Prestasi Erick Thohir di Inter Milan
score.co.id – Bayangin seorang pengusaha dari Jakarta tiba-tiba masuk ke dunia sepak bola Eropa dan bikin orang takjub. Erick Thohir, yang nyemplung ke Inter Milan pada 2013, bikin banyak orang penasaran: apa yang bisa dia kasih ke klub raksasa Italia ini? Dateng pas klub lagi goyah finansialnya, dia nggak cuma bawa angin segar, tapi juga ninggalin jejak yang susah dilupain di sejarah Nerazzurri. Meski nggak ada trofi gede yang nongol selama dia jabat dari 2013 sampe 2018, cerita dia di Inter tetep bikin orang bilang “wow”—soal nyali, visi, sama fondasi yang bikin klub bangkit lagi. Yuk, kita jalanin bareng perjalanan Thohir di Eropa, cari tahu prestasi yang nggak keliatan di permukaan, sama warisan apa yang dia tinggalin di San Siro!
Awal Kiprah: Menyelamatkan Inter Milan dari Krisis
Erick Thohir bukan nama yang sering kedengeran di sepak bola Eropa sebelum 2013. Tapi, pas dia ambil 70% saham Inter Milan lewat International Sport Capital di Oktober tahun itu, semua mata langsung ngeliatin. Gantikan Massimo Moratti, dia ketemu tantangan berat: klub yang kebobolan utang setelah masa jaya Triplete 2010. Dengan pengalaman di media sama hiburan, dia bawa cara bisnis yang beda, fokus beresin duit sama rapikan manajemen. Langkah awalnya nggak muluk-muluk janjiin piala, tapi lebih ke misi nyelametin Inter dari lubang finansial yang dalam.

Membalikkan Keadaan Finansial
Waktu Thohir dateng, Inter lagi pusing sama utang sekitar €180 juta. Rugi tiap tahun sampe €80 juta di musim 2012-13 jadi tanda bahaya kudu ada perubahan besar. Dia langsung gerak cepet: bikin operasional klub lebih ramping, ganti tim manajemen yang kurang oke, sama nego ulang kontrak sponsor. Hasilnya? Musim 2013-14, klub malah untung €33 juta—meski banyak dari duit Inter Media and Communication. Walau rugi balik lagi di tahun-tahun setelahnya, angkanya turun drastis dari €140,4 juta di 2014-15 jadi €24,6 juta di 2016-17. Itu nunjukin dia bawa Inter ke jalur yang lebih aman.
Kembali ke Panggung Eropa
Bareng Thohir, Inter mulai balik ke kompetisi Eropa, meski nggak langsung jadi raja. Mereka main di Liga Europa 2014-15 sama 2016-17, trus akhirnya ke Liga Champions di 2017-18—bukti dia pengen Inter balik ke level top. Musim 2014-15, mereka sampe babak grup Liga Europa, walau nggak lolos lebih jauh. Dua tahun kemudian, langkahnya sama, tapi tetep kandas di fase awal. Puncaknya pas Inter balik ke Liga Champions setelah lama absen, langkah yang bikin orang bilang Inter hidup lagi—meski ada cerita bingung soal kualifikasinya yang bakal kita obrolin nanti.
Analisis: Strategi dan Tantangan Erick Thohir
Cerita Thohir di Inter Milan nggak soal piala berkilau, tapi lebih ke bangun dasar yang kuat. Cara dia yang nggak takut ambil risiko sama ujian yang dia hadepin nunjukin dia pemimpin yang mikirin jangka panjang, bukan cuma kejayaan sebentar.
Investasi Pemain dan Pergantian Pelatih
Thohir nggak pelit buat ngeluarin duit demi bikin skuad lebih jago. Salah satu langkah gede dia bawa Gabriel Barbosa, alias Gabigol, dari Santos dengan harga €29,5 juta di 2016. Pemain muda ini digadang-gadang jadi bintang, tapi sayangnya nggak nyanyi di Italia. Dia juga datengin João Miranda sama Geoffrey Kondogbia, nunjukin dia serius bikin tim yang bisa bertarung. Tapi, nggak semuanya mulus. Empat pelatih—Walter Mazzarri, Roberto Mancini, Frank de Boer, sama Stefano Pioli—ganti-gantian nyoba, tapi nggak ada yang bawa gelar. Bolak-balik ganti pelatih ini nunjukin susahnya Thohir nemuin resep menang di lapangan.
