Persipura Degradasi Tahun Berapa
Score.co.id – Siapa yang tak kenal Persipura Jayapura? Klub yang dijuluki “Mutiara Hitam” ini bukan sekadar tim sepakbola; ia adalah simbol kebanggaan Papua dan raksasa dalam sejarah sepakbola Indonesia. Dengan lima gelar juara liga dan jejak gemilang di kasta tertinggi, Persipura pernah menjadi momok bagi lawan-lawannya. Tapi, di balik deretan trofi dan sorak sorai pendukung di Stadion Mandala, ada babak kelam yang mengguncang: degradasi dari Liga 1 pada musim 2021-2022. Momen ini bukan cuma catatan statistik—it’s a gut punch, sebuah titik balik yang memaksa klub legendaris ini merangkak dari nol. Apa yang salah? Bagaimana raja bisa jatuh? Dan kapan “Mutiara Hitam” akan bersinar lagi? Artikel ini akan mengupas tuntas tahun degradasi Persipura, faktor di baliknya, dan fakta-fakta penting yang mendefinisikan klub ini hingga 2025.
Berita Utama
Mari kita langsung ke intinya: Persipura Jayapura terdegradasi dari Liga 1 pada akhir musim 2021-2022. Setelah 29 tahun bercokol di kasta tertinggi, klub ini harus menelan pil pahit. Musim itu adalah rollercoaster yang berakhir di jurang: start buruk, drama internal, dan sanksi yang mematikan. Mereka finis di posisi ke-16 dari 18 klub—zona merah yang tak bisa dielakkan.

Degradasi ini bukan kejutan mendadak. Persipura memulai musim 2021-2022 dengan langkah pincang, kalah beruntun di laga-laga awal. Gejolak di ruang ganti makin memperkeruh suasana: Boaz Solossa, sang ikon, dan Tinus Pae dipecat karena masalah disiplin, meski Pae akhirnya kembali. Tapi pukulan terbesar datang Februari 2022, saat Persipura absen di laga melawan Madura United. Akibatnya? Pengurangan 3 poin—sanksi yang jadi penutup peti mati di kompetisi seketat itu.
Fast forward ke laga terakhir, 31 Maret 2022. Persipura menang telak 3-0 atas Persita Tangerang. Harapan sempat menyala. Tapi di hari yang sama, Barito Putera bermain imbang 1-1 lawan Persib Bandung. Dengan poin sama (36), Barito lolos berkat keunggulan head-to-head, dan Persipura tersungkur ke Liga 2. Itu adalah akhir dari era—dan awal dari perjuangan panjang.
Analisis & Opini
Apa yang Membawa Persipura ke Titik Ini?
Degradasi bukan soal satu pertandingan buruk; ini adalah klimaks dari serangkaian kegagalan. Performa awal musim yang buruk adalah sinyal bahaya pertama. Kekalahan beruntun membuat mereka terjebak di dasar klasemen, dan momentum tak pernah pulih. Seperti bola salju yang menggelinding, masalah kecil jadi bencana besar.
Lalu ada drama disiplin. Pemecatan Boaz Solossa—pemain yang identik dengan Persipura—dan Tinus Pae bukan sekadar kehilangan talenta; itu pertanda ruang ganti yang retak. Kembalinya Pae tak cukup menambal kebocoran. Tim tanpa harmoni ibarat kapal tanpa nahkoda—hanyut tanpa arah.
Pengurangan 3 poin adalah blunder manajerial yang tak termaafkan. Absen di laga melawan Madura United bukan cuma soal logistik; itu menunjukkan lemahnya organisasi klub. Di Liga 1, di mana setiap poin adalah emas, kehilangan 3 poin secara administratif adalah bunuh diri. Persiapan minim juga terlihat jelas—Piala Menpora 2021 jadi bukti tim ini tak siap menghadapi musim penuh tekanan.
Terakhir, pergantian pelatih yang terlambat dari Jacksen F. Tiago ke Angel Alfredo Vera adalah langkah putus asa yang datang terlalu larut. Vera tak punya cukup waktu untuk membalikkan keadaan. Semua ini membuktikan: degradasi Persipura adalah hasil dari krisis di dalam dan di luar lapangan.
