Tim Liga 1 yang Terdegradasi ke Liga 2 2025
score.co.id – Drama pekan pamungkas Liga 1 2024/2025 telah menorehkan kisah pilu bagi tiga klub. Degradasi, kata pahit yang harus ditelan PSS Sleman, PS Barito Putera, dan PSIS Semarang. Padahal, dua di antaranya bahkan meraih kemenangan di laga terakhir! Bagaimana ketiganya akhirnya tersungkur ke Liga 2? Simak analisis mendalam dari score.co.id berdasarkan fakta lapangan terkini.
Drama Pekan Pamungkas Penuh Air Mata
24 Mei 2025 menjadi hari penentuan nasib bagi klub-kub yang terperosok di dasar klasemen. Atmosfer tegang menyelimuti stadion-stadion di mana pertarungan hidup-mati digelar. PSS Sleman tampil memukau di kandang sendiri, menekuk Madura United dengan skor telak 3-0. Di tribun, suporter “Laskar Sembada” bersorak penuh harap. Sementara itu, di laga lain, PS Barito Putera juga sukses membungkam PSIS Semarang dengan skor 2-1. Kemenangan ini sejenak memberi bayangan optimisme bagi pendukung “Laskar Antasari”.

Namun, euforia itu sirna seketika. Nasib kedua tim ternyata tidak sepenuhnya ada di tangan mereka sendiri. Fokus beralih ke pertandingan krusial di Padang, tempat Semen Padang berhadapan dengan Arema FC. Dalam pertarungan sengit, tim tuan rumah berhasil keluar sebagai pemenang dengan skor 2-0. Hasil ini langsung mengubah peta persaingan secara drastis. Semen Padang melesat ke posisi ke-14 klasemen akhir dengan mengumpulkan 36 poin.
Kemenangan mereka sekaligus menjadi palu godam yang menghantam impian PSS Sleman dan Barito Putera untuk bertahan. Sungguh ironis, kemenangan di hari terakhir tak cukup menyelamatkan mereka dari jurang degradasi. Sementara itu, PSIS Semarang telah lebih dulu pasrah menerima kenyataan sebagai juru kunci klasemen dengan catatan 25 poin, performa buruk yang konsisten sepanjang musim menjadi penyebab utama kejatuhan mereka.
Analisis Penyebab Jatuhnya Tiga Raksasa
Degradasi PSS Sleman dan Barito Putera meski menang di pekan penutup menyimpan pelajaran pahit: konsistensi adalah kunci survival. Keduanya hanya mampu mengumpulkan 34 poin, angka yang jelas tak mencukupi di persaingan ketat musim ini.
Performa yang fluktuatif, terutama di paruh musim kedua, menjadi titik lemah utama. Ketergantungan berlebihan pada hasil pekan terakhir terbukti menjadi strategi bunuh diri. Defisit poin yang terlanjur besar hanya bisa ditutup jika tim pesaing langsung gagal, harapan yang terlalu riskan di sepakbola modern.
- PSS Sleman: Tercatat hanya memenangkan 11 pertandingan dari 34 laga. Kekalahan di laga-laga krusial melawan sesama pemain di zona merah menjadi pemicu utama. Padahal, skuad memiliki talenta individu mumpuni, tetapi inkonsistensi formasi dan cedera pemain kunci merusak ritme tim.
- Barito Putera: Masalah terbesar terletak pada pertahanan yang bolong (kebobolan 57 gol) dan serangan yang kurang efektif di laga tandang. Mereka terlalu sering membuang poin di menit-menit akhir, menunjukkan ketahanan mental yang rapuh saat tekanan tinggi.
- PSIS Semarang: Kasus paling jelas. Hanya 6 kemenangan sepanjang musim dan 21 kekalahan berbicara banyak. Proses rekruitmen yang kurang tepat, pergantian pelatih yang tak membawa perubahan signifikan, dan ketiadaan pemain pengumpul gol handal (hanya mencetak 29 gol) menjadi kombinasi mematikan. Mereka terpuruk sejak awal musim dan tak pernah benar-benar bangkit.
Dampak Berat Degradasi dan Tantangan di Liga 2
Turun kasta bukan sekadar persoalan prestis; ini adalah gempa finansial bagi klub. Pendapatan dari hak siar televisi yang jauh lebih kecil di Liga 2, sponsor yang cenderung mengundurkan diri, dan potensi penurunan jumlah penonton langsung di tribun akan memukul kas klub.
