Skuad Leicester Juara epl: Daftar pemain legendaris musim 2015/16

Mengenang kembali Vardy, Kante, Mahrez dkk di musim bersejarah

Skuad Leicester Juara epl
Skuad Leicester Juara epl

Skuad Leicester Juara epl

score.co.id, kami selalu excited membahas cerita-cerita sepak bola yang bikin bulu kuduk merinding. Salah satunya adalah kisah epik Leicester City musim 2015/16, ketika tim kecil dengan peluang 5000-1 mengguncang dunia. Di bawah arahan Claudio Ranieri, The Foxes, yang setahun sebelumnya nyaris tenggelam di zona degradasi, tiba-tiba jadi raja Liga Primer Inggris, mengalahkan raksasa seperti Manchester United dan Arsenal. Siapa saja sosok di balik dongeng modern ini? Yuk, kita kulik daftar pemain legendaris itu, peran mereka, dan kabar terbaru mereka di tahun 2025!

Keajaiban Leicester City: Kisah Dongeng di Liga Primer

Musim 2015/16 adalah panggung Leicester City mencuri hati dunia. Bayangkan, klub yang musim sebelumnya cuma berjuang di dasar klasemen tiba-tiba jadi sorotan global. Dengan peluang juara yang lebih kecil dari menemukan jarum di tumpukan jerami, mereka mengumpulkan 81 poin dari 38 laga, unggul 10 poin atas Arsenal di posisi kedua. Kemenangan ini bukan cuma soal trofi, tapi bukti bahwa mimpi besar bisa jadi kenyataan, bahkan untuk tim dengan bujet pas-pasan.

Mengenang kembali Vardy, Kante, Mahrez dkk di musim bersejarah
Mengenang kembali Vardy, Kante, Mahrez dkk di musim bersejarah

Claudio Ranieri, pelatih asal Italia yang penuh karisma, adalah otak di balik keajaiban ini. Dengan taktik cerdas dan pendekatan yang bikin pemain merasa seperti keluarga, ia mengubah skuad “biasa” jadi mesin tak terhentikan. Dari kiper hingga penyerang, setiap pemain punya andil. Mari kita telusuri siapa saja mereka dan mengapa musim itu begitu istimewa.

Skuad Lengkap Leicester City 2015/16: Pahlawan di Setiap Lini

Skuad Leicester musim 2015/16 terdiri dari 29 pemain, campuran talenta muda dan veteran yang punya chemistry luar biasa. Berikut daftar lengkap berdasarkan posisi:

Penjaga Gawang:

  • Kasper Schmeichel

  • Ben Hamer

  • Mark Schwarzer

  • Jonny Maddison

Bek:

  • Robert Huth

  • Daniel Amartey

  • Yohan Benalouane

  • Wes Morgan

  • Liam Moore

  • Marcin Wasilewski

  • Christian Fuchs

  • Ben Chilwell

  • Paul Konchesky

  • Danny Simpson

  • Ritchie De Laet

Gelandang:

  • N’Golo Kanté

  • Gökhan Inler

  • Danny Drinkwater

  • Andy King

  • Matty James

  • Dean Hammond

  • Marc Albrighton

  • Jeffrey Schlupp

  • Andrej Kramaric

  • Tom Lawrence

  • Demarai Gray

  • Joseph Dodoo

  • André Olukanmi

  • Riyad Mahrez

  • Nathan Dyer

Penyerang:

  • Harry Panayiotou

  • Jamie Vardy

  • Shinji Okazaki

  • Leonardo Ulloa

  • Jacob Blyth

Dengan pemain dari Inggris, Jepang, hingga Aljazair, keragaman ini menciptakan dinamika unik. Meski tak ada nama-nama besar, kebersamaan mereka di lapangan seperti puzzle yang pas banget.

Baca Juga  Garnacho Boleh Sombong, Ronaldo Saat Muda Belum Sejago Dirinya

Pemain Kunci: Tulang Punggung Kejayaan Leicester

Keberhasilan Leicester adalah hasil kerja tim, tapi beberapa nama benar-benar jadi pilar. Berikut sosok-sosok yang bikin musim itu tak terlupakan:

Kasper Schmeichel: Benteng Terakhir The Foxes

Kasper Schmeichel, anak dari legenda Peter Schmeichel, adalah tembok di bawah mistar. Main di semua 38 laga dengan 15 clean sheet, ia sering jadi penyelamat di momen krusial. Penyelamatannya yang gemilang, seperti saat melawan Tottenham, bikin saya sampai terlonjak dari sofa!

