PERSIS Solo Zaman Dulu 1923: Sejarah Awal Klub Legendaris

Kisah awal berdirinya klub legendaris dan warisan sejarah sejak tahun 1923.

Kisah awal berdirinya klub legendaris dan warisan sejarah sejak tahun 1923.
Kisah awal berdirinya klub legendaris dan warisan sejarah sejak tahun 1923.

PERSIS Solo Zaman Dulu 1923

score.co.idCoba bayangin masa ketika sepak bola lebih dari sekadar permainan—ia jadi lambang perlawanan dan kebanggaan warga lokal. Di tengah semangat nasionalisme yang lagi membara awal abad ke-20, lahirlah sebuah klub yang bakal jadi legenda di Surakarta, Jawa Tengah: PERSIS Solo. Berdiri pada 8 November 1923, tim ini nggak cuma pelopor di dunia bola Indonesia, tapi juga cermin jiwa juang melawan penjajah. Dengan akar kuat dari zaman kolonial, PERSIS nulis cerita emas dalam sejarah, jadi salah satu pendiri PSSI dan raja di kompetisi Perserikatan. Yuk, kita jalan-jalan ke masa lalu buat kenal lebih dekat sama awal mula klub yang dulu bernama Vorstenlandschen Voetbal Bond (VVB) ini, sambil lihat perubahan dan kejayaannya yang bikin hati penggemar bergetar sampai sekarang.

Awal Mula PERSIS Solo: Lahir dari Semangat Inklusif

Tanggal 8 November 1923, di kota Surakarta yang penuh budaya, berdirilah sebuah kelompok sepak bola yang bakal jadi besar. Awalnya dipanggil Vorstenlandschen Voetbal Bond (VVB), klub ini digagas sama tiga orang hebat: Sastrosaksono dari M.A.R.S, plus Raden Ngabehi Reksohadiprojo dan Sutarman dari Romeo. Mereka punya cita-cita sederhana tapi bikin orang takjub: bikin tempat buat siapa aja yang suka main bola, nggak peduli dari mana asalnya atau kaya-miskin. Di zaman masyarakat masih terkurung aturan kolonial, ide terbuka ini bikin semangat baru.

Lapangan kecil di Sriwedari jadi saksi awal mula VVB narik perhatian. Pemain dari berbagai kalangan, mulai anak pedagang sampe keturunan ningrat, gabung bareng pakai seragam apa adanya. Mereka nggak cuma nendang bola, tapi juga bangun jati diri. Surakarta yang terkenal dengan keratonnya kini punya sesuatu buat dibanggakan yang nggak terikat sama status. Dari sinilah PERSIS Solo bermula, lahir dari semangat rakyat biasa.

Baca Juga  Bursa Transfer Liga 1 : Persebaya Datangkan Striker Asal Persik Kediri
Kisah awal berdirinya klub legendaris dan warisan sejarah sejak tahun 1923.
Kisah awal berdirinya klub legendaris dan warisan sejarah sejak tahun 1923.

Transformasi Nama: Dari VVB ke PERSIS

Kisah VVB nggak berhenti di situ. Lima tahun kemudian, sekitar 1928, ada momen besar yang ubah jalan klub ini. Sumpah Pemuda di tanggal 28 Oktober nyalain api nasionalisme di mana-mana, dan para pendiri VVB ikut terbakar semangat. Mereka ganti nama jadi Persatuan Sepakraga Indonesia Soerakarta—atau PERSIS yang kita kenal sekarang. Bukan cuma ganti label, tapi juga cara mereka bilang ke dunia bahwa bola itu punya Indonesia, bukan cuma hiburan buat penjajah.

Tapi ada cerita kecil yang seru. Beberapa orang bilang nama PERSIS baru resmi di 1933, ada juga yang catat 1935. Bingungnya ini gara-gara jaman dulu susah nyatet pasti, sering cuma andelin cerita mulut. Yang jelas, perubahan ini bikin semuanya beda. PERSIS Solo nggak lagi cuma tim kampung, tapi jadi tanda perlawanan dan kebersamaan di bawah tekanan Belanda.

