Zona Merah Premier League 2025 2026
score.co.id – Di awal Desember 2025, papan klasemen Premier League membeberkan sebuah narasi menegangkan. Bukan perebutan gelar yang paling memikat, melainkan pertarungan sengit di zona merah—wilayah mematikan tempat mimpi bertahan hidup dihancurkan. Kejutan besar datang dari London Timur, di mana West Ham United, klub dengan sejarah panjang dan ambisi Eropa baru-baru ini, terperosok di posisi ke-18.
Ancaman degradasi yang nyata kini menggantung di atas Stadion London. Sementara itu, di Merseyside, Everton bernapas sedikit lebih lega, bertengger di posisi kesepuluh, meski bayang-bayang pertarungan yang akrab bagi mereka belum sepenuhnya sirna. Artikel ini akan membedah akar masalah West Ham, menganalisis ketahanan Everton, dan memetakan dinamika panas zona degradasi musim ini, memberikan wawasan taktis dan kontekstual yang melampaui sekadar angka di papan skor.

Kondisi Darurat West Ham United: Anatomi Sebuah Krisis
West Ham United bukanlah pendatang baru di papan tengah, bahkan pernah menjadi pengganggu di kompetisi Eropa. Itulah yang membuat posisi mereka saat ini begitu mencengangkan. Hanya 12 poin yang berhasil dikumpulkan dari 14 pertandingan, dengan catatan tiga kemenangan, tiga hasil imbang, dan delapan kekalahan. Defisit 12 gol (16 mencetak, 28 kebobolan) adalah alarm yang berbunyi nyaring: ada keretakan fundamental di kedua ujung lapangan.
Menganalisis Akar Masalah di London Stadium
Krisis ini bersifat multifaset. Di lini belakang, ketidakstabilan dan cedera telah mengakibatkan organisasi pertahanan yang mudah diterobos. Transisi dari bertahan ke menyerang sering kali tersendat, membuat serangan yang mengandalkan kecepatan pemain seperti Jarrod Bowen menjadi tidak efektif. Di ruang manajerial, pertanyaan tentang strategi dan kemampuan memotivasi tim dalam situasi sulit terus bermunculan. Seorang analis dari The Athletic dengan tegas menggambarkan dampaknya, “Degradasi akan menjadi pukulan finansial yang menghancurkan bagi West Ham, berpotensi merenggut puluhan juta pound dari pendapatan hak siar dan mengikis nilai komersial klub secara drastis.” Ancaman ini bukan lagi abstrak, melainkan sebuah kemungkinan yang sangat nyata.
Namun, di tengah kegelapan, ada secercah cahaya. Kemenangan tipis 1-0 atas Everton di akhir September, meski dalam penampilan yang belum sepenuhnya meyakinkan, menunjukkan bahwa karakter dan kemampuan bertarung masih ada. Pertanyaan besarnya adalah: apakah kemenangan itu sekadar penundaan hukuman atau titik balik yang sesungguhnya? Skuad ini memiliki kualitas individual, tetapi belum berhasil ditransformasikan menjadi sebuah mesin kolektif yang tangguh. Paruh pertama musim ini adalah gambaran sebuah tim yang kehilangan identitas dan kekompakan.
Everton di Papan Tengah: Stabilitas yang Rapuh
Beralih ke Goodison Park, narasinya tampak berbeda. Dengan 21 poin dari 14 laga (6 menang, 3 imbang, 5 kalah) dan selisih gol -2, Everton berada di wilayah yang relatif nyaman. Posisi kesepuluh mereka adalah pencapaian signifikan, terutama mengingat “musim dingin ketidakpuasan” yang berulang dan awal musim yang selalu diwarnai kecemasan akan pertarungan degradasi di musim-musim sebelumnya.
Faktor-faktor di Balik Kebangkitan The Toffees
Kunci stabilitas Everton terletak pada pendekatan yang lebih pragmatis dan solid. Mereka mungkin tidak selalu memukau secara ofensif, tetapi telah menunjukkan fondasi bertahan yang lebih disiplin dan kemampuan memenangkan pertandingan-pertandingan ketat. Kemenangan atas tim-tim level menengah dan kemampuan meraih poin di kandang telah menjadi penopang utama. Seperti yang didiskusikan oleh para penggemar di forum Grand Old Team, odds degradasi Everton yang sekitar 7/1 mencerminkan persepsi bahwa mereka telah berhasil menjauh dari bahaya langsung dan dilihat setara dengan klub-klub papan tengah lainnya.
