Formasi Crystal Palace 2025: Strategi Jitu Glasner Menang

Susunan pemain Palace untuk laga Premier League.

Formasi Crystal Palace 2025 Strategi Jitu Glasner Menang
Formasi Crystal Palace 2025 Strategi Jitu Glasner Menang

Formasi Crystal Palace 2025

score.co.id – Crystal Palace bukan lagi tim yang hanya bertengger di tengah klasemen. Di bawah komando Oliver Glasner, mereka telah menjelma menjadi kekuatan yang ditakuti, bahkan oleh raksasa Premier League. Transformasi ini bukan sekadar keberuntungan. Ini adalah hasil dari penerapan filosofi taktis yang presisi, formasi yang dinamis, dan keyakinan tanpa kompromi pada sebuah sistem. Bagaimana Glasner, yang baru bergabung Februari 2024, berhasil membawa The Eagles meraih gelar FA Cup perdananya, menjuarai Community Shield, dan mencetak rekor 19 pertandingan tak terkalahkan? Artikel ini mengupas tuntas anatomi strategi Glasner, menganalisis formasi 3-4-2-1 yang fleksibel, dan memproyeksikan masa depan Palace di tengah tantangan jadwal padat dan persaingan sengit.

Revolusi Glasner di Selhurst Park

Ketika Oliver Glasner tiba, warisannya adalah tim dengan karakter yang cenderung reaktif peninggalan Roy Hodgson. Glasner, dengan cetak biru bermain yang jelas—pressing terstruktur, transisi eksplosif, dan efisiensi maksimal—langsung melakukan perubahan mendasar. Targetnya bukan sekadar bertahan, tetapi mendominasi dengan cara mereka sendiri.

Prestasi awal berbicara lebih keras dari kata-kata. Gelar FA Cup 2024/25 setelah mengalahkan Manchester City 1-0 di final adalah kejutan besar. Kemenangan itu dilanjutkan dengan keberhasilan mengalahkan Liverpool lewat adu penalti di Community Shield Agustus 2025. Dua piala dalam waktu singkat ini menjadi fondasi psikologis yang kokoh, membuktikan bahwa metode Glasner bukan teori belaka, melainkan formula yang terbukti efektif melawan tim terbaik.

Perubahan paling mendasar dan terlihat adalah peralihan dari formasi 4-2-3-1 yang linear ke sistem 3-4-2-1 yang hidup dan bernapas. Formasi ini adalah identitas baru Palace, sebuah kerangka kerja yang secara fluid beradaptasi dengan setiap fase permainan. Inilah yang membedakan mereka: kemampuan untuk berubah bentuk dari formasi menyerang 3-2-5 menjadi blok pertahanan 5-4-1 dalam hitungan detik.

Baca Juga  Top Skor Liga Inggris 23/24: Pencetak Gol Terbaik Musim Ini
Susunan pemain Palace untuk laga Premier League.
Susunan pemain Palace untuk laga Premier League.

Mengurai Formasi 3-4-2-1 yang Hidup dan Bernapas

Formasi dasar 3-4-2-1 Glasner adalah permulaan dari sebuah kisah yang lebih kompleks. Setiap posisi diisi oleh pemain dengan profil spesifik yang menjalankan peran ganda, menciptakan simfoni taktis yang harmonis.

Struktur Pertahanan: Fondasi yang Kokoh dan Bisa Diandalkan

Trio bek tengah adalah tulang punggung sistem. Marc Guéhi, sang kapten yang dipertahankan dari incaran Liverpool, berperan sebagai pemimpin dengan kemampuan membawa bola yang tenang di bawah tekanan. Maxence Lacroix, yang diposisikan ulang dari bek kanan ke tengah, memanfaatkan jangkauan umpan dan ketangguhan duelnya. Chris Richards melengkapi trio ini dengan kecepatan dan kemampuan membaca permainan. Di depan kiper Dean Henderson—dengan Walter Benítez sebagai alternatif berkualitas—mereka membentuk pertahanan yang sulit ditembus.

Mesin Pendorong di Sayap: The Wing-Back Vital

Daniel Muñoz dan Tyrick Mitchell adalah kunci dinamika Palace. Mereka bukan sekadar bek sayap biasa. Dalam fase menyerang, keduanya naik setinggi striker, berubah menjadi penyerang sayap ekstra yang menyediakan lebar maksimal dan umpan silang berbahaya. Muñoz, khususnya, kerap menjadi penyedia assist utama dengan overlapp dan cutback-nya yang tajam.