Wes Morgan: Kapten yang Kokoh

Wes Morgan, kapten tim, adalah jantung pertahanan. Main setiap menit di musim itu, ia memimpin dengan tenang dan tangguh. Bersama Robert Huth, ia bikin lini belakang Leicester cuma kebobolan 36 gol—rekor yang bikin lawan frustrasi.

Robert Huth: Menara Jerman di Lini Belakang

Robert Huth, eks Chelsea, membawa pengalaman juara ke Leicester. Selain jadi benteng, ia nyumbang tiga gol, termasuk sundulan penentu kemenangan lawan Tottenham. Duetnya dengan Morgan seperti dua pilar yang tak goyah.

Christian Fuchs: Bek Kiri yang Serba Bisa

Christian Fuchs, yang datang dari Schalke, langsung nyetel di sisi kiri. Tak cuma jago bertahan, ia juga nyumbang empat assist dengan umpan-umpan presisi. Pengalamannya di level top Eropa bikin lini belakang makin matang.

Danny Simpson: Disiplin di Sisi Kanan

Danny Simpson mungkin tak bikin headline, tapi perannya di bek kanan krusial. Disiplinnya bikin pemain seperti Mahrez bisa fokus menyerang. Ia seperti pekerja keras di balik layar yang jarang disorot.

N’Golo Kanté: Mesin di Lini Tengah

N’Golo Kanté adalah definisi “kecil-kecil cabe rawit”. Dengan 175 tekel dan 157 intersep, ia jadi mimpi buruk lawan. Energinya yang tak habis-habis bikin lini tengah Leicester selalu unggul. Jujur, nonton dia main rasanya kayak lihat superhero!

Danny Drinkwater: Kreativitas di Tengah Lapangan

Danny Drinkwater adalah pasangan sempurna Kanté. Dengan tiga gol dan tujuh assist, ia punya visi permainan yang membuka peluang. Umpan-umpannya ke Vardy dan Mahrez sering bikin lawan kewalahan.

Riyad Mahrez: Penyihir Aljazair

Riyad Mahrez adalah sihir di lapangan. Dengan 17 gol dan 11 assist, ia dinobatkan sebagai Pemain Terbaik PFA. Dribelnya yang lincah dan gol-gol ajaibnya, seperti voli melawan Chelsea, bikin fans terpukau. Pemain ini benar-benar beda!

Marc Albrighton: Pelayan Setia di Sayap

Marc Albrighton mungkin tak seflamboyan Mahrez, tapi kontribusinya gede. Dengan dua gol, enam assist, dan 268 umpan silang terbaik di liga, ia jadi motor serangan di sisi kiri. Kerja kerasnya juga bantu pertahanan—salut!

Baca Juga  Nekat Masuk ke Kandang Dewa United, Suporter Persib Rusuh Hingga Polisi Keluarkan Gas Air Mata

Jamie Vardy: Mesin Gol yang Tak Terhentikan

Jamie Vardy adalah cerita inspirasi hidup. Dari pemain liga amatir, ia jadi top skor Leicester dengan 24 gol, termasuk rekor gol di 11 laga beruntun. Kecepatannya bikin bek lawan pontang-panting. Golnya melawan Liverpool masih jadi salah satu momen favorit saya!

Shinji Okazaki: Pekerja Keras di Lini Depan

Shinji Okazaki mungkin “cuma” cetak lima gol, tapi perannya jauh lebih besar. Pergerakannya tanpa bola bikin ruang untuk Vardy dan Mahrez, sementara tekanannya ke bek lawan bikin strategi Ranieri jalan mulus. Pemain seperti ini yang bikin tim kompak.

Anatomi Keajaiban: Mengapa Leicester Bisa Juara?

Kemenangan Leicester bukan cuma soal keberuntungan. Ranieri meramu taktik 4-4-2 yang simpel tapi mematikan: pertahanan rapat, serangan balik kilat. Vardy dan Mahrez jadi ujung tombak, didukung Kanté yang seperti punya sepuluh paru-paru. Pertahanan Morgan-Huth jadi fondasi kokoh, cuma kebobolan 36 gol.

