Score – Tetapi, Bagnaia diperingatkan bahwa ia harus menghasilkan sesuatu yang istimewa untuk menghindari kehilangan gelar juara dunia MotoGP tahun ini.
Pembalap 27 tahun itu unggul 13 poin atas peringkat kedua, Jorge Martin dengan tiga putaran seri balap tersisa, MotoGP Malaysia, MotoGP Qatar, dan MotoGP Valencia.
Martin adalah sosok yang paling baik performanya setelah memenangkan kedua balapan di Buriram yakni sprint race dan balapan utama.
Mantan pembalap MotoGP asal Inggris, Michael Laverty, menilai Bagnaia untuk TNT Sports.
“Dia selalu maju. Pada perlombaan Minggu, mereka selalu menemukan sesuatu dalam semalam,” kata Laverty dilansir dari Crash.
“Dia merasa telah memulihkan semua yang hilang baru-baru ini, kepercayaan diri dalam pengereman, menyalip, dan kemampuan bertarung,” ucap Laverty.
“Dia memang harus berjuang keras di lap-lap awal. Marc Marquez membalap dengan keras bukanlah cara yang baik untuk memulai balapan apa pun.”
“Dia menyelesaikan masalah, dia maju, dia mencetak 20 poin. Dia berkendara dengan baik,” ujar pria 42 tahun itu.
“Bagaimana Anda akan menangani 13 poin tersebut? Bersantai saja tidak cukup saat Jorge sedang dalam performa terbaiknya. Dia harus bertarung lagi.”
“Dia tidak mampu menjadi orang yang berada di posisi ketiga. Dia harus memenangkan perlombaan.”
Sementara itu mantan pembalap MotoGP lainnya, John Hopkins mengatakan bahwa momen balapan membuat Martin lebih percaya diri menjelang tiga balapan terakhir.
Pembalap berjulukan Martinator itu adalah pria yang ingin dikalahkan semua pembalao di grid MotoGP saat ini.
“Bagnaia tahu dia harus melakukan sesuatu yang istimewa di Malaysia dan Qatar untuk mempertahankan kejuaraan ini,” ujar Hopkins.
Bagnaia setidaknya, telah menemukan kembali kepercayaan diri yang sempat hilang.
Namun dengan hanya enam balapan dalam tiga seri balap performa Martin terlihat tidak menyenangkan.
“Tiga pembalap berada di puncak performa mereka dan itulah mengapa hari ini sangat berarti bagi Jorge karena dia harus berjuang untuk itu (kemenangan),” kata Laverty.
“Dia tidak memiliki kecepatan ekstra. Dia tidak memiliki cengkeraman ekstra pada ban. Itu semua tentang hati, ini adalah pertarungan.”
“Dia mengambil risiko karena ketika Anda memiliki kejuaraan yang tergantung pada keseimbangan, Anda khawatir akan kehilangan keunggulan dan membuang 25 poin,” tutur Laverty.
Menurut Laverty, Martin menjawab setiap panggilan pada balapan.
“Dan ketika itu adalah Brad Binder, Anda dapat merasakan dia berada di belakang Anda karena Brad benar-benar hebat. Dia berjuang di setiap sudut lintasan,” ucap Laverty.
Meski begitu, Martin tetap tenang dan menjawab dengan aksi di lintasan balap.
“Performa dia pada balapan MotoGP Thailand sangat bagus,” aku Laverty.
“Jika dia memenangkan gelar di akhir musim, dia akan melihat kembali balapan ini dan berpikir di situlah dia berusaha keras untuk meraihnya.”