Score –
Dia akan menghadapi Lucas Alexander (Brasil) dengan mengisi kartu awal UFC Vegas 82
Laga ini menjadi momen yang dinantikan Jeka setelah tarik ulur soal calon lawannya yang tak kunjung henti.
Petarung asal Simalungun, Sumatera Utara sempat bimbang karena dua calon lawannya mundur dari pertarungan.
Awalnya, Jeka akan berhadapan dengan petarung asal Amerika Serikat, Jesse Butler.
Jesse Butler baru melakoni satu laga di Oktagon UFC dan langsung menelan kekalahan KO dari petarung veteran, Jim Miller.
Namun lawan yang dijanjikan akan memberikan ujian berat bagi Jeka akhirnya mundur.
Calon lawan kedua Jeka juga ikut mundur yakni Charlie Campbell.
Campbell lebih meyakinkan karena ia berhasil memenangkan laga debutnya di UFC. Tetapi, ia juga mundur.
Lucas Alexander bisa senasib dengan Jeka. Dia seharusnya dijadwalkan bertanding di tanah kelahirannya pada UFC Sao Paulo.
Namun, lawan dari Alexander yakni David Onama mundur karena mengalami cedera.
Dengan demikian, Jeka dengan rekor (13-3 MMA) akan menghadapi Lucas Alexander (8-3 MMA).
Alexander sudah melakoni dua laga di panggung UFC. Hasilnya dia mengemas satu kali kekalahan dan satu kali kemenangan.
Pada laga terakhirnya, petarung berjuluk Singa itu menang atas Steven Peterson lewat angka mutlak pada Maret 2023.
“Memang pergantian lawan ini mengubah metode yang lain. Lawan saya yang pertama gulat, kemudian ganti gulat, dan pertarungan atas. Dan setiap pergantian lawan, langsung kita ubah,” kata Jeka dalam konferensi pers via zoom, Rabu (15/11/2023).
Dengan debut yang tertunda, Jeka sudah belajar dari sekian banyak pertarungannya.
“Saya pasang target, itu malah membuat saya cepat capek, ambisius dan membombardir lawan. Jadi, saya tidak ada target khusus untuk menang di ronde berapa. Kalau ada celah, saya akan menuntaskan,” ucap Jeka.
Melihat latar lawan yang sering kalah saat dikunci, Jeka mengatakan bahwa dia tetap mengajak dia untuk stand up fighting (adu pukulan dan tendangan).
“Kalau ada momen-momen untuk membuat dia KO yang kita KO. Tetapi, kalau dia ternyata lemah di pertarungan bawah apa salahnya kami kalahkan di sana. Karena ini MMA, artinya tidak bisa diprediksi. Kami tidak tahu pertarungan besok akan di bawah atau duel atas,” tutur Jeka.
Petarung 28 tahun itu turun dari kelas ringan (70,3 kg) ke kelas bulu (65,8 kg) dalam laga ini.
“Kemarin berangkat lebih 20 kg, sekarang tinggal 6 kg. Tetapi, tidak apa-apa. Tinggal jaga pola makan saja. Proses cutting-nya ketat,” aku petarung 28 tahun itu,
“Tetapi, alat-alat yang kami butuhkan seperti sauna, semua dilengkapi. Selain itu, vitamin-vitamin juga ketat karena doping-doping kan tidak bisa.”
“Kami harus bekerja keras untuk menyiapkan badan ini. Tetapi, juga dibantu dengan peralatan-peralatan penunjang yang sudah disediakan oleh UFC.”
Pengaruh pemangkasan berat badan ke kekuatan menurut Jeka tidak ekstrem.
“Cutting saya ini modelnya misal masih kurang 5 atau 6 kg saya hanya menurunkan berat badan dalam satu malam. Besok waktu penimbangan saya langsung dapat, setelah itu saya akan dikasih vitamin, makan, lain sebagainya sehingga sudah bisa kembali pulih,” tutur Jeka.
“Itulah yang belum kita pelajari di Indonesia. Kita biasanya jauh-jauh hari, satu bulan harus sudah di bawah batas. Ternyata hal itu salah karena akan mengurangi kekuatan kita. Dan waktu tarung berat kita cuma akan tambah 2 kg.”
“Padahal di UFC saat bertarung, petarung bisa tambah 10 kg dalam hanya 12 jam. Itu yang saya pelajari di sini. Makanya saya dilarang lebih 2 kg. Ini saja masih lebih 7 kg saja. Baru saat bertarung udah timbang bisa naik 10 kg.”
Selain mengatur berat badan, Jeka juga melakukan latihan sehari dua kali. Pagi hari selama dua jam dan sore slama dua jam lajut ke latihan teknik.
“Contohnya pagi latihan MMA, kemudian sore stand up. Latihandengan pelatih Jack, terus ada pelatih conditioning. Ada empat orang pelatih di sini,” ucap Jeka.
“Baru nanti ada satu pelatih seperti Marc Fiore yang menggabungkan semua yang saya pelajari dari pelatih-pelatih tersebut. Langsung dikombinasikan di latihan MMA. Saya istirahat setiap hari minggu.”
Jeka juga berusaha mengejar ketertinggalan dengan terus berlatih di Amerika Serikat.
“Membutuhkan waktu jangka panjang untuk mengejar ketinggalan dari petarung-petarung MMA yang ada di UFC,” aku Jeka.
Tantangan berikutnya adalah meningkatkan mentalitas sebagai petarung dari negara yang belum banyak memilki petarung UFC.
“Kalau menjaga mental dan mindset saya itu pasti dengan latihan saya yang keras. Menurut saya itu lebih sakit di latihan daripada saat bertarung. Pertarungan cuma 15 menit, sedangkan latihan sampai dua jam,” kata Jeka.
“Kalau kami baru sesi sparring dan cedera, besoknya sudah harus latihan lagi. Kalau pertarungan saya sudah bisa santai dan makan. Oleh karena itu, santai aja dalam menghadapi pertarungan.”