Tapi, yang bikin saya kagum adalah semangat tim ini. Mereka main tanpa beban, beda dengan klub besar yang tertekan ekspektasi. Kebersamaan di luar lapangan, dari sesi latihan sampai makan malam bareng, bikin mereka seperti keluarga. Dukungan pemilik klub, Vichai Srivaddhanaprabha, juga jadi suntikan moral dan finansial.

Status Terkini Pemain di 2025: Di Mana Mereka Sekarang?

Sekarang, hampir satu dekade setelah keajaiban itu, para pahlawan Leicester punya cerita masing-masing. Berikut kabar terbaru mereka:

  • Kasper Schmeichel: Gabung Celtic FC pada 2024, masih jadi kiper utama dan baru bawa tim juara Piala Liga Skotlandia. Keren, kan?

  • Wes Morgan: Pensiun tahun 2021, sekarang melatih di akademi Nottingham Forest, bantu cetak talenta muda.

  • Robert Huth: Terakhir jadi manajer pinjaman di Leicester pada 2022, kini kabarnya low profile.

  • Christian Fuchs: Sempat jadi asisten pelatih di Charlotte FC sampai 2023, sekarang entah di mana—mungkin lagi santai!

  • Danny Simpson: Pensiun Juli 2024 setelah main di Macclesfield, kini fokus ke proyek pribadi.

  • N’Golo Kanté: Main di Al-Ittihad, Liga Saudi, sejak 2023, masih jadi gelandang top.

  • Danny Drinkwater: Umumkan pensiun tahun 2023 setelah susah move on dari Leicester.

  • Riyad Mahrez: Gabung Al-Ahli di Liga Saudi, tetap bikin bek lawan pusing dengan dribelnya.

  • Marc Albrighton: Pensiun Agustus 2024 setelah pinjaman di West Brom, kini mungkin nikmati waktu sama keluarga.

  • Jamie Vardy: Masih setia di Leicester, tetap cetak gol meski tim terdegradasi musim 2024/25. Loyalitasnya bikin salut!

  • Shinji Okazaki: Terakhir main di Eropa tahun 2020, kini kabarnya fokus ke bisnis di Jepang.

Baca Juga  Fans Lionel Messi Harap Sabar, Si Kutu Baru Bisa Main Lagi Bulan Depan

Perpindahan Kanté dan Mahrez ke Liga Saudi nunjukin betapa menggiurkannya duit di sana, tapi loyalitas Vardy ke Leicester adalah cerita yang bikin hati hangat.

Warisan Leicester City: Inspirasi Abadi

Kisah Leicester 2015/16 adalah bukti bahwa sepak bola penuh keajaiban. Dengan peluang 5000-1, mereka ngajarin kita bahwa kerja keras dan strategi bisa ngalahin duit dan nama besar. Vardy, Mahrez, Kanté—mereka bukan cuma legenda Leicester, tapi ikon dunia yang bikin anak-anak bermimpi jadi pemain bola.

Bagi saya, kisah ini adalah pengingat bahwa sepak bola adalah soal harapan. Leicester mungkin terdegradasi di 2024/25, tapi warisan musim 2015/16 abadi. Mural di kota Leicester dan sorak suporter masih nyanyi tentang keajaiban itu. Ini bukan cuma soal trofi, tapi tentang keberanian bermimpi.

Rangkuman dan Pandangan Akhir

Leicester City 2015/16 adalah tim yang bikin sejarah dengan cara tak terduga. Dari Schmeichel yang kokoh di gawang, Morgan yang memimpin di belakang, sampai Vardy yang cetak gol seperti mesin, setiap pemain punya cerita. Taktik Ranieri, semangat tim, dan dukungan fans menciptakan keajaiban yang masih dikenang di 2025. Meski banyak pemain kini pensiun atau pindah, kisah mereka tetap hidup, ngasih inspirasi bahwa tim kecil bisa bikin gebrakan besar.

Buat penggemar bola di Indonesia, cerita Leicester ini kayak suntikan semangat buat dukung tim favorit, apapun peluangnya. Ini bukti bahwa di sepak bola, tak ada yang mustahil. Jangan lupa ikuti score.co.id untuk info lainnya seputar sepak bola, dari analisis seru sampai kabar transfer terbaru!