Saham Asia dibuka melemah karena kekhawatiran China, tunggu inflasi AS

saham Asia 4 SCORE.CO.ID

Score – Saham Asia melemah pada awal perdagangan Kamis, masih terpukul akibat China tergelincir ke dalam deflasi, dengan investor sangat berhati-hati menjelang laporan inflasi AS yang kemungkinan akan mempengaruhi jalur kebijakan moneter Federal Reserve.

Pengumuman larangan AS atas investasi dalam teknologi sensitif di ekonomi terbesar kedua di dunia itu, juga membebani sentimen.

Indeks MSCI dari saham Asia-Pasifik di luar Jepang tergelincir 0,33 persen dan tampaknya akan mencatat kerugian minggu kedua berturut-turut.

Indeks saham-saham unggulan China CSI 300 dan Indeks Komposit Shanghai dibuka masing-masing 0,1 persen lebih rendah, sementara Indeks Hang Seng Hong Kong mundur 0,6 persen. Namun demikian, Nikkei Jepang naik 0,13 persen.

Data China pada Rabu (9/8/2023) menunjukkan deflasi pada tingkat harga konsumen dan penurunan lebih lanjut untuk harga gerbang pabrik pada Juli hanya memperburuk kekhawatiran tentang sifat pemulihan pasca-pandemi negara tersebut.

China adalah ekonomi G20 pertama yang melaporkan penurunan harga konsumen tahun-ke-tahun sejak pembacaan IHK (indeks harga konsumen) negatif terakhir Jepang pada Agustus 2021.

Ini menyoroti “kebutuhan akan lebih banyak dukungan fiskal, jika Beijing ingin menghindari prospek jebakan deflasi,” kata Rodrigo Catril, ahli strategi mata uang senior di National Australia Bank.

Presiden ASJoe Biden pada Rabu (9/8/2023) menandatangani perintah eksekutif yang akan melarang beberapa investasi baru AS di China dalam teknologi sensitif seperti cip komputer dan mewajibkan pemberitahuan pemerintah di sektor teknologi lainnya.

“Ini menandakan pengawasan federal yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk meneliti dan terkadang menghalangi investasi semacam itu di sektor teknologi China,” kata ahli strategi di Saxo Markets.

Investor juga tidak mau memasang taruhan besar minggu ini menjelang laporan inflasi AS yang akan dirilis Kamis nanti.

IHK AS diperkirakan akan menunjukkan inflasi utama naik sedikit pada Juli menjadi 3,3 persen secara tahunan, sementara inflasi inti, yang tidak termasuk segmen makanan dan energi yang mudah bergejolak, diperkirakan akan naik sebesar 0,2 persen pada Juli, untuk kenaikan tahunan sebesar 4,8 persen.

Pasar memperkirakan peluang lebih dari 50 persen bahwa Federal Reserve selesai dengan kenaikan suku bunga tahun ini, alat CME FedWatch menunjukkan, karena inflasi moderat dan prospek soft landing meningkat.

Imbal hasil pada obligasi pemerintah AS 10-tahun naik 1,1 basis poin menjadi 4,019 persen pada jam Asia, sedangkan imbal hasil pada obligasi pemerintah 30-tahun berada di 4,186 persen.

Ahli strategi obligasi yang disurvei oleh Reuters memperkirakan imbal hasil obligasi pemerintah AS akan turun dalam beberapa bulan mendatang, dengan perkiraan median untuk imbal hasil 10-tahun di 3,60 persen dalam enam bulan.

Di pasar mata uang, indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, sedikit berubah pada 102,52. Euro turun tipis 0,04 persen menjadi 1,0969 dolar. Yen Jepang melemah 0,04 persen menjadi 143,80 per dolar, sementara sterling terakhir di 1,2714 dolar, turun 0,03 persen.

Harga minyak melemah di perdagangan Asia setelah menyentuh puncak tujuh bulan di sesi sebelumnya, karena kekhawatiran tentang ekonomi China melebihi dampak positif dari penurunan tajam stok bahan bakar AS dan pengurangan produksi Saudi dan Rusia.

Minyak mentah berjangka AS turun 0,07 persen menjadi diperdagangkan di 84,34 dolar AS per barel dan Brent berada di di 87,48 dolar AS per barel, turun 0,08 persen. Emas spot bertambah 0,2 persen menjadi diperdagangkan di 1.917,74 dolar AS per ounce.

Exit mobile version