Restrukturisasi skuad besar-besaran hampir tak terelakkan. Pemain-pemain bintang dengan gaji tinggi dipastikan akan hengkang mencari kompetisi level tertinggi. Manajemen harus jeli membangun tim baru dengan anggaran terbatas, mengandalkan pemain muda lokal, dan mungkin beberapa legiun asal liga-liga regional yang lebih terjangkau.
Bagi PSS Sleman, Barito Putera, dan PSIS, tantangan di Liga 2 musim 2025/2026 akan sangat berat:
- Persaingan Sengit: Liga 2 diisi tim ambisius yang juga berjuang promosi, ditambah mantan tim Liga 1 lain yang memiliki pengalaman serupa. Mentalitas pemenang harus segera dibangun.
- Tekanan Suporter: Basis pendukung ketiga klub dikenal loyal namun juga kritis. Degradasi adalah luka. Manajemen perlu komunikasi intensif untuk menjaga kepercayaan dan antusiasme.
- Target Promosi Kembali: Harus realistis tapi ambisius. Membangun tim yang kompetitif untuk promosi butuh waktu, bukan sekadar memaksakan diri di musim pertama. Fokus pada pembinaan jangka panjang dan stabilitas manajemen menjadi krusial.
- Infrastruktur dan Akademi: Momen ini bisa dimanfaatkan untuk memperkuat sisi non-competitif, seperti pengembangan akademi pemain muda sebagai investasi masa depan.
Klasemen Akhir Zona Degradasi Liga 1 2024/2025:
Berikut ringkasan nasib klub-kub di dasar klasemen:
- Posisi 14: Semen Padang – Main 34, Menang 9, Imbang 9, Kalah 16. Gol: 38-60 (Selisih -22). Poin 36 (Aman). Selamat di ujung tanduk berkat kemenangan vital atas Arema.
- Posisi 15: Madura United – Main 34, Menang 10, Imbang 6, Kalah 18. Gol: 36-58 (Selisih -22). Poin 36 (Aman). Bertahan meski kalah dari PSS di pekan terakhir.
- Posisi 16: PSS Sleman – Main 34, Menang 11, Imbang 4, Kalah 19. Gol: 43-50 (Selisih -7). Poin 34 (Degradasi). Kemenangan terakhir tak cukup menebus defisit.
- Posisi 17: Barito Putera – Main 34, Menang 8, Imbang 10, Kalah 16. Gol: 42-57 (Selisih -15). Poin 34 (Degradasi). Nasib sama dengan PSS, terlempar meski menang.
- Posisi 18: PSIS Semarang – Main 34, Menang 6, Imbang 7, Kalah 21. Gol: 29-57 (Selisih -28). Poin 25 (Degradasi). Jatuh lebih awal dengan selisih gol buruk.
Penutup: Pelajaran Berharga dan Perjalanan Panjang Pemulihan
Degradasi PSS Sleman, Barito Putera, dan PSIS Semarang adalah pengingat keras betapa kejamnya persaingan di Liga 1. Setiap poin, setiap hasil imbang, bahkan setiap gol selisih, memiliki bobot vital. Musim yang panjang menuntut konsistensi, kedalaman skuad, ketahanan mental, dan manajemen yang solid. Drama pekan terakhir membuktikan, menang saja tak cukup jika poin terlanjur tertinggal jauh.
Bagi ketiga klub, perjalanan di Liga 2 akan menjadi ujian karakter. Membangun kembali kepercayaan, merekonstruksi tim, dan merancang strategi promosi yang realistis adalah pekerjaan rumah utama. Degradasi adalah akhir yang pahit, tapi juga bisa menjadi awal baru yang lebih kuat – jika ditangani dengan benar dan belajar dari kesalahan. Satu hal pasti: perjuangan untuk kembali ke kasta tertinggi telah dimulai.
Pantau terus perkembangan persiapan PSS Sleman, Barito Putera, dan PSIS Semarang di Liga 2, serta berita transfer dan analisis mendalam seputar sepak bola Indonesia hanya di sumber terpercaya, score.co.id!