Jantung Permainan: Double Pivot yang Mengatur Tempo

Duet Adam Wharton dan Will Hughes (dengan rotasi dari Daichi Kamada atau Jefferson Lerma) beroperasi sebagai pengatur ritme. Tugas mereka berat: memulai pressing, menerima bola dari bek, dan melancarkan umpan-umpan vertikal cepat yang menjadi ciri khas serangan Palace. Mereka adalah konduktor yang memastikan transisi dari bertahan ke menyerang berlangsung dengan kecepatan tinggi.

Kreativitas dan Daya Rusak di Depan

Dua gelandang serang—yang semula diisi Ismaila Sarr dan Yeremy Pino—beroperasi di half-space, area antara bek dan gelandang lawan. Dari sini, mereka bisa menerima bola, berputar, dan mengirim umpan terobosan atau melepas tembakan. Jean-Philippe Mateta sebagai ujung tombak tunggal adalah focal point yang sempurna. Bukan hanya pencetak gol, ia adalah target man yang mampu menahan bola, memenangkan duel udara, dan menarik bek lawan untuk membuka ruang bagi Pino atau Sarr.

Transformasi Formasi dalam Pertandingan

Kejeniusan sistem ini terletak pada adaptasinya. Saat Palace menguasai bola, kedua wing-back melesak tinggi, dua gelandang tengah turun untuk menerima bola dari bek, membentuk formasi 3-2-5. Lima pemain ini membanjiri area final third lawan, menciptakan keunggulan jumlah dan peluang overload di sayap.

Sebaliknya, saat kehilangan bola, transformasi terjadi dengan cepat. Muñoz dan Mitchell menarik diri membentuk garis lima bek, sementara kedua gelandang serang turun membantu lini tengah, menghasilkan formasi 5-4-1 yang sangat kompak. Blok pertahanan ini dirancang untuk memaksa lawan bermain di sisi lapangan, di mana Palace siap merebut bola dan melancarkan serangan balik.

Baca Juga  Proses Rekrut Marc Guehi Dapat Lampu Hijau dari Crystal Palace

Prinsip Taktik Inti: Efisiensi sebagai Senjata

Glasner tidak terobsesi dengan penguasaan bola. Data menunjukkannya: rata-rata possession Palace sering di bawah 51%. Namun, setiap sentuhan bola memiliki tujuan strategis yang jelas.

Membangun Serangan dengan Umpan Pendek dan Switching Play yang Cepat

Palace kerap memulai build-up dengan umpan pendek antar bek untuk memancing pressing lawan. Begitu lawan terpancing maju, umpan panjang langsung diluncurkan ke Mateta atau diswitch cepat ke sayap yang sudah kosong. Prinsipnya sederhana: tarik lawan, lalu eksploitasi ruang yang mereka tinggalkan.

“Kami tidak perlu memiliki bola 70% untuk menang. Yang kami butuhkan adalah intensitas, organisasi, dan keyakinan penuh pada momen transisi. Setiap pemain harus tahu persis apa yang harus dilakukan saat kami merebut bola,” tegas Glasner dalam sebuah konferensi pers, merangkum filosofinya.

Pressing Terstruktur dan Blok Pertahanan Padat

Berbeda dengan tim yang menerapkan gegenpress intensif, Palace memilih mid-block yang terorganisir rapi. Mereka membentuk blok pertahanan di sepertiga tengah lapangan, mempersempit ruang operasi playmaker lawan, dan memaksa mereka menguarkan umpan silang yang mudah diantisipasi oleh trio bek tengah yang perkasa.

Transisi Kilat: Senjata Mematikan Palace

Inilah jantung dari strategi Glasner. Begitu bola berhasil direbut di lini tengah, Palace bergerak seperti pegas yang terlepas. Wharton atau Hughes langsung mencari umpan vertikal ke Mateta atau runner di sayap. Kecepatan transisi ini telah menjebol pertahanan banyak tim yang belum sempat membentuk struktur bertahan.

Set-Pieces: Senjata Rahasia yang Terukur

Di bawah pelatih khusus, Palace menjadi salah satu tim paling mematikan dari situasi bola mati. Lebih dari 30% gol mereka musim ini berasal dari set-piece, berkat eksekusi yang terlatih dan kehadiran pemain tinggi seperti Lacroix, Guéhi, dan Mateta di kotak penalti.

Tantangan dan Ujian di Musim 2025/26

Kesuksesan taktis tidak bisa lepas dari tantangan manajerial. Musim panas 2025 meninggalkan bekas dengan kepergian Eberechi Eze ke Arsenal (£67.5 juta), menciptakan lubang kreatif di posisi nomor 10. Kedatangan Yeremy Pino dari Villarreal membawa harapan, tetapi adaptasinya masih berlangsung. Glasner sendiri mengkritik lambatnya pergerakan transfer klub.

