Score – Kepala Unit Pengelola Jakarta Smart City (UP JSC) Yudhistira Nugraha mengatakan bahwa Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tidak hanya menyiapkan ibu kota menjadi kota global, namun juga “sensing city” atau kota yang berbasis pada dataelektronik dan sensor untuk mengoptimalkan berbagai fasilitas kota.
Yudhistira menjelaskan bahwa menjadi sensing city memerlukan pengambilan data yang cepat, real time, sehingga data itu dapat dianalisis dan mendorong intervensi permasalahan dengan tepat guna untuk kepentingan masyarakat Jakarta.
“Artinya ke depan kita bisa grab (ambil) data real time (secara langsung), seperti sensor permukaan air, TransJakarta, dan seterusnya. Ini bisa jadi sumber data, dan kemudian bagaimana ini bisa dianalisa makanya disebut understanding city (kota yang memahami),” kata Yudhistira dalam sebuah diskusi, di Jakarta, Selasa.
Nantinya, penggunaan data dan sensor itu bisa dimanfaatkan di beberapa sungai guna memantau tinggi muka air. Data real-timeyang masuk melalui sensor kemudian dapat diolah untuk melakukan mitigasi banjir secara cepat. Data dari berbagai sensor juga bisaditerapkan di transpotasi umum, memantau kepadatan lalu lintas dan optimalisasi layanan publik lainnya.
Ia menuturkan bahwa terdapat beberapa tahapan untuk mewujudkan Jakarta sebagai “sensing city”, di antaranya pertama, mempunyai kemampuan deskriptif analitik atau mengetahui masalah apa yang sedang terjadi. Kemudian kedua, adalah kemampuan diagnosis analitik yang dapat menguraikan penyebab suatu masalah terjadi.
Berikutnya, kata dia, memiliki kemampuan prediktif, sehingga dapat memprediksikan layanan apa yang dibutuhkan masyarakat. Lalu terakhir, memiliki kemampuan preskriptif analitik atau memberikan rekomendasi yang dapat dilakukan oleh pemerintah.
“Setelah data understanding (memahami data) ini masuk acting (aksi). Kebijakan berbasis data, intervensi berbasis data, dan seterusnya,” katanya.
Di sisi lain, dia mengatakan bahwa seiring menyiapkan Jakarta sebagai “sensing city”, Jakarta juga diharapkan menjadi “safe city” atau kota yang aman. Menurut dia, ke depan kanal pengaduan resmi Cepat Respon Masyarakat (CRM), yang salah satunya melalui Jakarta Kini (Jaki) dapat dikembangkan untuk hal darurat.
“CRM saat ini nonemergency, ke depan pengembangan bisa emergency. Itu bisa dilakukan sepanjang kita punya data,” ujarnya.
Sementara itu, dia mengatakan kecerdasan artifisial (AI) dapat digunakan untuk mewujudkan Jakarta sebagai kota global. Terlebih, pemerintah mempunyai legal basis untuk pelayanan publik maupun pengamanan.