Ride in Peace Anthony Gobert, Calon Bintang MotoGP Pendahulu Valentino Rossi yang Layu Sebelum Berkembang

Ride in Peace Anthony Gobert, Calon Bintang MotoGP Pendahulu Valentino Rossi yang Layu Sebelum Berkembang

anthony gobertjpg 20240118013929 SCORE.CO.ID

Score – Karier Anthony Gobert menjadi salah satu “what if”, alias “bagaimana jadinya jika” terbesar di MotoGP karena dianggap layu sebelum berkembang.

Berasal dari negara yang sama seperti Mick Doohan dan Casey Stoner yaitu Australia, Gobert mencuri perhatian dengan kesuksesan yang diraih di arena balap sejak remaja.

Lesatan Gobert dimulai saat dia mampu mencetak pole position dan kemenangan dalam balapan World Superbike di Phillip Island, Australia, pada 1994. Saat itu usianya 19 tahun.

Padahal itu adalah balapan pertamanya di sirkuit ikonik itu dengan motor superbike. Gobert pun hanya tampil sebagai wildcard.

Setelah ditarik untuk memperkuat Kawasaki di Superbike dan mengemas empat kemenangan sepanjang musim 1995-1996, dia mendapat jalan menuju Kejuaraan Dunia Grand Prix.

Gobert dikontrak Suzuki untuk GP500 (saat ini kelas MotoGP) musim 1997.

Mengutip Motorsport Magazine, kepala kru Gobert di Suzuki saat itu, Stuart Shenton, menilai tinggi talenta pembalap asal Greenacre tersebut.

Gobert bahkan dinilainya secara natural lebih berbakat daripada legenda MotoGP yang pernah ditanganinya yaitu Freddie Spencer, Wayne Gardner, dan Kevin Schwantz.

“Akan tetapi, dia tidak menyadari apa yang dimilikinya dan dia tidak dapat menggunakannya,” ucap Shenton mengenang.

“Kalau dia dapat mengerahkan kemampuannya dan tampil di setiap akhir pekan, bugar dan sehat, dengan fokus yang tepat, dia pasti akan menjadi pembalap yang hebat.”

Malang, Gobert layu sebelum berkembang. Alasan utamanya adalah karena kegilaan yang dilakukannya di luar lintasan.

Sebagaimana Valentino Rossi yang sinarnya juga muncul di era 90an, Gobert digadang-gadang menjadi pembalap bintang karena tahu cara menang dan bersenang-senang.

Hanya saja soal urusan bersenang-senang, Gobert kebablasan sampai-sampai The Doctor, hanya empat tahun lebih muda, kesulitan untuk mengikuti ‘kemeriahannya’.

“Gobert, The Go Show, ya,” kata Rossi saat mengulas 175 pembalap yang dihadapinya di kelas para raja bersama BT Sport.

“Saya pernah mengikuti pesta dengannya di Rio… sulit, sangat sulit, tapi menyenangkan,” imbuh Rossi sambil tertawa.

Sebagaimana diberitakan GPOne.com, karier balapan Gobert hancur karena dirinya kecanduan narkotika dan alkohol.

Gobert bahkan gagal menyelesaikan musim debutnya di GP500 karena dipecat Suzuki di tengah musim gegara hasil positif dalam tes doping. Saat itu dia diduga mengonsumsi ganja.

Di ajang GP500, posisi finis ketujuh dalam balapan GP Austria menjadi hasil terbaik Gobert. Dia kemudian hanya kembali sesekali.

GP Inggris Raya musim 2000, menjadi penampilan terakhirnya di grand prix.

Itu juga menjadi balapan satu-satunya Gobert dengan Rossi yang masih berkutat di kelas GP125 saat dia sudah tampil di GP500.

Meski begitu, pria asal Negeri Kanguru itu tetap berkesan bagi The Doctor. “Sangat sulit untuk mengikutinya di slipstream, tapi dia orang yang sangat baik,” ucap Rossi.

Adapun di ajang Superbike dia menorehkan 16 podium dengan 8 kemenangan dari musim 1994-2000. Peringkat empat di klasemen akhir pada 1995 menjadi pencapaian tertingginya.

Gobert berlanjut ke kejuaraan nasional di Amerika Serikat, Inggris, Spanyol, dan Australia hingga 2007. Tahun berikutnya dia ditahan karena kasus pencurian.

Pada 2019 Gobert juga hampir kehilangan nyawanya setelah dikeroyok anggota geng di rumahnya sendiri akibat perselisihan di tempat makan.

Pekan lalu pihak keluarga melalui adiknya, Aaron Gobert, mengumumkan bahwa ia mendapatkan perawatan paliatif dan berada dalam kondisi sakratulmaut.

Pada Rabu (17/1/2024), Gobert akhirnya dinyatakan meninggal dunia sebagaimana dibagikan oleh ibundanya, Suzanne. Dia meninggal di usia 48 tahun.

“Hati saya hancur saat menulis ini karena putra pertama saya Anthony telah meninggal dunia pada siang hari ini,” tulis Suzanne.

“Saya mencintainya sejak kelahirannya hingga kematiannya. Terkadang dia sulit dihadapi tetapi dia selalu memiliki hati yang baik dan peduli dengan semua orang.”

“Sayangnya, dia menjadi korban dari adiksi yang sudah terjadi secara turun menurun di keluarga kami. Dia berulang kali mencoba untuk sembuh tetapi tidak berhasil.”

“Saya bangga terhadap dirinya dan berterima kasih kepada semua orang baik yang hadir dalam hidupnya.” Ride in peace.

Exit mobile version