Namun, kewaspadaan tetap harus dijaga. Selisih gol yang masih negatif mengindikasikan bahwa margin kemenangan mereka tipis. Hasil imbang 1-1 dengan West Ham di pertemuan sebelumnya, meski dari sudut pandang Everton adalah poin yang hilang di kandang sendiri, juga menunjukkan bahwa mereka belum sepenuhnya kebal terhadap tekanan tim dari dasar klasemen. Ketergantungan pada formasi dan kondisi fisik pemain kunci bisa menjadi titik lemah seiring dengan padatnya jadwal. Everton belum sepenuhnya aman; mereka hanya telah membangun jarak penyangga yang perlu mereka pertahankan.
Peta Pertempuran di Zona Merah: Bukan Hanya Tiga Tempat Terbawah
Membahas zona degradasi Premier League 2025/2026 dengan hanya fokus pada posisi 18, 19, dan 20 adalah penyederhanaan yang berbahaya. Dinamika sesungguhnya melibatkan setidaknya enam atau tujuh tim yang terlibat dalam tarik ulur yang kejam untuk menyelamatkan diri.
Burnley dan Wolves: Penghuni Tetap yang Berjuang
Di dasar jurang, situasi tampak suram untuk Wolverhampton Wanderers. Hanya dua poin yang diraih merupakan awal musim yang benar-benar tragis, menandai salah satu awal terburuk dalam sejarah kompetisi. Masalah mereka tampak sistemik, dari ketajaman serangan yang mandul hingga pertahanan yang renggang. Burnley, dengan 10 poin, sedikit lebih baik tetapi tetap terjebak dalam pola perjuangan yang berat. Kedua tim ini adalah kandidat degradasi paling kuat saat ini.
Garis Tipis Antara Keselamatan dan Bencana
Yang lebih menarik adalah kelompok yang berada tepat di atas garis merah. Leeds United (14 poin) dan Nottingham Forest (15 poin) sama sekali tidak bisa merasa aman. Selisih beberapa poin saja dapat berubah dengan cepat oleh sebuah kemenangan beruntun atau, sebaliknya, rangkaian kekalahan. Tim-tim seperti Fulham (17 poin) dan Bournemouth (19 poin) juga belum sepenuhnya terbebas dari cipratan percikan api pertarungan ini. Faktor penentu akan datang beruntun: jadwal padat selama periode liburan Natal dan Tahun Baru yang menguji kedalaman skuad, bursa transfer Januari yang bisa menjadi penolong atau pengacau, serta momentum psikologis dari kemenangan atau kekalahan penting. Pertandingan langsung antara sesama tim di zona bahaya akan memiliki bobot enam poin—bisa mendorong lawan ke jurang atau menarik diri sendiri ke tempat yang lebih aman.
Prospek dan Titik Penentu Menjelang Paruh Kedua Musim
Musim Premier League masih sangat panjang. Lebih dari 20 pertandingan tersisa berarti masih ada lebih dari 60 poin yang diperebutkan. Bagi West Ham, jalan keluar masih ada, tetapi membutuhkan tindakan cepat dan tepat. Transfer window Januari menjadi momen kritis untuk merekrut pemain yang dapat mengisi celah taktis dan menyuntikkan mentalitas bertarung. Perbaikan disiplin taktis, mungkin dengan menyederhanakan pendekatan untuk mengamankan poin terlebih dahulu, juga penting. Bagi Everton, tantangannya adalah menjaga konsistensi dan menghindari rasa puas diri. Mereka harus mengonversi performa solid menjadi lebih banyak poin, terutama dalam laga-laga di mana mereka diunggulkan.
Kesimpulan: Siapa yang Akan Bertahan?
Pertarungan di zona merah Premier League 2025/2026 telah dibuka dengan drama tinggi. West Ham United saat ini adalah sosok terbesar yang terancam, sebuah kejatuhan yang akan menggemparkan dunia sepakbola Inggris. Masalah mereka dalam dan membutuhkan perbaikan segera di semua lini. Everton, sebaliknya, telah menunjukkan perkembangan positif dan berhasil membuat sedikit jarak dari kekacauan di bawah, meski kewaspadaan harus tetap menjadi panduan utama mereka.
Sementara Wolves dan Burnley tampak paling terperosok, sifat kejam dari pertarungan degradasi adalah kemampuannya untuk menyedot tim yang tadinya merasa aman. Paruh kedua musim ini akan menjadi ujian karakter, kedalaman skuad, dan kecerdasan strategis bagi setiap klub yang terlibat. Satu hal yang pasti: hingga peluit akhir musim berbunyi pada Mei 2026, ketegangan di seputar tempat ke-17 akan terus menjadi salah satu cerita paling menarik untuk diikuti.
Ikuti terus analisis mendalam dan berita terkini seputar Premier League dan liga top Eropa lainnya hanya di Score.co.id.













