Pemenang Laureus Award dari tahun ke tahun (Update 2025)

Pemenang Laureus Award Tahunan Hingga 2025

pemenang laureus award
pemenang laureus award

Pemenang Laureus Award

score.co.id – Apa jadinya dunia olahraga tanpa momen pengakuan epik? Laureus World Sports Awards, yang kerap dijuluki “Oscar-nya Arena Global”, bukan sekadar pesta penghargaan. Sejak 2000, piala berbentuk “Laureus Man” ini menjadi mahkota tertinggi bagi atlet dan tim yang mencatatkan sejarah. Di tahun 2025, Madrid menjadi saksi kemegahan acara yang merayakan kegigihan, kecemerlangan, dan kejutan spektakuler. Simak analisis eksklusif score.co.id tentang evolusi, tren tersembunyi, dan pemenang terkini yang menegaskan status Laureus sebagai penjaga warisan olahraga abad ke-21.

Gelaran Madrid 2025: Sorotan Kemenangan yang Menggetarkan

Tahun ini, Spanyol bukan hanya tuan rumah tapi juga pusat kejayaan. Dalam upacara berkelas dunia, nama-nama berikut mengukir cap permanen di panteon legenda:

Pemenang Laureus Award Tahunan Hingga 2025
Pemenang Laureus Award Tahunan Hingga 2025
  • Armand ‘Mondo’ Duplantis (Atletik, Swedia) mengulang kemenangannya sebagai Sportsman of the Year. Pelompat galah ini mempertahankan emas Olimpiade Paris 2024 sambil terus memecahkan rekor dunia-pencapaian yang membuat juri kesulitan mencari penantang sepadan.
  • Simone Biles (Senam, AS) kembali merebut mahkota Sportswoman of the Year. Setelah jeda emosional pasca-Tokyo 2020, ia menjawab keraguan dengan dominasi mutlak di Paris 2024, memperkuat klaimnya sebagai pesenam terhebat sepanjang masa.
  • Real Madrid CF (Sepak Bola, Spanyol) dinobatkan Team of the Year. Kesuksesan berkelanjutan di La Liga dan Liga Champions, ditambah strategi rekrutmen visioner, membuktikan klub ini lebih dari sekadar mesin trofi.
  • Lamine Yamal (Sepak Bola, Spanyol) memenangi Breakthrough of the Year. Debut gemilangnya bersama FC Barcelona di usia 16 tahun-menjadi pencetak gol termuda di Liga Champions dan La Liga-mengubahnya dari bintang masa depan menjadi fenomena global.
  • Rebeca Andrade (Senam, Brasil) meraih Comeback of the Year. Setelah empat kali cedera ACL, pesenam ini bangkit merebut dua medali emas Olimpiade Paris 2024.
  • Penghargaan khusus Sporting Icon disematkan pada Rafael Nadal (Tenis, Spanyol), sementara Kelly Slater (Selancar, AS) menerima Lifetime Achievement Award untuk dominasi 11 gelar dunia selama tiga dekade.
Baca Juga  Cara Bocah Ajaib Barcelona Rayakan Gol Perdana di Piala Dunia U-17 2023, Tiru Selebrasi Robert Lewandowski

Dari Tahun 2000 hingga 2024: Arsip yang Menceritakan Sejarah

Melihat daftar pemenang sejak peluncuran perdana di Monte Carlo, pola menarik terkuak. Empat olahraga-Tenis, Sepak Bola, Formula 1, dan Atletik-menguasai 78% penghargaan individu utama. Roger Federer dan Novak Djokovic memimpin di kategori putra dengan 5 dan 4 kemenangan, sementara Serena Williams (4 gelar) menjadi ratu kategori putri.

Tahun-tahun bersejarah termasuk 2003 saat Lance Armstrong (bersepeda) dan Marion Jones (atletik) menang-dua nama yang kemudian dicoret dari memori kolektif akibat skandal doping. Di 2020, Lionel Messi dan Lewis Hamilton berbagi gelar Sportsman, mencerminkan kesetaraan prestasi mereka. Sementara itu, tim sepakbola seperti Timnas Spanyol (2011), Jerman (2015), dan Argentina (2023) kerap muncul saat memenangi turnamen besar.

