Score – Thailand Masters 2024 mungkin akan menjadi gelar juara yang sangat berharga bagi Chou Tien Chen.
Pekan lalu, tunggal putra nomor satu Taiwan itu telah berhasil membuktikan bahwa dirinya belum habis usai menundukkan Loh Kean Yew (Singapura) pada babak final, Minggu (4/2/2024).
Bertanding di Nimibutr Arena, Bangkok, Thailand, Chou menang lewat perjuangan tiga gim dengan skor 21-16, 6-21, 21-16.
Walau turnamen ini minus beberapa pemain top 10 dan masuk taraf level BWF World Tour Super 300, gelar juara kali ini jauh lebih bermakna bagi Chou.
Bukan tanpa alasan mengapa gelar tersebut memberikan arti penting bagi kampiun Indonesia Open 2019 tersebut.
Pasalnya, ini bisa menjadi titik balik Chou yang ternyata sedang berusaha keras untuk tetap bertahan di jalan yang benar pada karier bulu tangkisnya jelang Olimpiade Paris 2024.
Chou sempat mengalami penurunan performa yang cukup masif pada tahun lalu.
Dia sering mengalami early exit alias kalah di babak-babak pertama pada sejumlah turnamen level atas yang dia ikuti.
Kekalahan prematur tersebut sampai membuat dia terdepak dari peringkat 10 besar dan kini harus bertengger di peringkat 14 dunia.
Usut punya usut, barulah terungkap alasan penurunan performa Chou terjadi pada tahun lalu.
Hal tersebut dia ungkapkan setelah dia berhasil jadi kampiun di Negeri Gajah Putih kemarin.
Ternyata, Chou menderita kanker kolorektal alias kanker usus besar. Untungnya, kanker tersebut masih berada di stadium awal.
Namun, untuk mencegah penyebaran sel kanker, Chou disarankan untuk menjalani operasi reseksi atau pemotongan usus untuk membuang jaringan yang sudah terkena dampak kanker.
Dia dibantu oleh temannya yang juga seorang dokter.
Dengan sedikit bercanda, kini Chou sudah bisa menceritakan ungkapan syukurnya setelah sekitar satu tahun menjalani operasi yang juga meninggalkan klip pada ususnya itu.
“Tuhan berharap saya dapat bertahan hidup setelah ini, lebih lama dan memperbanyak amal kebaikan,” katanya bersyukur bisa mendeteksi kanker lebih dini.
Chou juga menjelaskan bahwa dia hampir saja mengabaikan rasa sakit di perunya setelah ada dokter lain yang menganggap itu bukan masalah serius.
“Sebenarnya, ada dokter lain yang menganggap itu bukan apa-apa dan meminta saya kembali untuk pemeriksaan dalam satu tahun,” kata Chou.
“Namun tidak peduli bagaimanapun, saya terus memikirkannya.”
“Saya merasa ada yang tidak beres. Jadi saya memutuskan untuk menjalani operasi reseksi itu,” imbuhnya.
Kehidupan pasca-operasi kanker sebenarnya tidak terlalu mempengaruhi pola latihan Chou. Akan tetapi, pola makannya jadi dibatasi, yang mana tentu ini jelas berpengaruh pada kebugaran dan daya tahan fisiknya untuk beberapa saat.