Susunan Pemain Timnas Inggris vs Timnas Albania
Kemenangan Solid Inggris di Era Baru Tuchel
score.co.id – Laga pembuka kualifikasi Piala Dunia 2026 Grup K antara Timnas Inggris dan Albania di Stadion Wembley berakhir dengan skor 2-0 untuk sang tuan rumah. Pertandingan yang digelar pada 21 Maret 2025 ini bukan hanya menjadi awal perjalanan Three Lions menuju Amerika Utara, tetapi juga menandai debut Thomas Tuchel sebagai pelatih baru. Dengan susunan pemain yang memadukan pengalaman dan bakat muda, Inggris sukses membungkam Albania lewat gol Myles Lewis-Skelly dan Harry Kane.
Strategi Tuchel dan Susunan Pemain yang Mencuri Perhatian
Tuchel memulai era kepelatihannya dengan formasi 4-3-3 yang agresif. Di lini belakang, Jordan Pickford tetap diandalkan sebagai kiper, didukung trio bek Kyle Walker, Ezri Konsa, dan Dan Burn. Sektor tengah diisi Declan Rice, Curtis Jones, serta Jude Bellingham, sementara lini depan dihajar oleh Phil Foden, Marcus Rashford, Harry Kane, serta debutan Myles Lewis-Skelly.
Albania, yang bermain dengan formasi 4-3-3 defensif, menempatkan Thomas Strakosha di bawah mistar. Iván Balliu dan Naser Aliji menjadi andalan di sisi kanan-kiri pertahanan, sementara trio penyerang Jasir Asani, Nedim Bajrami, dan Myrto Uzuni diharapkan mampu menciptakan kejutan.

Debut Bersejarah Myles Lewis-Skelly: Rekor Muda yang Terukir
Pada menit ke-20, Lewis-Skelly menorehkan sejarah sebagai pencetak gol termuda dalam debut untuk Timnas Inggris. Pemain berusia 18 tahun itu menyambar umpan matang Jude Bellingham dari sisi kiri, sebelum melepaskan tendangan rendah yang mengoyak gawang Strakosha. Gol ini sekaligus mematahkan rekor sebelumnya yang dipegang oleh Wayne Rooney sejak 2003.
Kiprah Lewis-Skelly tak berhenti di situ. Selama 91 menit tampil, gelandang muda Arsenal itu menunjukkan kematangan dalam mengontrol alur serangan. Performanya yang impresif membuatnya dinobatkan sebagai Pemain Terbaik Pertandingan, mengalahkan nama-nama besar seperti Kane dan Bellingham.
Harry Kane: Kapten yang Terus Menjadi Penentu
Sebagai kapten, Harry Kane kembali membuktikan kelasnya dengan mencetak gol penyejuk hati di menit ke-77. Melalui kombinasi cepat dengan Phil Foden, striker Tottenham Hotspur itu melepaskan temakan diagonal yang meluncur ke sudok kanan gawang Albania. Gol ini menjadi yang ke-70 bagi Kane di timnas, memperkuat posisinya sebagai legenda hidup sepakbola Inggris.
Meski sempat kesulitan menembus pertahanan ketat Albania, Kane menunjukkan kesabaran dan kecerdasan dalam membaca ruang. Perannya sebagai target man sekaligus playmaker di lini depan menjadi kunci pembuka ruang bagi pemain muda seperti Lewis-Skelly.
Dinamika Pertandingan: Dari Dominasi ke Tekanan Akhir
Inggris menguasai 68% penguasaan bola sepanjang pertandingan, dengan 15 percobaan tembakan (6 on target). Albania, yang lebih mengandalkan serangan balik, hanya mampu melepas 4 tembakan, dengan 1 mengancam Pickford.
Kedisiplinan lini belakang Three Lions patut diacungi jempol. Ezri Konsa dan Dan Burn sukses menetralisasi ancaman Myrto Uzuni, sementara Declan Rice menjadi tameng kokoh di depan pertahanan. Di sisi lain, Albania tampil lebih baik pada 20 menit akhir, terutama setelah masuknya Armando Broja sebagai pengganti Nedim Bajrami.
Peran Pengganti: Rogers dan Gordon Menambah Warna
Tuchel melakukan tiga pergantian pemain: Morgan Rogers menggantikan Curtis Jones (menit 74), Anthony Gordon masuk untuk Marcus Rashford (74), dan Jarrod Bowen mengambil alih posisi Phil Foden (75). Rogers, yang baru pertama kali dipanggil ke timnas, langsung menunjukkan kontribusi dengan menyumbang assist untuk gol kedua Kane.
Albania merespons dengan memasukkan Adrion Pajaziti (79′) dan Arbër Hoxha (78′), tetapi perubahan taktik ini tak cukup mengubah takdir pertandingan. Cedera kiper Thomas Strakosha di menit 82′ memaksa Elhan Kastrati masuk, namun hal tersebut justru memberi energi tambahan bagi Inggris untuk menutup laga dengan aman.