Jejak Nasionalisme di Lapangan Hijau

Semangat juang PERSIS nggak cuma di nama doang. Di lapangan, mereka tunjukin nyali besar. Lawan tim Belanda, mereka main pake hati, buktiin kalau anak lokal juga bisa jago. Setiap bola yang masuk gawang kayak teriakan: “Kita ada di sini, dan kita nggak lelet!” Makanya PERSIS beda. Mereka nggak cuma olahraga, tapi juga perang buat harga diri.

Tonggak Sejarah: Pendiri PSSI dan Era Keemasan

Tanggal 19 April 1930, PERSIS Solo nancepin namanya di sejarah bola nasional. Bareng enam tim lain—Persib Bandung, PPSM Magelang, PSM Madiun, PSIM Yogyakarta, Persebaya Surabaya, sama Persija Jakarta—mereka bikin PSSI. Misi mereka gede: lepaskan sepak bola dari tangan Belanda dan kasih ke rakyat. Ini langkah berani yang bikin penjajah kaget, sekaligus awal cara main bola yang lebih teratur di Indonesia.

Baca Juga  Bojan Hodak Buka Suara Terkait Imbang Lawan Arema: Main Sudah Oke, Gol yang Kurang Banyak 

Nggak lama setelah itu, PERSIS mulai unjuk gigi. Di tahun 1930-an sampe 1940-an, mereka kuasai Perserikatan, kompetisi paling bergengsi saat itu. Tujuh piala mereka bawa pulang berturut-turut di 1935, 1936, 1939, 1940, 1941, 1942, sama 1943. Masa jaya ini nggak cuma soal strategi, tapi juga mental baja. Di tengah huru-hara politik dan perang, mereka tetep berdiri kokoh, jadi inspirasi buat orang Solo.

Dominasi Perserikatan: Strategi dan Semangat

Apa yang bikin PERSIS jago banget? Bukan cuma soal pemain hebat, tapi juga tim yang kompak. Pelatih sama anak-anak asuhannya kerja keras, manfaatin kecepetan dan stamina buat ngalahin lawan. Stadion Sriwedari jadi tempat yang susah ditembus musuh. Suporter, yang sekarang dikenal sebagai “Laskar Sambernyawa,” kasih semangat gede banget. Tiap menang dirayain kayak hari besar, bikin klub ini deket di hati warga.

Warisan Abadi PERSIS Solo

Kesuksesan PERSIS zaman dulu nggak cuma piala yang numpuk. Mereka kasih sesuatu yang lebih berarti: rasa satu dan jati diri lokal yang kuat. Awal berdirinya yang terbuka buat semua ajarin kalau bola itu milik bersama. Jadi pendiri PSSI nunjukin mereka punya pandangan jauh, dan kehebatan di Perserikatan buktiin mereka bisa bersaing di level atas.

Sampe sekarang, jejak mereka masih ada. Rivalitas sama PSIM Yogyakarta, yang disebut Derbi Mataram, mulai dari masa ini, meski baru rame banget di tahun-tahun setelahnya. Fans setia tetep jaga semangat, bikin PERSIS lebih dari tim biasa—ia bagian dari darah daging Surakarta.

“PERSIS Solo itu nggak cuma klub bola; ia napas juang orang Solo yang nggak pernah mati, dari lapangan kecil sampe ke panggung gede.”

Refleksi untuk Masa Depan

Ngintip ke belakang, cerita awal PERSIS Solo kayak cermin buat bola Indonesia sekarang. Di tengah tantangan jaman kayak profesionalisme sama globalisasi, klub ini ngingetin kita soal pentingnya punya akar. Tujuh gelar Perserikatan bukti kalau pake semangat dan kerja keras, sukses itu nyata. Pertanyaannya: bisa nggak PERSIS balik jaya di Liga 1?

Baca Juga  Hugo Samir Dituduh Pukul Pemain Lawan dalam Laga Liga 1 U-20

Kisah mereka juga jadi pelajaran buat anak muda. Bola nggak cuma soal menang-kalah, tapi juga bangun komunitas dan pertahankan nilai baik. Dari 1923 sampe 2025, PERSIS tetep punya tempat, ngajak kita semua hargain perjalanan panjang sebuah legenda.

Pengen tahu lebih banyak soal klub legendaris Indonesia atau kabar terbaru PERSIS Solo di Liga 1? Cek score.co.id buat berita bola paling fresh dan cerita mendalam yang sayang banget dilewatin!