Skuad Prancis Juara Piala Dunia 1998
score.co.id – Pada musim panas 1998, sebuah euforia menyelimuti Prancis. Sebagai tuan rumah Piala Dunia, ekspektasi publik tentu saja membumbung tinggi. Namun, di mata dunia, Les Bleus bukanlah favorit utama. Gelar itu disematkan pada Brasil, sang juara bertahan yang dihiasi nama-nama besar seperti Ronaldo, Rivaldo, dan Roberto Carlos. Namun, dalam kurun satu bulan, sebuah legenda tercipta. Skuad yang dirajut oleh Aimé Jacquet ini tidak hanya memenangkan Piala Dunia untuk pertama kalinya, tetapi juga mempersembahkan sebuah narasi epik tentang keunggulan kolektif, ketangguhan mental, dan sebuah final yang akan dikenang sepanjang masa. Mereka adalah generasi emas yang mengubah keraguan menjadi kejayaan, dan namanya terpahat abadi dalam sejarah sepak bola.
Jalan Berliku Menuju Puncak Dunia
Perjalanan Prancis di Piala Dunia 1998 bagai sebuah drama tiga babak. Fase grup dilalui dengan sangat impresif. Dengan tiga kemenangan atas Afrika Selatan (3-0), Arab Saudi (4-0), dan Denmark (2-1), mereka mencetak sembilan gol dan hanya kebobolan satu kali. Namun, gerbang menuju final ternyata penuh dengan rintangan yang nyaris membuat mereka tumbang.

Babak 16 Besar: Ujian Ketahanan Melawan Paraguay
Babak 16 besar melawan Paraguay adalah ujian pertama. Prancis harus bertarung hingga menit 114 sebelum Laurent Blanc mencetak golden goal yang meledakkan Stadion Felix Bollaert.
Perempat Final: Ketegangan Adu Penalti Lawan Italia
Perlawanan semakin sengit di perempat final melawan Italia. Laga klasik Eropa ini berlangsung alot tanpa gol hingga adu penalti. Di sinilah mental juara mereka diuji, dan kiper Fabien Barthez menjadi pahlawan dengan penyelamatan krusial.
Semifinal: Keajaiban Lilian Thuram Melawan Kroasia
Semifinal menghadangkan kejutan lain. Melawan Kroasia yang percaya diri, Prancis justru tertinggal lebih dulu. Namun, Lilian Thuram, seorang bek yang jarang mencetak gol, bangkit dan mencetak dua gol balasan yang mengantarkan Prancis ke final. Drama pun mencapai puncaknya di Stadion Stade de France.
Analisis Taktik: Kegeniusan Pragmatis Aimé Jacquet
Di balik kesuksesan ini, ada seorang arsitek yang awalnya sering menjadi bulan-bulanan kritik: Aimé Jacquet. Media Prancis mengecam gaya bermainnya yang dianggap “membosankan” dan “terlalu defensif”. Jacquet, dengan keteguhan hati, mengabaikan semua celaan itu. Keputusannya untuk menyingkirkan bintang-bintang seperti Eric Cantona dan David Ginola dianggap kontroversial, namun itu adalah langkah strategis untuk membangun tim yang solid dan disiplin.
Formasi dan Filosofi
Jacquet membangun fondasi tim dengan formasi 4-3-2-1 yang sangat terorganisir. Filosofinya sederhana namun efektif: bertahan dengan rapat, menguasai lini tengah, dan menyerang dengan efisien. Didier Deschamps menjadi “pengangkut air” yang tak kenal lelah di depan pertahanan, sementara Zinedine Zidane diberikan kebebasan kreatif di lini serang.
Kemenangan di Final
Kemenangan di final atas Brasil adalah mahakarya taktik Jacquet. Ia mengidentifikasi kelemahan Brasil dalam bertahan bola mati. Instruksinya untuk membanjiri kotak penalti Brasil dengan umpan-umpan silang dan sepak pojok terbukti jitu. Dua gol Zidane dari sundulan adalah bukti eksekusi sempurna dari rencana yang telah disusun matang. Ini adalah kemenangan pragmatisme atas bakat individu.
Para Pilar Kemenangan: Dari Sang Maestro Hingga Benteng Kokoh
Skuad Prancis 1998 adalah simfoni indah dari berbagai peran yang saling melengkapi. Beberapa nama menjadi pilar yang tak tergantikan:
Zinedine Zidane
Meski sempat tersandung kartu merah di fase grup, Zidane tampil sempurna di final. Dua gol sundulannya bukan hanya membawa gelar, tetapi juga mengukuhkannya sebagai ikon global dan pemain terhebat pada masanya.
Didier Deschamps
Sang kapten dan jiwa tim. Deschamps mungkin tidak secemerlang Zidane, namun perannya sebagai gelandang bertahan adalah fondasi utama. Kepemimpinannya dan kemampuan membaca permainan adalah katalis bagi seluruh tim.
