Score – Penelitian mencari jejak sejarah kolonial yang tertinggal di Pulau Onrust, Kepulauan Seribu, Jakarta, sebagai ajang pembuktian bagi para calon arkeolog muda untuk mengimplementasikan keilmuannya.
Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) DKI Jakarta sebagai pelaksana lapangan melibatkan sebanyak empat orang mahasiswa arkeologi dalam penelitian di Pulau Onrust yang berlangsung selama 14 hari, terhitung mulai 8 hingga 22 November 2023.
“Ya, mereka yang saya libatkan merupakan mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya Jurusan Arkeologi dari Universitas Halu OleoKendari dan Universitas Indonesia,” kata arkeolog senior TACB DKI Jakarta Candrian Attahiyat di Pulau Onrust, Kamis.
Menurut dia, keempat mahasiswa itu masing-masing diberikan beban pekerjaan mulai dari penjajakan, observasi pemetaan, ekskavasi, dan analisis bersama-sama satu orang mentor.
Meski beban pekerjaan yang diberikan tersebut masih terbilang cukup mendasar, menurut dia, pelaksanaannya tidak gampang bagi para calon arkeolog.
Hal itu, kata dia, karena objek yang diteliti merupakan struktur sisa fondasi benteng besar pertahanan Onrust peninggalan kolonial VOC pada tahun 1600-an.
Fondasi benteng pertahanan tersebut terletak di susunan tanah paling bawah, sementara di atasnya ada sekitar tiga lapisan konstruksi yang dibangun pada dekade lain.
“Jadi, letak ujiannya adalah ketika mau menemukan peninggalan yang dicari, konstruksi di atas itu tidak boleh diganggu atau dirusak. Kami harus ekstra hati-hati,” kata dia.
Hingga akhirnya berkat keuletan dan kerja tim yang kompak dalam 2 hari terakhir, lanjut dia, tantangan tersebut bisa dilewati. Hal ini dibuktikan setelah tim temukan pintu bagian utara.
“Maka, hari ini juga telah menemukan pintu selatan benteng pertahanan besar VOC itu,” kata dia.
Pulau Onrust adalah salah satu pulau bersejarah di kawasan Gugusan Kepulauan Seribu dan ditetapkan sebagai Kawasan Cagar Budaya berdasarkan Keputusan Gubernur Jakarta Nomor 2209 Tahun 2015.
Fungsi Pulau Onrust terus berkembang sejak 1600 sampai dengan 1990, mulai tempat peristirahatan Pangeran Kesultanan Banten, kemudian diambil alih pasukan VOC untuk menjadi dermaga pembuatan dan perbaikan kapal, hingga gudang penyimpanan komoditas ekspor rempah.
Selanjutnya menjadi sebagai salah satu basis pertahanan laut pasukan Hindia Belanda di utara Bataviahingga menjadi tempat karantina penderita virus Leptospirosis dan penjara pada era kolonial Jepang.
Setiap bangunan peninggalan itu masih dapat ditemui di Pulau Onrust meski beberapa sudah menjadi puing fondasi bangunan, bebatuan, dan bongkahan kayu jati besar, hingga beberapa buah meriam.
Dalam penelitian yang sedang dilakukan tim arkeolog, berhasil menemukan pintu masuk benteng besar pertahanan Onrust bagian utara dan selatan.
Benteng besar ini digambarkan dalam peta tahun 1744 dibuat oleh J.W. Heiydt berbentuk segi lima dengan bastion pada masing-masing sudutnya.
Para arkeolog menilai pembuktian titik-titik akses keluar masuk dan batas-batas bastion benteng ini penting untuk menjadi dasar pertimbangan pelestarian cagar budaya di Pulau Onrust yang dipegang Dinas Kebudayaan DKI Jakarta.