Top Skor Liga Konferensi Eropa
score.co.id – Sejak diluncurkan tahun 2021, Liga Konferensi Eropa (UECL) tak hanya menjadi ajang rebutan trofi, tapi juga panggung spektakuler bagi penyerang-penyerang haus gol. Kompetisi ketiga UEFA ini menyuguhkan drama unik: pemain dari klub kecil mampu mengalahkan raksasa Eropa dalam perburuan Golden Boot. Bagaimana evolusi top skor dari musim ke musim? Siapa saja penyerang yang mencuri perhatian hingga 2025? Simak analisis eksklusif dari score.co.id.
Daftar Lengkap Para Raja Gol UECL (2021-2025)
Tiga musim terakhir UECL membuktikan kompetisi ini sebagai inkubator bakat penyerang tak terduga. Berikut catatan lengkap pemimpin daftar pencetak gol dari fase grup hingga final:

- Musim 2021/2022: Cyriel Dessers (Feyenoord) asal Nigeria mencetak 10 gol. Ironisnya, meski membawa tim ke final, ia gagal menembus pertahanan AS Roma di laga puncak.
- Musim 2022/2023: Dua pemain berbagi gelar: Zeki Amdouni (FC Basel/Swiss) dan Arthur Cabral (Fiorentina/Brasil) dengan 7 gol masing-masing. Basel tersingkir di semifinal, sementara Cabral juga tak berkutik di final.
- Musim 2023/2024: Ayoub El Kaabi (Olympiacos/Maroko) mencatatkan sejarah dengan 11 gol. Ia jadi pahlawan final lewat gol penentu kemenangan.
- Musim 2024/2025: Afimico Pululu (Jagiellonia Białystok/Angola) mencetak 8 gol. Pencapaian luar biasa dari pemain klub Polandia yang membawa timnya ke perempat final.
Analisis Performa Individual dan Dampaknya
Perjalanan para top skor ini menyimpan pola menarik tentang hubungan antara performa individu dan kesuksesan tim.
Cyriel Dessers (2021/22) menjadi tulang punggung Feyenoord dengan 10 golnya. Namun, ketergantungan berlebihan padanya terbukti fatal di final. Saat Roma mengunci pergerakannya, serangan Belanda itu kehilangan taring. Pelajaran penting: satu penyerang hebat tak cukup tanpa dukungan sistem.
Zeki Amdouni & Arthur Cabral (2022/23) mengulang fenomena serupa. Amdouni membawa Basel melaju dramatis, termasuk hattrick melawan Slovan Bratislava. Cabral menjadi motor Fiorentina dengan gol-gol penentu di babak knockout. Tapi di final, keduanya dibungkam strategi pertahanan West Ham. Ini menegaskan bahwa UECL adalah turnamen di mana teamwork mengalahkan individualitas.
Ayoub El Kaabi (2023/24) adalah pengecualian yang mengubah segalanya. Dari 11 golnya, 9 dicetak di fase knockout-rekor yang belum terpecahkan. Yang fenomenal, 5 gol di semifinal kontra Aston Villa dan gol tunggal di final. José Mendilibar, pelatih Olympiacos, berkomentar: “El Kaabi seperti petinju yang terus menghantam hingga lawan tumbang. Instingnya di kotak penalti adalah seni.”
Afimico Pululu (2024/25) mewakili sisi romantis UECL. Pemain asal Angola ini membawa Jagiellonia-klub tanpa sejarah Eropa-menggetarkan klub papan atas. Delapan golnya termasuk brace kontra Lille di babak 16 besar. Meski timnya tersingkir, namanya bersaing ketat dengan penyerang elite seperti Alexander Sørloth.
Wawasan Ahli: Panggung Para Penyerang
Menurut Marco Rossi, analis sepakbola UEFA, ada dua pola dominan dalam statistik top skor UECL:
- “Kutukan Top Skor”: Tiga dari empat top skor gagal membawa tim juara. Ini terjadi karena tim juara cenderung memiliki distribusi gol merata. Misalnya, saat Fiorentina juara 2023/24, hanya 3 gol El Kaabi berasal dari fase grup-sisanya disumbang pemain lain.
- Etalase Global: UECL memberi panggung setara bagi penyerang dari liga non-elit. Pululu (Angola) dan Dessers (Nigeria) adalah contoh pemain yang nilai pasarnya melonjak hingga 300% usai jadi top skor.
“Lihat perjalanan Amdouni,” tambah Rossi. “Setelah jadi top skor UECL 2023, ia direkrut Brighton dengan nilai €20 juta-langkah besar bagi pemain dari Liga Swiss.”
Data juga menunjukkan tren taktis: 70% gol top skor berasal dari umpan silang atau rebound. Ini mencerminkan gaya permainan langsung (direct play) yang efektif di UECL. El Kaabi adalah contoh sempurna: 8 dari 11 golnya lahir dari umpan lambung ke kotak penalti.
Penutup
Liga Konferensi Eropa telah membuktikan diri sebagai laboratorium penyerang handal. Dari Dessers hingga Pululu, kompetisi ini memberi panggung bagi pemain yang mungkin tak bersinar di liga domestik. Meski “kutukan top skor” masih terjadi, El Kaabi membuktikan bahwa penyerang visioner bisa mengubah takdir tim. Ke depan, UECL akan tetap menjadi ajang pembuktian bagi penyerang muda yang haus reputasi. Satu hal pasti: trofi memang penting, tapi gelar top skor di kompetisi Eropa adalah tiket menuju karier global.
Pantau terus perkembangan terkini para penyerang Eropa dan analisis mendalam hanya di score.co.id-sumber berita sepakbola terpercaya !












