Score – Manchester United tengah menjalani masa-masa sulit pada musim 2023-2024.
Pasalnya, performa Manchester United di berbagai kompetisi bisa dibilang mengecewakan.
Di Liga Inggris, Manchester United hanya mampu bertengger di posisi ketujuh klasemen sementara dengan raihan 24 poin dari 14 laga.
Setan Merah hanya mampu mencatatkan delapan kemenangan dan mengalami enam kekalahan.
Adapun di Liga Champions, performa Man United jauh lebih buruk.
Dari lima pertandingan yang sudah mereka jalani, Man United hanya mampu meraih empat poin.
Itu pun mereka dapatkan dari satu kemenangan dan satu hasil imbang.
Adapun tiga laga lainnya berakhir dengan kekalahan.
Jumlah poin itu membuat Bruno Fernandes dkk. menempati posisi juru kunci Grup A.
Man United bahkan kalah dari FC Copenhagen dan Galatasaray dalam posisi di klasemen.
Masalah Man United pun tidak hanya terletak pada performa di dalam lapangan, tetapi juga di luar lapangan.
Salah satunya adalah konflik yang melibatkan pelatih Erik ten Hag dengan para pemain Man United.
Kala itu, salah satu pemain yang paling viral berkonflik dengan Ten Hag adalah Jadon Sancho.
Rupanya, masalah di luar lapangan yang dialami oleh Setan Merah tidak hanya terjadi baru-baru ini.
Mantan gelandang Man United, Nemanja Matic, mengungkap borok mantan klubnya itu dalam sebuah wawancara.
Menurutnya, para pemain Chelsea jauh lebih disiplin dan profesional daripada para pemain Man United.
Matic menekankan bahwa banyak pemain Setan Merah yang datang terlambat setiap latihan.
Namun, dari sekian banyak nama, ada dua orang yang menjadi biang kerok utama, yaitu Jadon Sancho dan Paul Pogba.
Hal tersebut kemudian mendorong Matic untuk membentuk komite disiplin di Man United.
“Di Chelsea, para pemain bersikap profesional, mereka tepat waktu dan tidak pernah terlambat datang ke tempat latihan, tetapi di United hal itu terjadi hampir setiap hari,” ucap Matic.
“Di antara para pemain yang selalu terlambat adalah Paul Pogba dan Jadon Sancho dan beberapa pemain lainnya.”
“Kami semua yang selalu tepat waktu menjadi marah, jadi kami memutuskan untuk membentuk semacam komite disiplin internal dengan saya sebagai ketuanya.”
“Saya menempelkan selembar kertas di dinding tempat saya mendokumentasikan nama-nama orang yang datang terlambat.”
“Selama satu musim tertentu kami mengumpulkan sekitar 75 ribu pounds (sekitar Rp1,47 miliar) dalam bentuk denda.”
“Kami berencana menggunakan uang tersebut untuk mengadakan pesta di London, tetapi tidak jadi karena wabah Covid,” pungkasnya.