Tren Tersembunyi di Balik Piala Laureus

Analisis data 25 tahun mengungkap tiga pola kritis yang membentuk narasi Laureus:

  1. Hegemoni Olahraga “Besar” Visibilitas media menjadi faktor implisit. Cabang seperti renang, bulu tangkis, atau panahan-meski menghasilkan atlet fenomenal-hanya menyumbang 6% kemenangan kategori utama. Ini memicu debat: apakah Laureus benar-benar global atau masih terpaku pada olahraga dengan pasar televisi terbesar?
  2. Breakthrough: Penobatan Calon Legenda Kategori Breakthrough of the Year ternyata menjadi ramalan akurat. 70% pemenangnya-seperti Rafael Nadal (2006), Lewis Hamilton (2008), dan Naomi Osaka (2019)-kemudian meraih penghargaan utama. Kemenangan Lamine Yamal di 2025 mengikuti pola ini, menandainya sebagai penerus tahta Messi-Ronaldo.
  3. Dualitas Misi: Keabadian vs. Relevansi Laureus cerdik menyeimbangkan penghargaan berbasis performa (Sportsman, Team) dengan penghormatan berbasis warisan (Lifetime Achievement, Sporting Icon). Strategi ini mempertahankan relevansi dengan isu terkini sambil membangun “kuil” bagi legenda seperti Nadal dan Slater.

Sepak Bola dalam Sorotan Laureus: Dari Timnas hingga Yamal

  • Real Madrid 2025 menjadi tim klub ketiga yang menang setelah Manchester United (2000) dan Bayern Munich (2021). Kunci sukses? Adaptasi pascakepergian Benzema dan regenerasi tanpa gejolak.
  • Lamine Yamal bukan hanya pemain termuda yang menang di kategori Breakthrough, tapi juga bukti evolusi sepakbola Spanyol. Debutnya yang memukau mencerminkan keberhasilan akademi La Masia.
  • Ironi Cristiano Ronaldo: Meski 5 kali masuk nominasi, ia tak pernah membawa pulang Sportsman of the Year. Analis menilai ini akibat persaingan ketat dengan atlet multiseason seperti Federer dan Djokovic.
  • Timnas Spanyol (2024) dan Argentina (2023) membuktikan trofi Piala Dunia masih menjadi tiket utama menuju Laureus.
Baca Juga  PBTI targetkan pemerataan prestasi

Kontroversi dan Refleksi: Bayang-Bayang di Balik Gemerlap

Tak semua cerita Laureus berakhir manis. Penghargaan untuk Armstrong (2003) dan Jones (2000) kini jadi pengingat kelam tentang doping. Mekanisme voting oleh 1.300 anggota Laureus World Sports Academy juga kerap dikritik karena dianggap kurang transparan. Tahun 2025 mencatat kemajuan: komite seleksi kini memasukkan pakar dari 30 cabang non-mainstream, termasuk esports dan panjat tebing.

Masa Depan Laureus: Esports, Kesetaraan Gender, dan Paradigma Baru

Tren yang perlu diamati:

  • Esports: Masuknya nominasi atlet esports di 2024 memicu diskusi apakah cabang ini layak bersaing di kategori utama.
  • Kesetaraan: Sejak 2020, kategori Sportswoman mulai didominasi atlet dari senam, atletik, dan tenis-tanda bahwa olahraga “feminin” makin diakui.
  • Kriteria Baru: Isu keberlanjutan lingkungan dan aktivisme sosial mulai memengaruhi pemilihan pemenang, seperti terlihat pada nominasi atlet vegan dan pegiat HAM.

Penutup

Laureus Awards bukan sekadar pesta tahunan. Ia adalah cermin dinamika olahraga global: dari hegemoni tenis era Federer hingga kebangkitan atlet perempuan seperti Biles, dari skandal doping hingga inklusivitas generasi baru. Kemenangan Real Madrid dan Lamine Yamal di 2025 mengukuhkan sepakbola sebagai kekuatan budaya yang tak terbantahkan. Namun, tantangan tetap ada: bagaimana merangkul lebih banyak cabang “minor” tanpa mengorbankan prestise? Satu yang pasti: selama ada atlet yang menantang batas, Laureus akan tetap menjadi panggung suci mereka.

Jadilah yang Pertama Tahu!

Ikuti berita olahraga terkini dan analisis mendalam hanya di score.co.id-sumber tepercaya para pecinta sepakbola. Klik di sini untuk update eksklusiv tentang Liga Champions, transfer pemain, dan persiapan Piala Dunia 2026!