Thiago Motta Pernah Main di Klub Mana Saja: Jejak Karier Sang Maestro

Klub-klub top Eropa dalam karier Thiago Motta.

Thiago Motta Pernah Main di Klub Mana Saja
Thiago Motta Pernah Main di Klub Mana Saja

Thiago Motta Pernah Main di Klub Mana Saja

score.co.id – Thiago Motta bukan sosok yang asing di dunia bola. Gelandang tangguh yang kini banting setir jadi pelatih ini pernah mengukir cerita hebat di berbagai klub top Eropa. Dengan darah Brasil yang kental dan sentuhan taktikal khas Italia, ia membuktikan bahwa bakat bisa bersinar di mana saja. Dari rumput hijau Barcelona sampai gemerlap Paris, perjalanan hidupnya penuh liku, ketangguhan, dan momen epik. Kita bakal ajak kamu menyelami jejak karier sang maestro, klub-klub yang pernah ia perkuat, dan kisah yang menjadikannya legenda. Siap bernostalgia? Ayo kita mulai!

Awal Mula dan Kiprah di Klub Besar

Lahir di São Bernardo do Campo, Brasil, pada 28 Agustus 1982, Motta tumbuh di kota yang jadi gudang talenta sepak bola. Darah Italia dari keluarganya memberinya kelebihan: jiwa teknikal Brasil berpadu dengan kedisiplinan Eropa. Langkah besar dimulai saat ia menyeberang ke benua biru, gabung dengan raksasa Spanyol yang jadi fondasi kariernya.

Klub-klub top Eropa dalam karier Thiago Motta.
Klub-klub top Eropa dalam karier Thiago Motta.

Barcelona: Langkah Pertama di Eropa

Tahun 1999, Motta mendarat di Catalunya dan bergabung dengan FC Barcelona. Awalnya, ia diasah di tim B, merasakan atmosfer La Masia yang legendaris. Dua tahun kemudian, ia naik ke tim utama. Di sini, ia belajar banyak dari para jagoan seperti Xavi dan Pep Guardiola—yang waktu itu masih jadi rekan setim. Bersama Barca, ia raih dua gelar La Liga di musim 2004–2005 dan 2005–2006, plus trofi Liga Champions 2006 yang jadi puncak manisnya.

Di lapangan, ia dikenal cerdas, jago memotong serangan lawan, dan tenang bawa bola. Sayang, cedera kerap mengintai, membuatnya tak bisa maksimal dan akhirnya cabut pada 2007.

Baca Juga  Pelatih Belanda Singgung Banyaknya Pemain Naturalisasi, Timnas Indonesia Terlalu Meremehkan Diri Sendiri

Atlético Madrid: Perjalanan Singkat yang Penuh Tantangan

Dari Barcelona, Motta pindah ke Atlético Madrid, berharap buka lembaran baru. Tapi, kenyataan tak seindah rencana. Cedera masih jadi bayang-bayang, hingga ia cuma main delapan kali di musim 2007–2008. Meski cuma sebentar, pengalaman ini mengajarkan dia cara bertahan di masa sulit.

Kebangkitan di Italia dan Dominasi di Prancis

Usai badai di Spanyol, Motta cari angin segar di Italia—keputusan yang bikin kariernya melejit. Dari Genoa sampai Inter Milan, ia temukan panggung terbaiknya, sebelum tutup karier dengan manis di Paris Saint-Germain.

Genoa: Titik Balik Karier

Tahun 2008, Motta nyemplung ke Genoa CFC di Serie A. Di kota pelabuhan ini, ia bangkit dari keterpurukan. Jadi otak di lini tengah, ia cetak gol krusial dan tunjukkan visi permainan yang ciamik. Satu musim penuh performa apik bikin klub besar melirik, dan pintu ke level berikutnya pun terbuka.

Inter Milan: Puncak Kejayaan dengan Treble

Pada 2009, Inter Milan bawa Motta ke Giuseppe Meazza. Bersama Jose Mourinho, ia jadi bagian dari sejarah treble 2009–2010: Serie A, Coppa Italia, dan Liga Champions. Ia atur tempo permainan, jaga keseimbangan tim, dan bahkan cetak gol penting lawan Barcelona di semifinal UCL. Sampai tinggalkan Inter pada 2012, ia tinggalkan jejak sebagai gelandang yang disegani.

Paris Saint-Germain: Penutup Karier yang Gemilang

Awal 2012, Motta gabung PSG, klub yang lagi naik daun berkat suntikan dana besar. Di sini, ia menangi lima gelar Ligue 1 dan segudang trofi domestik lainnya. Dengan lebih dari 200 penampilan hingga pensiun pada 2018, ia tunjukkan kelasnya sebagai pemain matang yang andalkan otak lebih dari tenaga.

“Thiago Motta itu seperti anggur tua—makin lama, makin nikmat. Ia buktikan gelandang bertahan bukan cuma soal otot, tapi juga strategi.”

Transisi ke Dunia Kepelatihan

Gantung sepatu tak bikin Motta diam. Ia mulai latih tim U-19 PSG, lalu coba peruntungan di Serie A bareng Genoa pada 2019—meski cuma sebentar. Setelah itu, ia bawa Spezia bertahan di kasta tertinggi, dan lanjut ke Bologna dengan gaya main yang bikin orang takjub. Puncaknya, Juni 2024, ia pimpin Juventus, tapi sayang, dipecat pada Maret 2025 gegara hasil buruk.

Baca Juga  Hasil Piala Asia Wanita U-17 2024 - Habis Menang Telak atas Indonesia, Kini Filipina Dibantai Korea Utara

Analisis Gaya Bermain dan Warisan

Motta punya gaya sendiri sebagai gelandang bertahan. Bukan cuma ngandalin fisik, tapi visi, posisi, dan umpan tepat. Dari Barcelona ia dapat ilmu kuasai bola, di Inter ia jago bertahan, dan di PSG ia poles jiwa kepemimpinan. Pengaruhnya terasa pada gelandang modern macam Busquets atau Rodri.

Dampak pada Sepak Bola Modern

Karier Motta bikin peran gelandang bertahan berevolusi—from penghancur jadi pengatur permainan. Sebagai pelatih, ia bawa filosofi bola dominan dan pressing ketat, meski hasilnya belum stabil.

Jejak Abadi Sang Maestro

Thiago Motta adalah cerita tentang perjuangan dan kejayaan. Dari Barcelona sampai PSG, ia tinggalkan jejak di setiap sudut lapangan. Meski dunia kepelatihan penuh tantangan, namanya tetap abadi sebagai salah satu maestro lini tengah terbaik.

Penasaran sama kisah legenda bola lainnya? Pantau terus score.co.id, tempatnya para penggila sepak bola sejati!