Statistik pemain Portugal vs Spanyol
score.co.id – Pertemuan Portugal dan Spanyol selalu menjadi magnet bagi dunia sepak bola. Dua negara bertetangga ini tidak hanya berbagi perbatasan geografis, tetapi juga sejarah kompetisi yang penuh dendam, kebanggaan nasional, dan momen-momen legendaris. Dari pertempuran sengit di Piala Dunia 1934 hingga drama Nations League 2025, rivalitas ini terus berevolusi. Apa yang membuat duel Iberia tetap relevan setelah puluhan tahun? Bagaimana statistik terbaru mencerminkan pergeseran kekuatan? Simak analisis komprehensif dari tim redaksi score.co.id.
Tinjauan Rivalitas Historis: Dendam yang Tak Pernah Padam
Akar Konflik dan Dominasi Awal Spanyol
Rivalitas Iberia bermula jauh sebelum sepak bola modern. Spanyol memegang keunggulan psikologis sejak pertemuan kompetitif pertama di Kualifikasi Piala Dunia 1934. Kala itu, La Roja menghancurkan Portugal 9-0 – rekor kekalahan terburuk dalam sejarah tim A Seleção. Dominasi ini berlanjut hingga 1980-an, di mana Spanyol kerap unggul dalam duel fisik dan teknis.

Momen Pembalikan Portugal
Euro 2004 menjadi titik balik. Di kandang sendiri, gol tunggal Nuno Gomes mengantarkan Portugal ke perempat final sekaligus mengubur harapan Spanyol di fase grup. Kemenangan ini bukan sekadar angka, melainkan bukti bahwa Portugal mampu menandingi raksasa Eropa. Cristiano Ronaldo yang masih belia kala itu mulai menancapkan pengaruhnya.
Era Modern: Keseimbangan yang Dinamis
Pertandingan paling ikonik terjadi di Piala Dunia 2018. Dalam duel spektakuler di Sochi, Ronaldo mencetak hat-trick, sementara Diego Costa membalas dua gol. Hasil imbang 3-3 itu menjadi metafora sempurna: Spanyol mendominasi alur permainan, Portugal menghadirkan efisiensi mematikan. Statistik mencatat, dari 41 pertemuan resmi:
- Kemenangan Spanyol: 17
- Kemenangan Portugal: 7
- Imbang: 17
Angka ini membuktikan bahwa meski Spanyol lebih sering menang, Portugal semakin sering memutus rantai kekalahan.
Laporan Mendalam: Final UEFA Nations League 2025 – Drama di Munich
Babak Pertama: Dominasi Spanyol yang Tak Berbuah Optimal
Di Munich Football Arena (8 Juni 2025), Spanyol langsung menekan. Martín Zubimendi membuka skor pada menit ke-21 melalui tendangan jarak jauh yang melengkung indah. Tapi keunggulan hanya bertahan lima menit. Nuno Mendes, bek kiri Portugal, menyambar bola muntah setelah umpan silang Bruno Fernandes, menyodok bola ke sudut kiri gawang Unai Simón.
Menit 45, Mikel Oyarzabal memanfaatkan blunder João Neves. Pemain Real Sociedad itu menusuk jantung pertahanan Portugal sebelum melepaskan tembakan rendah yang tak bisa dihentikan Diogo Costa. Skor 2-1 untuk Spanyol bertahan hingga turun minum.
Babak Kedua: Kebangkitan Ronaldo dan Ketegangan Adu Penalti
Roberto Martínez memasukkan Bernardo Silva menggantikan Conceição. Taktiknya berbuah di menit ke-61. Pedro Neto melewati tiga pemain Spanyol sebelum memberikan umpan lambung ke kotak penalti. Ronaldo, yang dijaga ketat Dean Huijsen, melompat lebih tinggi dan menyundul bola ke pojok kanan. Gol ini menyamakan kedudukan sekaligus menjadi gol ke-15 Ronaldo melawan Spanyol.
Perpanjangan waktu berlangsung alot. Spanyol kehilangan Pedri karena kram, sementara Portugal mempertahankan formasi 5-4-1 yang rapat. Adu penalti pun menjadi penentu. Kegagalan Álvaro Morata (tendangan ditepis Costa) menjadi akhir kisah sedih Spanyol. Portugal menang 5-3, mengulangi sukses 2019.
Analisis Taktis: Pragmatisme vs Estetika di Final Nations League
Spanyol: Dominasi Tanpa Efisiensi
Luis de la Fuente konsisten dengan filosofi tiki-taka. Data statistik final menunjukkan:
- Penguasaan bola: 60%
- Umpan akurat: 93% (763 dari 824)
- Tembakan: 16 (6 on target)
Pedri dan Zubimendi (rating 8.2 dan 8.5) menguasai lini tengah dengan sempurna. Namun, kelemahan klasik muncul: hanya 37.5% tembakan mengarah ke gawang. Spanyol kesulitan menembus low block Portugal. Nico Williams dan Lamine Yamal terlalu sering mengandalkan dribel individu alih-alih kombinasi cepat.