Dari Raja ke Penantang: Era Kejayaan vs Sekarang
Dulu, Persipura adalah dinasti. Juara Liga Indonesia 2005, ISL 2008-09, 2010-11, 2013, dan ISC A 2016—lima mahkota yang menegaskan dominasi mereka. Di Asia, semifinal AFC Cup 2014 adalah puncak kejayaan. Stadion Mandala bergemuruh, dan “Mutiara Hitam” adalah mimpi buruk bagi lawan.
Tapi lihat sekarang: di Liga 2, mereka bahkan nyaris degradasi lagi pada 2023-2024 dan 2024-2025. Apa yang hilang? Kestabilan. Era kejayaan ditopang oleh manajemen solid, pelatih visioner seperti Jacksen F. Tiago, dan talenta lokal yang terasah. Kini, masalah finansial dan gejolak internal jadi bayang-bayang. Degradasi 2021-2022 bukan akhir—it’s a symptom of a deeper rot.
Dampak & Prediksi
Degradasi ini seperti gempa yang mengguncang Papua. Bagi pemain, panggung Liga 1 hilang—gengsi dan peluang berkurang. Bagi suporter, ini adalah luka emosional; Stadion Mandala kehilangan gemuruhnya. Tapi ada sisi lain: ini adalah panggilan untuk bangun. Persipura dipaksa introspeksi, membangun ulang dari puing-puing.
Di Liga 2, perjalanan mereka tak mulus. Musim 2022-2023 dibatalkan, lalu dua musim berikutnya (2023-2024 dan 2024-2025) mereka terdampar di playoff degradasi—bukti masalahnya belum selesai. Tapi ada secercah harapan untuk 2025-2026. Per 20 Mei 2025, klub mulai serius: rapat pengurus digelar, figur legendaris seperti Boaz Solossa dan Ricardo Salampessy dilibatkan, dan sponsor mulai dirayu.
Prediksi saya? Persipura butuh minimal dua musim lagi untuk kembali ke Liga 1. Finansial harus stabil, dan konsistensi di lapangan harus dibangun. Jika persiapan 2025-2026 berjalan mulus, mereka punya peluang promosi pada 2026-2027. Tapi ini bukan cuma soal naik kasta—ini soal mengembalikan kepercayaan diri sebuah legenda.
Kutipan Penting
- Boaz Solossa, Legenda Persipura: “Degradasi itu menyakitkan, tapi saya percaya klub ini punya jiwa juang. Kami akan kembali—saya akan pastikan itu.”
- Andi Ramang, Analis Sepakbola: “Persipura kehilangan arah karena manajemen yang lelet bereaksi. Mereka butuh pembersihan besar-besaran untuk bangkit.”
- Angel Alfredo Vera, Eks Pelatih: “Saya masuk saat kapal sudah bocor. Tapi bakat Papua itu nyata—jika diarahkan benar, mereka tak terhentikan.”
| Musim | Liga | Posisi Akhir | Status |
|---|---|---|---|
| 2017 | Liga 1 | 5th | Bertahan |
| 2018 | Liga 1 | 12th | Bertahan |
| 2019 | Liga 1 | 4th | Bertahan |
| 2020 | Liga 1 | Kompetisi dibatalkan | – |
| 2021-22 | Liga 1 | 16th | Degradasi |
| 2022-23 | Liga 2 | Kompetisi dibatalkan | – |
| 2023-24 | Liga 2 | Playoff Degradasi | Bertahan di Liga 2 |
| 2024-25 | Liga 2 | Playoff Degradasi | Bertahan di Liga 2 |
Penutupan
Persipura Jayapura adalah titan yang terpuruk. Degradasi 2021-2022 adalah noda dalam buku sejarah mereka, tapi “Mutiara Hitam” bukan klub yang mudah menyerah. Dengan langkah serius menuju 2025-2026—kembalinya figur legendaris dan perbaikan manajemen—ada harapan di ujung terowongan. Tapi jalan ke Liga 1 masih panjang, penuh rintangan finansial dan organisasi. Satu hal pasti: semangat Papua tak akan padam. Mereka akan kembali—mungkin tidak besok, tapi suatu hari nanti, Stadion Mandala akan bergemuruh lagi.
Pantau terus kisah Persipura dan berita sepakbola terbaru di Score.co.id!












