AC Milan Terakhir Juara Serie A
score.co.id – Di tengah gegap gempita Stadion Giuseppe Meazza, Mei 2022 menjadi saksi kebahagiaan tak terbendung bagi para pendukung AC Milan. Setelah 11 tahun menanti, Rossoneri akhirnya mengangkat trofi Scudetto ke-19 mereka. Namun, tiga tahun berselang, atmosfer itu seolah redup. Musim 2024-2025 mencatatkan posisi ke-9 di Serie A—sebuah tantangan baru bagi klub yang pernah menjadi raja Italia. Dari puncak kejayaan hingga pertarungan untuk bangkit, inilah kisah AC Milan: antara nostalgia manis dan asa yang terus menyala.
Kemenangan Bersejarah 2021-2022: Akhir Puasa Gelar
Tahun 2022 tidak akan pernah terlupakan bagi Milanisti. Di bawah komando Stefano Pioli, tim yang sempat terpuruk di papan tengah klasemen berhasil meraih gelar Serie A dengan 86 poin—rekor tertinggi dalam sejarah klub. Kemenangan 3-0 atas Sassuolo di giornata terakhir menjadi puncak dari perjalanan musim penuh determinasi.

Strategi Pioli dan Sumbangsih Pemain Kunci
Stefano Pioli, yang sempat diragukan di awal masa jabatannya, berhasil membangun tim dengan identitas jelas: serangan cepat, pressing tinggi, dan solidaritas tanpa kompromi. Zlatan Ibrahimović, meski sudah berusia 40 tahun, menjadi sosok pemersatu di ruang ganti. Olivier Giroud, dengan 11 gol krusial, dan Theo Hernandez, yang menjelma sebagai mesin serang dari bek kiri, menjadi pilar tak tergantikan. Tak ketinggian, Sandro Tonali memastikan lini tengah tetap kokoh dengan visi operan dan kerja kerasnya.
Momen Penentu di Akhir Musim
Persaingan sengit dengan Inter Milan sepanjang musim membuat setiap pertandingan layaknya final. Kemenangan 2-1 atas Lazio di minggu ke-35 dan kemenangan dramatis 1-0 melawan Fiorentina menjadi momentum krusial. Namun, kemenangan telak 3-0 di markas Sassuolo-lah yang mengukuhkan status mereka sebagai juara, sekaligus menutup dekade kelam tanpa trofi domestik.
Pasca Gelar: Antara Prestasi dan Tantangan
Kesuksesan di Serie A membuka jalan bagi kembalinya AC Milan ke panggung elite Eropa. Di musim 2022-2023, mereka melaju hingga semifinal Liga Champions untuk pertama kali sejak 2007. Meski kalah dari rival sekota, Inter Milan, penampilan gemilang Mike Maignan dan Rafael Leão menjadi bukti bahwa Rossoneri masih bisa bersaing di level tertinggi.
Eksistensi di Liga Champions vs Persaingan Domestik
Di Serie A musim 2023-2024, AC Milan finis sebagai runner-up dengan 79 poin. Mereka hanya terpaut 6 poin dari Inter yang kembali menjadi juara. Supercoppa Italiana yang diraih di Arab Saudi menjadi penghibur, meski kegagalan mempertahankan Scudetto meninggalkan rasa kecewa. Performa Christian Pulisic yang mencetak 12 gol dan 8 assist menjadi sorotan, menunjukkan potensi serangan sayap yang mematikan.
Pergantian Pelatih dan Dinamika Skuad
Keputusan mengganti Stefano Pioli dengan Paulo Fonseca di awal musim 2024-2025 menuai pro-kontra. Fonseca, yang dikenal dengan gaya menyerangnya, gagal menyeimbangkan lini belakang. Kekalahan beruntun dari Juventus, AS Roma, dan Atalanta di paruh pertama musim mempercepat keputusannya untuk hengkang. Sergio Conceição, mantan pelatih FC Porto, didatangkan sebagai penyelamat—sebuah langkah berani yang diharapkan membawa perubahan taktis.
Musim 2024-2025: Ujian Konsistensi dan Harapan Baru
Hingga Maret 2025, AC Milan tercecer di posisi ke-9 klasemen dengan 41 poin dari 28 pertandingan. Statistik mencengangkan seperti 83 gol dicetak di semua kompetisi ternoda oleh 62 gol kebobolan—sebuah indikasi jelas masalah di sektor pertahanan.
Analisis Performa: Serangan vs Pertahanan
Di lini serang, trio Pulisic (15 gol), Leão (10 gol), dan Tijani Reijnders (13 gol) tetap menjadi ancaman. Namun, ketidakstabilan formasi 4-3-3 membuat pertahanan mudah diterobos. Fikayo Tomori dan Malick Thiaw kerap kesulitan menghadapi serangan balik, sementara kekalahan 4-3 melawan Monza dan 2-5 dari Napoli menjadi bukti rapuhnya koordinasi garis belakang.
Strategi Conceição: Harapan di Tengah Ketidakpastian
Sergio Conceição membawa angin segar dengan formasi 4-4-2 yang lebih fleksibel. Ia mengandalkan Leão sebagai penyerang kedua di samping Giroud, sementara Reijnders diberi kebebasan sebagai gelandang serang. Meski belum sepenuhnya membuahkan hasil, kemenangan 2-0 atas Lazio dan imbang 1-1 melawan Inter menunjukkan progres.
Masa Depan AC Milan: Investasi Muda dan Visi Jangka Panjang
Kebijakan rekrutmen berfokus pada pemain muda seperti Noah Okafor (23 tahun) dan Luka Romero (20 tahun) mencerminkan strategi jangka panjang. Akademi Milan juga mulai memproduksi bakat seperti Francesco Camarda, yang menjadi pencetak gol termuda dalam sejarah Serie A di usia 15 tahun.
Potensi Transfer Musim Panas 2025
Isu perkuatan bek tengah dan gelandang bertahan menjadi prioritas. Nama-nama seperti Giorgio Scalvini (Atalanta) dan Manuel Ugarte (PSG) mulai dikaitkan dengan Rossoneri. Di sisi lain, spekulasi kepindahan Leão ke Premier League harus diwaspadai agar tidak mengganggu stabilitas tim.
Penutup: Asa Kebangkitan di Tengah Tantangan
AC Milan adalah klub dengan DNA juara yang tak pernah padam. Kemenangan 2021-2022 membuktikan bahwa mereka mampu bangkit dari keterpurukan. Meski musim 2024-2025 menjadi ujian berat, kehadiran Conceição dan skuad berbakat memberi harapan. Tantangan terbesar kini adalah menemukan konsistensi dan menyatukan potensi individu menjadi kekuatan kolektif.
Bagi Milanisti, sejarah telah mengajarkan satu hal: di balik kegelapan, selalu ada cahaya kebangkitan.












