Peringkat Puskas Award 2025
score.co.id – Di atas rumput Stadio Libertadores de América, dalam derby Avellaneda yang penuh tensi, sebuah momen brilian muncul dari kekacauan. Santiago Montiel, bek kanan Independiente, melihat bola melambung keluar dari kotak penalti. Alih-alih mengendalikan atau mengumpan, ia berputar di udara dan melepaskan tendangan overhead atau bicycle kick dari jarak sekitar 25 meter. Tendangan itu meluncur seperti proyektil tak terbendung, menggantungkan kiper lawan dan memecah kebisingan stadion. Pada 16 Desember 2025, gol itu resmi dinobatkan sebagai mahakarya sepak bola dunia, mengalahkan sepuluh kandidat lain untuk meraih FIFA Puskás Award 2025.
Kemenangan Montiel bukan hanya soal satu momen spektakuler. Ini cerita tentang evolusi estetika gol, kajian mendalam bagaimana sepak bola modern menilai “keindahan”, dan bukti bahwa mahakarya bisa lahir dari liga mana saja, tak hanya panggung elit Eropa. Kita akan kupas perjalanan Montiel ke puncak, analisis filosofi di balik setiap nominasi, serta tren global dari sebelas gol terpilih. Anda akan paham kenapa gol akrobatik terus memikat, bagaimana voting unik gabungkan suara publik dan legenda, plus dampak jangka panjang penghargaan ini bagi pemain dari berbagai belahan dunia, seperti Rizky Ridho.

Mahakarya dari Avellaneda: Mengurai Kemenangan Santiago Montiel
Santiago Montiel, pemain 25 tahun yang sepupu Gonzalo Montiel (juara Piala Dunia 2022), telah menorehkan nama dalam sejarah secara dramatis. Golnya pada 11 Mei 2025 adalah studi tentang keberanian teknis dan insting murni di bawah tekanan. Dalam derby melawan Independiente Rivadavia, situasi depan kotak penalti berantakan. Bola dibuang pemain belakang lawan melambung liar ke arahnya. Dari luar kotak, Montiel pilih opsi berisiko tinggi: scissor kick atau tendangan gunting dengan kaki kiri.
Esensi “keindahan” di Puskás Award sering terletak pada gabungan kesulitan teknis ekstrem, kesempurnaan eksekusi, dan spontanitas. Montiel rangkum semua itu. Seperti katanya sendiri usai menang:
Saya tidak memikirkannya, saya langsung tendang saja.
Kata-kata itu perkuat filosofi penghargaan: gol lahir dari refleks dan keahlian bawaan, bukan skenario latihan berulang. Beberapa analis pertanyakan adanya pelanggaran kecil sebelum tendangan, tapi tak kurangi kekaguman pada keberanian dan akurasi.
Kemenangan ini tegaskan dua hal. Pertama, dominasi Argentina yang sedang berjaya, dengan Montiel susul Alejandro Garnacho (pemenang 2024) sebagai pemenang Argentina kedua berturut-turut. Kedua, pengakuan Liga Argentina sebagai pentas dengan intensitas emosional dan kualitas teknis tinggi. Gol ini bukan di final Liga Champions, tapi derby lokal, bukti kecemerlangan bisa bersinar di berbagai level kompetisi.
Galeri Keindahan: Filosofi di Balik Setiap Nominasi
Sebelas nominasi Puskás Award 2025, dari 11 Agustus 2024 hingga 2 Agustus 2025, gambarkan berbagai corak keindahan gol. Pola menarik tampak dari kriteria voter, baik fans maupun panel legenda FIFA.
Dominasi gol voli dan akrobatik kuat tahun ini. Selain Montiel, ada overhead kick Alerrandro (Vitória vs. Cruzeiro) yang manfaatkan clearing bola sempurna. Voli spektakuler Pedro de la Vega untuk Seattle Sounders, tendangan voli tinggi Kévin Rodrigues dari Turki, dan voli akrobatik penuh tenaga Amr Nasser untuk Pharco di Mesir—mengingatkan gaya Wayne Rooney. Tren ini tunjukkan sensasi visual dan kesulitan teknis jelas punya daya tarik universal.
Di sisi lain, nominasi hargai kecerdasan teknis dan visi lapangan luar biasa. Gol Carlos Orrantía dari Meksiko adalah karya seni individu: kontrol bola dari pukulan kiper, lalu juggling dengan kaki dan lutut sebelum tendang keras ke sudut. Ini utamakan sentuhan, kontrol, dan kesabaran di area padat. Gol Rizky Ridho dari Indonesia wakili keberanian dan kesadaran situasional: lihat kiper Arema keluar garis, ia lepaskan tendangan setengah lapangan melambung sempurna ke bawah mistar. Gol seperti ini getarkan karena kejutan dan presisi jarak jauh.
