Pertandingan Septian David Maulana
Score.co.id – Bayangkan kapten sebuah kapal yang tak gentar meski badai ganas menghantam. Ombak besar mengguncang, tapi dia tetap berdiri kokoh, memegang kendali, dan tak membiarkan harapan tenggelam. Itulah sosok Septian David Maulana di musim 2025 bersama PSIS Semarang. Liga 1 tahun ini memang tak ramah bagi Laskar Mahesa Jenar—degradasi jadi akhir yang menyakitkan. Tapi di tengah gelapnya perjalanan tim, Septian muncul sebagai bintang yang tak pernah padam.
Gelandang serang sekaligus kapten ini membuktikan bahwa talenta dan jiwa pemimpin bisa bersinar, bahkan ketika segalanya terasa runtuh. Dengan kontrak yang masih berjalan sampai 2026, Septian bukan cuma andalan di lapangan, tapi juga tumpuan semangat bagi rekan-rekannya. Apa yang membuatnya begitu istimewa di musim penuh drama ini? Yuk, kita simak kisahnya lebih dalam.
Pendahuluan: Cahaya di Tengah Kegelapan
Musim 2024/2025 jadi seperti roller coaster yang akhirnya terjun bebas bagi PSIS Semarang. Degradasi memang sudah di depan mata, tapi Septian David Maulana tak pernah menyerah. Pemain berusia 28 tahun ini ibarat mercusuar di malam gelap—terus menyala meski kabut tebal menyelimuti. Ia bukan hanya mengendalikan permainan dari lini tengah, tapi juga menginspirasi timnya untuk tetap bertarung. “Saya bangga jadi kapten tim ini, dan saya akan berjuang habis-habisan untuk membawa kami bangkit,” ujarnya penuh semangat.

Berita Utama: Septian David Maulana, Tulang Punggung PSIS di Musim Pahit
Tak ada yang bisa membantah, musim ini adalah mimpi buruk bagi PSIS. Dari 22 laga yang sudah dimainkan hingga Mei 2025, mereka cuma mengantongi 21 poin—hasil dari 6 kemenangan, 3 seri, dan 13 kekalahan. Lini depan mereka hanya mampu mencetak 17 gol, sementara gawangnya sudah kebobolan 28 kali. Statistik itu cukup jelas: PSIS terseok-seok, dan akhirnya harus rela turun ke Liga 2.
Tapi di tengah puing-puing kekecewaan itu, Septian berdiri tegak. Gelandang yang sudah malang melintang bersama PSIS sejak 2019 ini jadi nyawa tim. Bahkan setelah degradasi dipastikan, ia tetap turun ke lapangan di dua laga terakhir, menunjukkan dedikasi yang bikin salut. “Saya ingin kasih yang terbaik sampai detik akhir, apa pun kondisinya,” ungkapnya saat ngobrol bareng Score.co.id bulan lalu.
Bukan cuma soal skill, peran Septian sebagai kapten juga terasa banget. Ia sering kedapatan ngasih semangat ke pemain muda, ngobrol di ruang ganti, atau bahkan ngumpulin tim di lapangan usai kekalahan. Salah satu momen paling berkesan? Setelah kalah dari Persib di laga tandang, ia berdiri di tengah lapangan, ngomong dengan nada tegas tapi penuh empati ke rekan-rekannya. Itu bukti nyata kenapa ban kapten layak melingkar di lengannya.
Analisis & Opini: Keterampilan Septian yang Tak Pudar
Nama Septian David Maulana udah gak asing lagi di dunia bola Indonesia. Ingat gol tendangan bebasnya yang bikin orang takjub waktu masih main di Mitra Kukar? Keren banget, lengkungannya pas banget nyarang di sudut gawang Persiba Balikpapan—sampai akhirnya dinobatkan sebagai Gol Terbaik Liga 1 2017. Nah, kehebatan itu masih melekat di dirinya sampai sekarang bareng PSIS.