Analisis Formasi: Keseimbangan Tuchel Antara Pengalaman dan Muda
Tuchel memilih pendekatan berani dengan menurunkan tiga pemain di bawah usia 23 tahun: Lewis-Skelly (18), Bellingham (21), dan Jones (24). Namun, kehadiran Kane (31), Walker (34), dan Rice (26) memberikan keseimbangan antara semangat muda dan kematangan berpengalaman.
Formasi 4-3-3 fleksibel berubah menjadi 4-2-3-1 saat menyerang, dengan Bellingham diberi kebebasan untuk maju. Di sisi kiri, Rashford kerap beralih posisi dengan Lewis-Skelly, menciptakan kebingungan di lini pertahanan Albania.
Catatan untuk Albania: Pertahanan Solid tapi Kurang Gigit
Timnas Albania patut dipuji karena mampu bertahan dari gempuran Inggris selama 75 menit. Duet Arlind Ajeti dan Berat Djimsiti di jantung pertahanan tampak kompak, sementara Kristjan Asllani menjadi motor penggerak serangan balik. Namun, kurangnya ketajaman di lini depan menjadi masalah krusial.
Myrto Uzuni, yang menjadi andalan, hanya mampu melepaskan satu tembakan tepat sasaran. Pergantian Armando Broja di menit 63′ memang menambah dinamika, tetapi kualitas finalisasi masih jauh dari memadai untuk mengancam Pickford.
Era Baru Tuchel: Kemenangan Awal yang Menjanjikan
Sebagai debut, kemenangan 2-0 ini menjadi modal penting bagi Tuchel. Pelatih asal Jerman itu disebut-sebut membawa filosofi “serang dengan disiplin” ala Bayern Munich, terlihat dari pola pressing tinggi yang diterapkan sejak menit awal.
Dalam konferensi pers pasca-pertandingan, Tuchel menyatakan kepuasannya atas kerja sama tim, meski mengkritik efektivitas serangan sayap. “Kami perlu lebih banyak variasi dalam final third, terutama dari sisi kiri,” ujarnya merujuk pada performa Rashford yang dinilai kurang produktif.
Imbas Hasil Pertandingan bagi Grup K
Kemenangan ini menempatkan Inggris di puncak Grup K dengan 3 poin, mengungguli Serbia yang baru akan bermain keesokan harinya. Albania, yang sebelumnya dianggap sebagai pesaing kedua, kini harus berbenah sebelum menghadapi Latvia pada matchday berikutnya.
Bagi Three Lions, hasil ini memperkuat kepercayaan diri menjelang laga tandang ke Serbia pada Juni 2025. Sementara itu, Albania perlu mengevaluasi efektivitas serangan dan manajemen cedera, terutama setelah insiden yang menimpa Strakosha.
Fakta Menarik di Balik Layar
- Dan Burn (32 tahun) akhirnya membuat debut timnas setelah 10 tahun berkarier di level klub.
- Morgan Rogers menjadi pemain pertama dari klub Championship (Leicester City) yang tampil untuk Inggris sejak 2021.
- Rekor penonton di Wembley (82.378) menjadi yang tertinggi untuk laga kualifikasi Piala Dunia sejak 2019.
- Tuchel menjadi pelatih asing pertama yang memimpin Inggris sejak Sven-Göran Eriksson (2001-2006).
Proyeksi ke Depan: Apa yang Bisa Diperbaiki?
Meski menang, beberapa catatan perlu jadi perhatian Tuchel:
- Efisiensi Serangan Sayap: Rashford dan Foden hanya berhasil melepas 3 tembakan dari total 15 percobaan.
- Koordinasi Lini Tengah: Duet Rice dan Jones terkadang terlalu defensif, membuat Bellingham harus turun mengambil bola.
- Manajemen Pemain Muda: Lewis-Skelly tampak kelelahan di menit akhir, menunjukkan perlunya manajemen fisik yang lebih baik.
Penutup: Langkah Awal yang Menggembirakan
Kemenangan 2-0 atas Albania menjadi awal yang ideal bagi proyek Tuchel. Kombinasi antara darah segar Lewis-Skelly dan kematangan Kane memberikan sinyal positif untuk perjalanan panjang menuju Piala Dunia 2026. Namun, tantangan sesungguhnya masih menanti, terutama saat menghadapi tim sekelas Serbia atau Prancis di fase berikutnya.
Bagi Albania, kekalahan ini bukanlah akhir dari segalanya. Dengan evaluasi taktis dan perbaikan di lini depan, “Kuq e Zinjtë” masih berpeluang bersaing di Grup K. Semua mata kini tertuju pada matchday berikutnya, di mana Tuchel diharapkan memperkenalkan lebih banyak inovasi taktis.
score.co.id – Sumber resmi untuk berita sepakbola terkini dan analisis mendalam.