Puncak Bahagia Francesco Bagnaia usai Jadi Juara Dunia MotoGP, Menangi Persaingan Tersulit dengan Atasi Horor di Lap Terakhir

Puncak Bahagia Francesco Bagnaia usai Jadi Juara Dunia MotoGP, Menangi Persaingan Tersulit dengan Atasi Horor di Lap Terakhir

000 34623bdjpg 20231126101624 SCORE.CO.ID

Score – Francesco Bagnaia menutup kiprahnya sebagai juara dengan memenangi balapan seri terakhir MotoGP Valencia di Sirkuit Ricardo Tormo, Valencia, Spanyol, Minggu (26/11/2023).

Nuvola Rossa sejatinya sudah memastikan gelar saat pesaing terdekat, Jorge Martin (Prima Pramac), gagal finis karena insiden dengan Marc Marquez (Repsol Honda), pada lap keenam.

Bagnaia yang tadinya memimpin pun sempat turun ke posisi ketiga.

Akan tetapi, semesta bak mendukung pembalap asal Chivasso, Italia, untuk mengalami akhir pekan terbaik dalam hidupnya.

Dua kesalahan pembalap Red Bull KTM membawa Bagnaia kembali ke posisi pertama.

Dari sana pembalap yang akrab disapa Pecco tersebut tidak menyia-nyiakan kesempatan dengan mempertahankan posisinya hingga akhir lomba.

“Saya merasa luar biasa. Saya merasa berada di puncak kebahagiaan dan ini tidak pernah terjadi sebelumnya,” kata Bagnaia, dilansir dari Crash.net.

“Sebabnya, saya juga merasa sangat bahagia karena saya memenangi balapan.”

Saat memastikan dua gelar juara pada 2018 di Moto3 dan 2022 di MotoGP, Bagnaia memang melakukannya tanpa mencetak kemenangan.

Di Valencia musim lalu lepasnya salah satu komponen aerodinamika akibat senggolan dengan Fabio Quartararo membuat Bagnaia terseok-seok hingga hanya finis kesembilan.

Masih juara karena dia cuma perlu finis ke-14 saat itu.

“Dengan situasi hari ini, saya tidak perlu menang tetapi saya bermimpi untuk melakukannya. Saya sangat bahagia tetapi juga ketakutan,” sahut Bagnaia.

Ketakutan Bagnaia muncul di pengujung lomba saat cuaca menjadi bertambah dingin.

Cuaca yang dingin menjadi alarm bagi Bagnaia karena dia memakai ban depan dengan kompon paling keras, paling awet tetapi juga paling gampang selip jika temperaturnya turun.

Tujuh pembalap sudah terjatuh saat itu.

Di sisi lain, Bagnaia menghadapi tekanan besar dari Johann Zarco (Prima Pramac) dan Fabio Di Giannantonio (Gresini) yang sama-sama berambisi untuk menang.

“Dengan sisa lima lap saya merasa sangat takut karena udaranya menjadi dingin dan ban depan saya berkompon keras. Ini tidak mudah karena saya berada dalam tekanan,” imbuhnya.

Kebahagiaan Bagnaia juga datang karena dia baru saja melewati salah satu musim tersulitnya.

Jorge Martin berhasil memaksa Bagnaia berjuang hingga akhir dengan lesatan yang dibuat pada paruh musim kedua.

Saat diminta membandingkannya dengan musim lalu di mana dia bersaing dengan Quartararo, Bagnaia merasa musim ini jauh lebih sulit.

Sebabnya, Martin tak mengalami kesulitan seperti Quartararo karena faktor kuda besi yang kalah kompetitif.

Musim ini Martin mendapatkan motor Ducati Desmosedici GP23 yang sama persis dengan Bagnaia. Mereka juga bisa saling mencontek data karena satu pabrikan.

Pun soal kecepatan murni, Martin hampir selalu lebih cepat daripada Bagnaia. Ini paling terlihat saat sprint di mana Martinator menang sembilan kali.

Namun, untuk menjadi juara, diperlukan lebih daripada kecepatan.

Bagnaia lebih cerdas dalam mengatur balapannya sehingga lebih konsisten saat balapan utama yang durasinya penuh dan lebih menentukan dalam kejuaraan.

“Dengan Jorge, setelah balapan di Barcelona dia menjadi lebih percaya diri dari lomba ke lomba dan sulit untuk menghentikannya,” ungkap Bagnaia.

“Tahun ini saya terjatuh di India ketika berada di depannya jadi tentunya itu sebuah keuntungan.”

“Persaingannya lebih sulit tahun ini. Berbagi data ada gunanya tetapi terkadang juga membuat stres,” tandasnya.

Lebih tenangnya Bagnaia dalam menghadapi balapan pamungkas tidak terlepas dari posisinya yang lebih menguntungkan karena unggul dalam jumlah poin.

Bagnaia tidak mengulangi kesalahan mentornya, Valentino Rossi, yang dua kali gagal juara di Valencia kendati datang dengan keunggulan poin.

Utamanya pada musim 2006, di mana Rossi gagal finis karena terlalu berambisi untuk menang kendati sebenarnya tidak perlu melakukannya.

“Dia (Rossi) hanya memberi tahu saya agar tetap tenang, untuk memahami situasinya kerena Jorge berada di situasi terburuk yaitu harus menang.”

“Dia perlu sebuah kemenangan sementara saya hanya perlu finis kelima, dan saya lebih cepat untuk sekadar finis lima besar,” sahut Bagnaia.

Exit mobile version