagi muda. Kontribusinya di timnas memang terhenti sejak 2021, tapi di klub, dia masih jadi panutan. Karirnya menunjukkan bahwa pemain keturunan tak selalu harus muda untuk punya dampak besar di sepak bola Indonesia.
Ezra Walian: Fleksibilitas di Lini Depan
Dengan rating 60-67 sebagai LM di PSM Makassar, Ezra Walian di FIFA 22 menunjukkan kemampuan serba bisa. Dia bisa main sebagai penyerang atau gelandang serang, fleksibilitas yang berharga. Hingga 2025, Walian pindah ke Persik Kediri dan terus berkontribusi di Liga 1. Sayangnya, caps terakhirnya di timnas ada di 2021, tapi di level klub, dia tetap jadi pemain kunci. Perjalanannya menunjukkan tantangan pemain keturunan untuk konsisten di level internasional, tapi potensinya tak bisa diremehkan.
Ilija Spasojević: Mesin Gol yang Pindah Jalur
Ilija Spasojević, striker Bali United di FIFA 22, punya rating 68-72. Kemampuan finishing-nya jadi sorotan di game. Tapi, di 2025, dia bikin keputusan mengejutkan dengan gabung Bhayangkara di Liga 2. Sebelumnya, dia sempat jadi top skor Liga 1, bukti ketajamannya. Di timnas, kontribusinya berhenti di 2023, tapi pengalamannya tetap jadi inspirasi. Pindah ke Liga 2 menunjukkan dia masih haus tantangan, meski di level berbeda.
Rafael Struick: Harapan Baru di Australia
Rafael Struick muncul di FIFA 22 sebagai LM ADO Den Haag dengan rating 57, mencerminkan statusnya sebagai talenta muda. Kini, di 2025, dia bermain untuk Brisbane Roar di A-League, langkah besar untuk karirnya. Di timnas, 26 caps dan 1 gol hingga Maret 2025 menunjukkan dia jadi andalan Shin Tae-yong. Kecepatan dan dribelnya bikin dia punya potensi besar. Jika terus konsisten, Struick bisa jadi bintang besar di FIFA berikutnya.
Ivar Jenner: Masa Depan Lini Tengah
Ivar Jenner, meski tak masuk FIFA 22 secara eksplisit, layak disebut karena dinaturalisasi di 2023 dan kini jadi bintang Jong Utrecht. Gelandang muda ini punya visi bermain luar biasa, dan 20 caps timnas hingga Maret 2025 menunjukkan potensinya. Bermain di Belanda memberi dia pengalaman berharga, dan di masa depan, dia bisa jadi pusat permainan Garuda. Karirnya adalah contoh bagaimana pemain keturunan muda bisa berkembang pesat.
Perkembangan Karir Pasca-FIFA 22
Sejak FIFA 22 rilis, pemain keturunan Indonesia menunjukkan lintasan karir yang beragam. Marc Klok dan Victor Igbonefo tetap jadi tulang punggung Liga 1, sementara Sandy Walsh dan Shayne Pattynama melangkah ke liga lebih kompetitif. Elkan Baggott dan Rafael Struick, sebagai generasi muda, terus menimba pengalaman di Eropa dan Australia. Ivar Jenner jadi harapan baru di lini tengah. Naturalisasi yang strategis oleh PSSI memperkuat timnas, dengan banyak pemain ini jadi starter reguler. Tren ini menunjukkan Indonesia tak cuma punya talenta lokal, tapi juga diaspora yang siap bersaing global.
Dampak untuk Timnas Indonesia
Kehadiran pemain keturunan di FIFA 22 dan perkembangan mereka hingga 2025 punya dampak besar untuk timnas. Mereka bawa standar profesionalisme Eropa, dari disiplin latihan hingga taktik modern. Peringkat FIFA Indonesia yang naik ke 123 dunia per April 2025 adalah bukti kontribusi mereka. Pemain seperti Baggott dan Struick, yang masih muda, jadi investasi jangka panjang untuk Piala Dunia 2026 atau 2030. Kombinasi mereka dengan talenta lokal seperti Rizky Ridho menciptakan skuad yang seimbang dan menjanjikan.
Tantangan dan Peluang ke Depan
Meski penuh potensi, pemain keturunan juga hadapi tantangan. Proses adaptasi budaya, tekanan ekspektasi, dan persaingan di timnas bukan hal mudah. Tapi, peluangnya jauh lebih besar. Dengan liga domestik yang makin profesional dan dukungan PSSI, mereka bisa jadi katalis untuk sepak bola Indonesia. Piala Dunia 2034 bukan mimpi kosong jika talenta ini terus digali. Di level virtual, kehadiran mereka di FIFA juga bikin penggemar muda makin bangga, mendorong minat pada sepak bola tanah air.
Mengapa FIFA Penting untuk Penggemar?
Bagi penggemar, FIFA bukan cuma game, tapi cara untuk terhubung dengan sepak bola Indonesia. Melihat nama-nama seperti Klok atau Baggott di layar bikin kita merasa bagian dari cerita besar. Game ini juga jadi alat edukasi, memperkenalkan talenta keturunan ke audiens global. Di 2025, dengan makin banyaknya pemain Indonesia di liga top, edisi FIFA mendatang pasti bakal lebih ramai dengan wajah-wajah Garuda.
Kesimpulan
Pemain keturunan Indonesia di FIFA 22, dari Marc Klok hingga Rafael Struick, adalah cerminan potensi besar sepak bola tanah air. Karir mereka hingga 2025 menunjukkan perjalanan luar biasa, dari Liga 1 hingga J1 League, dari talenta muda hingga pilar timnas. Mereka tak cuma bawa skill, tapi juga semangat untuk membawa Indonesia ke panggung dunia. Dampaknya terasa, baik di lapangan nyata maupun di hati penggemar yang main FIFA. Ke depan, dengan kerja keras PSSI dan dukungan suporter, mimpi Garuda terbang tinggi bukan cuma angan. Ingin tahu lebih banyak tentang sepak bola Indonesia?
Ikuti terus update terbaru di Score.co.id, sumber berita bola paling lengkap untuk kamu!