Portugal: Strategi Menyerang Bertahan
Roberto Martínez belajar dari kesalahan Euro 2024. Ia memakai formasi 3-4-3 yang berubah jadi 5-4-1 saat bertahan. Triknya sukses:
- Hanya 7 tembakan (2 on target), tapi 2 gol
- 88% akurasi umpan dalam tekanan
- 144.2 km total lari (hanya 1.1 km kurang dari Spanyol)
Kunci kemenangan ada pada efisiensi. Nuno Mendes (rating 8.5) bukan hanya mencetak gol, tapi juga menutup ruang bagi Yamal. Vitinha (rating 7.5) menjadi unsung hero dengan 9 interception.
Tabel 1: Kontras Gaya Permainan
| Aspek | Portugal | Spanyol |
|---|---|---|
| Strategi | Counter-attack | Possession-based |
| Shot Conversion | 28.6% | 12.5% |
| Pressing Intensity | Medium | High |
| Dribel Sukses | 8 | 15 |
Dampak Kemenangan: Trauma Spanyol dan Kebangkitan Portugal
Bagi Spanyol: “Kutukan Laga Besar” yang Berlanjut
Kekalahan ini memperpanjang daftar kegagalan Spanyol di final/turnamen besar sejak 2012. Media Spanyol menyoroti:
- Ketergantungan berlebihan pada Pedri (97 sentuhan bola, tapi 0 key pass di babak kedua).
- Kegagalan Simón membaca arah tendangan penalti Morata.
- Absennya striker clinical (Oyarzabal melewatkan 2 peluang emas).
Bagi Portugal: Era Pasca-Ronaldo Dimulai?
Meski Ronaldo mencetak gol, pemain seperti Nuno Mendes (22 tahun), João Neves (20), dan Francisco Conceição (22) menunjukkan masa depan cerah. Kemenangan ini juga:
- Menjadikan Portugal tim pertama juara dua kali Nations League.
- Membuktikan taktik Martínez bisa sukses tanpa mengandalkan Ronaldo 90 menit.
- Meningkatkan nilai pasar pemain muda (+€15 juta dalam 48 jam pasca-final).
Proyeksi Masa Depan: Perubahan Generasi dan Tantangan Euro 2028
Spanyol: Regenerasi atau Revolusi?
De la Fuente diprediksi mundur. Calon pengganti seperti Xavi Hernández atau Mikel Arteta diisukan akan membawa pendekatan lebih pragmatis. Fokus jangka pendek:
- Mencari striker finisher (Ansu Fati? Abel Ruiz?).
- Mengintegrasikan talenta muda: Lamine Yamal (18), Gavi (22), dan Alejandro Balde (24).
Portugal: Dari Underdog Jadi Favorit
Martinez berencana mempertahankan 70% skuad inti. Tantangannya:
- Transisi dari Ronaldo ke Gonçalo Ramos/Rafael Leão.
- Mempertahankan keseimbangan lini tengah (Vitinha, Neves, Fernandes).
- Eksplorasi taktik 4-3-3 untuk Euro 2028.
Tabel 2: Head-to-Head 5 Tahun Terakhir
| Tanggal | Kompetisi | Hasil | Pencetak Gol |
|---|---|---|---|
| 08/06/2025 | UNL Final | 2-2 (5-3) | Zubimendi, Mendes, Oyarzabal, Ronaldo |
| 02/06/2023 | Kualifikasi Euro | 0-0 | – |
| 27/09/2022 | UEFA Nations League | 1-0 | Morata |
| 07/06/2022 | UEFA Nations League | 1-1 | Sarabia, R. Horta |
Kutipan Legendaris: Suara Para Pelaku
Cristiano Ronaldo (2025):“Menang melawan Spanyol selalu spesial. Gol saya? Itu untuk 12 juta rakyat Portugal yang tak pernah berhenti percaya.”
Luis de la Fuente (2025):“Kami bermain indah, tapi sepak bola modern menghargai efisiensi. Ini pelajaran pahit.”
Sergio Ramos (2018):“Rivalitas ini seperti perang saudara. Tak ada ampun, meski kami saling menghormati.”
Penutup: Simfoni Abadi Dua Kekuatan Sepak Bola
Rivalitas Portugal vs Spanyol adalah drama tanpa akhir. Statistik mungkin menunjukkan dominasi Spanyol, tetapi Portugal telah membuktikan bahwa pertarungan sesungguhnya terjadi di lapangan – bukan di kertas data. Kemenangan Nations League 2025 bukan sekadar tambahan trofi, melainkan bukti bahwa pragmatisme bisa mengalahkan estetika murni.
Untuk Spanyol, jalan panjang menanti. Bagi Portugal, era baru telah dimulai. Satu yang pasti: setiap pertemuan kedua tim akan tetap menjadi tontonan wajib bagi siapapun yang mencintai sepak bola.
Jangan lewatkan analisis eksklusif laga-laga panas Eropa lainnya hanya di score.co.id! Klik di sini untuk update harian.