Tak ketinggalan, gol dari konstruksi tim dan momen penting. Tendangan bebas ganda Declan Rice untuk Arsenal vs. Real Madrid, khusus gol kedua yang “sublim”, tunjuk kekuatan akurasi dari 25 yard. Gol Lamine Yamal untuk Barcelona amankan La Liga, contoh curling shot indah dari bakat murni. Keragaman ini, dari Argentina, Brasil, Italia, AS, Mesir, Meksiko, Afrika Selatan, Inggris, Indonesia, Turki, dan Spanyol, pesan kuat: keindahan sepakbola universal, tak terbatas liga top Eropa.
Poin Penting Nominasi
- Akrobatik Dominan: Montiel, Alerrandro, Pedro de la Vega, Kévin Rodrigues, Amr Nasser—fokus pada voli dan overhead kick.
- Kecerdasan Individu: Carlos Orrantía dengan juggling, Rizky Ridho dengan tendangan jarak jauh.
- Konstruksi Tim: Declan Rice dan Lamine Yamal, gabung kekuatan tim dengan bakat pribadi.
Proses Demokratis: Suara Rakyat dan Otoritas Legenda
Kemenangan Montiel lahir dari voting hybrid unik, jadi tulang punggung kredibilitas Puskás Award. Sistem ini seimbangkan popularitas global dan otoritas teknis.
Prosedur mulai FIFA calonkan sebelas gol. Voting oleh dua kelompok, masing-masing 50%: pengguna FIFA.com (suara fans) dan panel ahli FIFA Legends. Setiap pilih tiga gol terbaik: 5 poin pertama, 3 kedua, 1 ketiga.
Tak berhenti di situ. Setelah peringkat awal, sistem poin kedua: peringkat pertama fans/legenda dapat 13 poin, kedua 11, ketiga 9, hingga 1 untuk kesebelas. Poin dijumlah, gol tertinggi menang. Sistem berlapis pastikan gol apresiasi luas dari masyarakat dan diakui kecanggihan oleh ahli. Kombinasi demokrasi dan meritokrasi buat penghargaan legit. Montiel tak hanya viral, tapi lulus uji ketat dari mantan pemain.
Dampak dan Warisan: Lebih dari Sekadar Piala
Menang Puskás adalah titik balik karir, khusus bagi non-bintang global. Dampak langsung: popularitas melonjak. Data ESPN tunjuk peningkatan followers hingga 20% pasca-pengumuman. Bagi klub seperti Independiente atau Persija Jakarta, ini publisitas bernilai miliaran.
Lebih jauh, ada dampak inspiratif jangka panjang. Gol-gol ini diputar jutaan kali, inspirasi anak-anak coba salto atau voli jarak jauh. Tunjuk inovasi dan keberanian teknik dihargai. Tapi hati-hati: dorong gol “cantik” berisiko cedera tanpa pelatihan tepat. Tren naik 15% gol luar kotak sejak 2020, mungkin dipicu pemenang Puskás sebelumnya.
Di level makro, nominasi cermin globalisasi sepakbola merata. Nama dari Liga Indonesia, Mesir, Meksiko, MLS bersanding Liga Premier, La Liga, Serie A—sinyal bakat tersebar. Buka peluang liga non-Eropa tarik perhatian. Dalam 5-10 tahun, mungkin pemenang pertama dari Asia atau Afrika, mendemokratisasi penghargaan.
Membaca Masa Depan Estetika Gol
Puskás Award 2025 beri pelajaran berharga. Dinamai hormati Ferenc Puskás—penyerang mematikan—penghargaan ini evolusi ikuti zaman. Kemenangan Montiel kukuhkan: di era sepakbola tersistematisir, hasrat pada momen kejutan, kreativitas individu, keberanian teknis tak tergantikan.
Ke depan, perdebatan antara gol akrobatik individu vs. konstruksi tim sempurna akan menarik. Tapi inti tetap: rayakan momen bikin terdiam lalu bersorak, ingatkan sepakbola adalah seni dimainkan kaki. Gol Montiel dan nominasi lain bukan akhir, tapi babak baru cerita bagaimana sepakbola pukau hati dan pikiran.
Kesimpulan
Tingkatkan pemahaman sepakbola dengan analisis mendalam. Ikuti perkembangan dunia sepakbola, dari taktik terkini sampai profil legenda, hanya di score.co.id.