Benteng Pertahanan
Kuartet belakang yang terdiri dari Lilian Thuram, Marcel Desailly, Laurent Blanc, dan Bixente Lizarazu adalah mimpi buruk bagi setiap penyerang. Mereka cepat, kuat, dan cerdas secara taktis. Thuram bahkan menjadi pahlawan tak terduga dengan dua gol di semifinal.
Emmanuel Petit dan Gelandang Dinamis
Petit adalah mitra ideal bagi Deschamps. Ia tidak hanya membantu pertahanan, tetapi juga memiliki visi dan umpan-umpan tajam. Golnya di menit-menit akhir final, setelah menerima umpan terobosan dari Patrick Vieira, menjadi penutup sempurna bagi kemenangan Prancis.
Masa Depan yang Cemerlang
Skuad ini juga menjadi tempat bersemainya bibit-bibit bintang masa depan. Thierry Henry dan David Trezeguet, meski belum menjadi starter, mendapatkan pengalaman tak ternilai yang menjadi bekal mereka mendominasi sepak bola Eropa dan membawa Prancis juara Euro 2000.
Warisan Abadi: Lebih Dari Sekadar Sepak Bola
Dampak kemenangan Prancis di Piala Dunia 1998 melampaui batas lapangan hijau. Tim ini adalah cerminan Prancis modern yang multikultural. Dengan pemain dari keturunan Senegal (Patrick Vieira), Armenia (Youri Djorkaeff), Ghana (Marcel Desailly), Kaledonia Baru (Christian Karembeu), dan Guadeloupe (Lilian Thuram), mereka menjadi simbol persatuan nasional. Slogan “Black, Blanc, Beur” (Hitam, Putih, Arab) melekat erat, merepresentasikan sebuah Prancis yang beragam namun bersatu dalam satu tujuan.
Kesinambungan Kesuksesan
Warisan mereka juga terlihat dalam kesinambungan kesuksesan. Tim ini adalah batu loncatan bagi dominasi Prancis di tahun-tahun berikutnya. Mereka memenangkan Euro 2000, dan yang tak kalah penting, melahirkan seorang pelatih juara dunia. Didier Deschamps, sang kapten di 1998, kembali mengulangi kesuksesan dengan membawa Prancis menjadi juara dunia 20 tahun kemudian di Rusia. Skuad 1998 bukanlah akhir, melainkan awal dari sebuah dinasti sepak bola Prancis.
Skuad Lengkap Prancis Juara Piala Dunia 1998
Berikut adalah daftar lengkap para pahlawan yang membawa pulang Piala Dunia pertama untuk Prancis:
| No. | Nama Pemain | Posisi | Klub pada 1998 |
|---|---|---|---|
| 16 | Fabien Barthez | Kiper | AS Monaco |
| 1 | Bernard Lama | Kiper | West Ham |
| 22 | Lionel Charbonnier | Kiper | Auxerre |
| 8 | Marcel Desailly | Bek | AC Milan |
| 5 | Laurent Blanc | Bek | Marseille |
| 15 | Lilian Thuram | Bek | Parma |
| 18 | Frank Leboeuf | Bek | Chelsea |
| 3 | Bixente Lizarazu | Bek | Bayern Munich |
| 2 | Vincent Candela | Bek | AS Roma |
| 7 | Didier Deschamps | Gelandang | Juventus |
| 17 | Emmanuel Petit | Gelandang | Arsenal |
| 19 | Christian Karembeu | Gelandang | Real Madrid |
| 4 | Patrick Vieira | Gelandang | Arsenal |
| 10 | Zinedine Zidane | Gelandang | Juventus |
| 6 | Youri Djorkaeff | Gelandang | Inter Milan |
| 11 | Robert Pirès | Gelandang | Metz |
| 14 | Alain Boghossian | Gelandang | Sampdoria |
| 13 | Bernard Diomède | Gelandang | Auxerre |
| 9 | Stéphane Guivarc’h | Penyerang | Auxerre |
| 12 | Thierry Henry | Penyerang | AS Monaco |
| 20 | David Trezeguet | Penyerang | AS Monaco |
| 21 | Christophe Dugarry | Penyerang | Marseille |
Penutup: Sebuah Warisan yang Tak Terlupakan
Dua puluh tujuh tahun telah berlalu, namun kisah heroik Skuad Prancis 1998 tetap hidup dalam ingatan. Mereka adalah bukti bahwa sepak bola bukan hanya tentang kumpulan bintang individu, tetapi tentang tim yang bersatu, strategi yang jitu, dan mentalitas pemenang. Dari visi Aimé Jacquet, kejeniusan Zidane, kepemimpinan Deschamps, hingga kekuatan pertahanan mereka, setiap elemen bersatu padu menciptakan sebuah mahakarya. Generasi emas ini tidak hanya memberikan gelar, tetapi juga memberikan kebanggaan, identitas, dan inspirasi bagi seluruh bangsa. Mereka adalah legenda yang abadi.
Jangan lewatkan analisis mendalam dan berita terbaru seputar dunia sepak bola hanya di Score.co.id.