Keterbatasan Kedalaman Skuad: Momok di Balik Kesuksesan

Hanya dua pemain (Benítez dan Borna Sosa) yang direkrut di awal musim panas, menyisakan ketergantungan pada starting XI yang sama. Cedera pergelangan kaki Ismaila Sarr yang membuatnya absen hingga Piala Afrika 2026 memperparah situasi. Glasner terpaksa memainkan pemain muda seperti Uche atau Esse di posisi penting, sebuah risiko besar di tengah jadwal padat empat kompetisi.

Baca Juga  Muncul Kembali Nama Baru Kandidat Pengganti Erik Ten Hag di MU

Konsistensi dan Ketangguhan Mental

Di balik keterbatasan, mentalitas tim justru mengeras. Rekor 19 pertandingan tak terkalahkan (yang terputus oleh Everton) dibangun di atas disiplin taktik dan ketangguhan fisik yang luar biasa. Palace konsisten berada di papan atas statistik duel yang dimenangkan, menunjukkan karakter agresif yang ditanamkan Glasner.

Prediksi lineup untuk pertandingan besar, misalnya melawan Manchester United atau AZ Alkmaar, mengkonfirmasi ketergantungan pada pemain inti: Henderson; Lacroix, Guéhi, Richards; Muñoz, Hughes, Wharton, Mitchell; Pino, Sarr (jika fit)/Uche; Mateta. Rotasi minimal ini adalah pedang bermata dua: menjaga konsistensi tapi rentan kelelahan.

Proyeksi Masa Depan: Seberapa Jauh Palace Bisa Terbang?

Dengan lebih dari 20 pertandingan dilewati di musim 2025/26, Palace berada di posisi yang membanggakan, bahkan berhak bermimpi finis di empat besar. Petualangan di UEFA Conference League juga berjalan mulus. Namun, langkah mereka selanjutnya sangat bergantung pada dua faktor kritis.

Transfer Window Januari 2026: Momen Penentu

Glasner telah terbuka menyuarakan kebutuhan akan “koreksi” di bursa transfer. Sebuah kreator tengah atau penyerang sayap berkualitas tambahan bukan lagi kemewahan, melainkan kebutuhan mendesak untuk menjaga momentum dan mengarungi babak-babak penentu. Tanpa pendalaman skuad, risiko kelelahan dan penurunan performa sangat nyata.

Target Realistis dan Ambisi Terselubung

Target minimal adalah finis di sepuluh besar Premier League dan melaju sejauh mungkin di Conference League. Namun, dengan sistem yang sudah mapan dan pelatih berpengalaman di kompetisi Eropa, Palace berpotensi menjadi dark horse yang bisa merebut gelar. Ambisi untuk kembali ke kompetisi Eropa musim depan juga sangat terbuka.

Namun, kesuksesan Glasner tidak luput dari perhatian. Namanya sering dikaitkan dengan kursi pelatih di klub top seperti Manchester United. Hal ini menjadi ujian lain bagi stabilitas proyek jangka panjang di Selhurst Park.

Kesimpulan: Sebuah Era Baru yang Ditulis dengan Taktik Cerdas

Oliver Glasner telah menorehkan babak baru yang gemilang untuk Crystal Palace. Formasi 3-4-2-1 yang fluid bukan sekadar taktik, tetapi identitas yang membangkitkan kebanggaan dan keyakinan. Pemain seperti Mateta berkembang menjadi striker top, Wharton matang sebagai pengatur permainan, dan Guéhi menjadi pemimpin sejati.

Kesuksesan berkelanjutan mereka sekarang bergantung pada keselarasan antara visi pelatih dan ambisi manajemen. Dukungan di bursa transfer Januari akan menjadi bukti komitmen itu. Jika Palace bisa menambah kualitas dan kedalaman skuad, maka mimpi untuk konsisten bersaing di papan atas dan meraih trofi Eropa bukanlah hal yang mustahil. Jika tidak, mereka berisiko kehabisan tenaga di garis finis. Satu hal yang pasti: di bawah Glasner, Crystal Palace telah menemukan cara mereka untuk menang, dan mereka tidak akan berhenti terbang tinggi.

Ikuti terus analisis mendalam, berita transfer terkini, dan liputan lengkap seputar Crystal Palace serta dunia sepakbola hanya di Score.co.id.