Pemain keturunan Indonesia yang belum di naturalisasi 2025: Potensi Besar

Potensi Emas: Pemain Keturunan yang Belum Dinaturalisasi Indonesia

Pemain keturunan Indonesia yang belum di naturalisasi 2025 Potensi diaspora untuk masa depan Timnas Garuda.
Pemain keturunan Indonesia yang belum di naturalisasi 2025 Potensi diaspora untuk masa depan Timnas Garuda.

Pemain keturunan Indonesia yang belum di naturalisasi

score.co.id – Siapa sangka, di balik gegap gempita persiapan Timnas Indonesia menghadapi Kualifikasi Piala Dunia 2026, tersimpan aset tersembunyi yang belum tergarap maksimal? Pemain keturunan Indonesia yang bermain di liga-liga top Eropa masih menghadapi jalan terjal menuju naturalisasi. Padahal, talenta seperti Ian Maatsen (Chelsea) dan Mauro Zijlstra (FC Twente) bisa menjadi game-changer bagi Garuda. Artikel ini mengungkap potensi, tantangan, dan harapan dari para pemain “grade A” yang masih menanti panggilan nasional.

Daftar Pemain Keturunan dengan Potensi Luar Biasa

Meski belum menyandang paspor Indonesia, nama-nama berikut telah memantapkan karier di kompetisi elit Eropa. Berikut profil terkini per Juni 2025:

Potensi Emas Pemain Keturunan yang Belum Dinaturalisasi Indonesia
Potensi Emas Pemain Keturunan yang Belum Dinaturalisasi Indonesia
  • Mauro Zijlstra (FC Twente, Eredivisie)Penyerang berdarah Jawa-Belanda ini menjadi mesin gol FC Twente dengan 12 gol musim lalu. Sayang, proses naturalisasinya mandek sejak Mei 2025 akibat dokumen kewarganegaraan nenek yang belum tervalidasi.
  • Ian Maatsen (Chelsea, Premier League)Bek sayap kiri andalan The Blues ini baru saja menjuarai Liga Champions 2024/2025. Fleksibilitasnya di lini kiri-baik sebagai bek maupun gelandang-menjadikannya solusi instan buat Timnas.
  • Pascal Struijk (Leeds United, Championship)Bek tengah berpostur 190 cm ini pilar pertahanan Leeds. Dengan 85% duel udara menang, ia bisa memperkuat pertahanan Indonesia yang kerap goyah menghadapi serangan udara.
  • Ryan Gravenberch (PSV Eindhoven, Eredivisie)Gelandang serang ini mencetak 7 gol dan 9 assist di Liga Belanda. Kemampuannya mengalirkan bola di ruang sempit cocok dengan gaya permainan Shin Tae-yong.
  • Joel Veltman (Brighton & Hove Albion, Premier League)Bek serba bisa berdarah Ambon ini bermasalah karena pernah tampil untuk Timnas Belanda. Namun, aturan FIFA memungkinkan naturalisasi jika tak main untuk negara lain dalam 3 tahun terakhir.
  • Miliano Jonathans (FC Utrecht) & Dean James (Go Ahead Eagles)Keduanya secara terbuka menyatakan minat membela Indonesia. Jonathans bahkan belajar bahasa Indonesia via aplikasi!
Baca Juga  Timnas Indonesia Raih Kemenangan Lawan Myanmar Grup B Semakin Ketat

Mengapa Mereka Disebut “Grade A”?

Potensi pemain-pemain ini bukan sekadar gimmick.

Pengalaman di liga top menjadi faktor utama. Maatsen, misalnya, telah merasakan tekanan laga knockout Liga Champions. Struijk terbukti tangguh menghadapi striker Premier League seperti Erling Haaland. Sementara Gravenberch, dengan usia 23 tahun, punya ruang berkembang masif.

Posisi strategis mereka juga menjawab kebutuhan kritis Timnas. Indonesia kerap kesulitan mencetak gol dari umpan silang-bidang maestro Zijlstra. Sementara lini tengah butuh kreator seperti Gravenberch yang mampu memecah kebekuan pertahanan lawan.

Tantangan Naturalisasi: Dokumen Hingga Aturan FIFA

Proses naturalisasi tak semudah membalik telapak tangan. Masalah administrasi menjadi penghambat utama. Kasus Zijlstra adalah bukti: dokumen kependudukan era kolonial Belanda harus diverifikasi ulang oleh arsip nasional di Den Haag.

Untuk Veltman, kelayakan FIFA adalah tantangan terberat. Meski terakhir bermain untuk Belanda pada 2022, aturan menyatakan ia baru bisa berganti asosiasi setelah 3 tahun tidak bermain untuk negara sebelumnya. Artinya, Agustus 2025 adalah momen krusial.

PSSI dikabarkan mempercepat proses dengan membentuk satgas khusus naturalisasi. Namun, koordinasi dengan federasi sepak bola Eropa masih alot karena perbedaan regulasi.

Dampak Potensial untuk Kualifikasi Piala Dunia 2026

Bayangkan Timnas Indonesia diperkuat Maatsen di sayap kiri dan Struijk di jantung pertahanan. Kualitas bertahan akan melonjak drastis-terutama menghadapi tim Asia seperti Australia atau Jepang yang mengandalkan fisik.

Di lini serang, kombinasi Zijlstra dan Gravenberch bisa menciptakan sinergi gaya Eropa-Asia: pressing tinggi diikuti transisi cepat. Analis sepak bola ASEAN, Darren Goon, menyatakan:

“Dengan naturalisasi pemain level Europa League, Indonesia berpotensi melompat menjadi 5 besar Asia Tenggara dalam 2 tahun.”

Namun, semua tergantung kecepatan PSSI. Jika naturalisasi baru tuntas akhir 2025, waktu adaptasi pemain dengan tim sangat minim sebelum laga krusial 2026.

Baca Juga  Kevin Diks Market Value & Gajinya di Timnas Indonesia

Penutup

Pemain keturunan seperti Ian Maatsen dan Mauro Zijlstra ibarat berlian yang masih terpendam. Potensi mereka mengubah wajah Timnas Indonesia nyata adanya, tapi terhalang birokrasi dan waktu. Tantangan PSSI kini adalah memangkas red tape dan memastikan naturalisasi tak sekadar wacana. Jika berhasil, mimpi Piala Dunia 2026 bukan lagi khayalan.

Pantau perkembangan terbaru naturalisasi pemain Timnas hanya di score.co.id!