Prestasi Domestik: Langkah Maju, Tanpa Trofi
Di Serie A, Inter bareng Thohir naik-turun kayak roller coaster. Musim 2013-14 selesai di posisi 5, cukup buat ke Liga Europa. Tapi, tahun berikutnya, mereka ambruk ke peringkat 8, nggak dapet tiket Eropa. Puncaknya di 2015-16 sama 2017-18, finis ke-4 bikin harapan hidup lagi. Sayangnya, posisi 7 di 2016-17 jadi titik rendah yang bikin orang garuk kepala, apalagi pas Inter tetep lolos ke Liga Champions setelahnya. Nggak ada Scudetto atau Coppa Italia yang masuk lemari, tapi tetep nempel di papan atas jadi tanda Thohir bawa Inter balik ke jalur bener.
Misteri Kualifikasi Liga Champions 2017-18
Salah satu momen yang bikin orang bingung di era Thohir adalah Inter balik ke Liga Champions di 2017-18. Dengan posisi 7 di Serie A 2016-17, seharusnya mereka cuma ke kualifikasi Liga Europa. Tapi, tiba-tiba masuk babak grup Liga Champions, bikin orang bertanya-tanya. Ada yang bilang ini gara-gara koefisien UEFA berubah atau aturan kualifikasi diotak-atik, tapi nggak ada penjelasan jelas sampe sekarang. Apa pun ceritanya, ini tetep jadi langkah gede Thohir buat bawa Inter ke panggung besar, meski cuma bertahan sampe babak grup.
Dampak dan Proyeksi: Warisan Erick Thohir di Inter Milan
Meski nggak bawa piala, perjalanan Thohir di Inter Milan ninggalin sesuatu yang nggak bisa diremehin. Dia dateng pas klub lagi susah, dan pergi ninggalin kondisi yang jauh lebih baik dari awalnya.
Fondasi untuk Kesuksesan Masa Depan
Keuangan yang dia rapikan jadi kunci Inter sukses setelah dia pergi bareng Suning Holdings Group. Pas dia jual saham mayoritas di 2018, klub udah nggak terlalu takut sama aturan Financial Fair Play yang sempet bikin pusing di 2015-2018. Denda UEFA €6 juta plus €14 juta di masa percobaan bisa dilewatin, dan manajemen yang lebih rapi jadi hadiah yang susah dilupain. Meski trofi baru dateng setelah dia cabut, banyak fans bilang fondasi yang dia bikin jadi pijakan buat Scudetto 2021.
Pengaruh pada Citra Global Inter
Jadi presiden non-Italia pertama Inter Milan, Thohir bawa warna baru ke klub ini. Dia buka jaringan bisnis di Asia, kasih pasar baru buat Nerazzurri. Langkah dia juga jadi bukti sepak bola Eropa nggak cuma buat orang Eropa, bikin orang-orang dari luar terinspirasi. Meski ada yang nyinyir soal nggak ada trofi, fans Inter di Italia tetep inget dia sebagai sosok yang kasih harapan pas lagi susah.
“Erick Thohir mungkin nggak angkat trofi, tapi dia angkat Inter dari jurang—itu lebih susah dari cuma bawa piala.”
Penutup: Legenda Tanpa Trofi
Kisah Erick Thohir di Inter Milan itu soal visi, kuat hadepin badai, sama ngasih semua buat klub. Dari nyelametin keuangan sampe bawa balik ke Liga Champions, dia kasih prestasi yang nggak selalu bisa diukur pake trofi. Keuangan yang rapi, langkah berani, sama manajemen yang beres jadi jejak dia yang abadi, buka jalan buat Inter jaya lagi nanti. Meski dari 2013 sampe 2018 nggak ada gelar yang dia raih, Thohir tetep jadi legenda—bukti bahwa sukses beneran kadang soal bikin harapan dari puing-puing, bukan cuma angkat piala.
Pengen tahu lebih banyak soal tokoh gede di sepak bola?
Cek score.co.id buat kabar seru sama analisis dalam yang nggak boleh kelewatan!