Sebagai gelandang serang, Septian punya paket lengkap: teknik ciamik dan insting tajam. Tendangan bebasnya masih jadi momok buat lawan, visi permainannya bikin umpan-umpan akurat, dan ia juga lincah kalau dimainkan di sayap. “Dia punya kemampuan buat ngebalik situasi pertandingan dalam sekejap,” puji pelatih PSIS, Imam Santoso, usai laga kontra Borneo FC bulan April lalu.
Tapi yang bikin saya kagum, kepemimpinannya di musim ini luar biasa. Saat tim lagi down gara-gara degradasi, Septian malah makin ngegas. Ia rela kerja keras nutup celah di lini tengah, ngejar bola mati, bahkan tak jarang nyelonong buat tekel. Data dari Score.co.id nunjukin, dia jadi pemain dengan sentuhan bola terbanyak di timnya di tiga dari lima laga terakhir. Itu bukan cuma soal skill, tapi hati yang bener-bener all out.
Meski begitu, ada sisi lain yang bikin kita mikir. Septian hebat, tapi dia gak bisa selamatin PSIS sendirian. Ini kayak ngasih bintang rock ngeband tanpa alat musik yang oke—sulit menang! Buat saya, ini lebih ke cermin kekurangan tim secara keseluruhan, bukan salah Septian. “Dia udah kasih segalanya, tapi bola itu olahraga tim,” kata Tommy Wibowo, analis bola senior, dan saya setuju banget.
Dampak & Prediksi: Masa Depan Septian dan PSIS
Degradasi ke Liga 2 jelas bikin hati suporter PSIS perih. Buat Septian, ini ujian gede dalam kariernya. Dengan kontrak sampai 2026, dia di persimpangan: bertahan buat angkat PSIS lagi atau cari petualangan baru? Saya rasa sih, ikatan batinnya sama Semarang—tempat dia lahir dan besar—bakal bikin dia stay. “PSIS itu rumah saya, saya pengin bantu tim ini balik ke atas,” katanya penuh harap.
Tapi jangan salah, penampilannya yang ciamik musim ini udah bikin beberapa klub Liga 1 ngiler. Katanya, dia jadi “barang panas” di bursa transfer. Kalau dia pilih bertahan, tantangan di Liga 2 bakal berat—kompetisinya sengit, tekanannya gede. Prediksi saya, dia bakal pimpin PSIS buat misi promosi musim depan. Tapi kalau ada tawaran dari klub top, susah nolak sih, apalagi dia masih di puncak performa.
Di Liga 2, Septian punya peluang buat unjuk gigi lebih lelet. Bisa jadi dia bakal cetak gol dan assist lebih banyak. “Dia punya mental juara, saya yakin dia bisa bawa PSIS balik,” kata Bayu Pradana, eks rekan setimnya di Mitra Kukar. Saya juga optimis, nih!
Kutipan Penting
“Septian David Maulana itu kapten sejati. Mainnya pake skill, tapi juga pake hati. Tim jatuh, dia tetep berdiri,” ujar Bambang Pamungkas, legenda bola Indonesia, saat ngobrol sama Score.co.id.
Statistik Tim PSIS Semarang Musim 2024/2025
Ini dia performa PSIS sampai Mei 2025:
Kategori | Kandang | Tandang | Total |
---|---|---|---|
Pertandingan Dimainkan | 11 | 11 | 22 |
Kemenangan | 3 | 3 | 6 |
Seri | 0 | 3 | 3 |
Kekalahan | 8 | 5 | 13 |
Gol Dicetak | 8 | 9 | 17 |
Gol Kebobolan | 17 | 11 | 28 |
Poin | 9 | 12 | 21 |
Penutupan: Maestro yang Tak Pernah Padam
Septian David Maulana membuktikan bahwa kehebatan gak melulu soal piala atau posisi di klasemen. Di musim yang suram buat PSIS, dia tetep jadi sorotan, ngatur lini tengah dengan percaya diri dan jiwa kapten sejati. Kisahnya ngajarin kita bahwa dalam sepakbola—atau hidup sekalipun—karakter dan usaha itu jauh lebih berarti ketimbang hasil akhir. Dia maestro yang terus main, meski badai datang bertubi-tubi.
Jangan lupa ikuti Score.co.id untuk info lainnya!