Pelatih Arab Saudi Sebelum Herve Renard: Profil dan Kontribusi

Jejak karier dan strategi pelatih sebelum era kejayaan Herve Renard di timnas Arab Saudi.

Pelatih Arab Saudi Sebelum Herve Renard Profil dan Kontribusi
Pelatih Arab Saudi Sebelum Herve Renard Profil dan Kontribusi

Pelatih Arab Saudi Sebelum Herve Renard

score.co.idSepak bola Arab Saudi selalu punya cara untuk mencuri perhatian dunia. Kemenangan epik atas Argentina di Piala Dunia 2022 bersama Herve Renard jadi bukti nyata betapa “Al-Suqour” bisa menggebrak. Tapi, sebelum nama Renard jadi buah bibir, ada pelatih-pelatih lain yang sudah lebih dulu mengukir cerita di balik layar. Mereka mungkin tak selalu jadi sorotan utama, tapi peran mereka tak bisa dipandang sebelah mata. Siapa saja sosok ini? Apa yang mereka bawa ke dalam tim? Mari kita ulas perjalanan dua figur penting yang pernah memegang kendali sebelum era Renard, baik di masa awalnya pada 2019 maupun saat ia kembali pada 2024.

Jejak Pelatih yang Membentuk “Al-Suqour”

Timnas Arab Saudi punya sejarah panjang dengan pelatih dari berbagai latar belakang, mulai dari putra lokal hingga maestro internasional. Dalam kisah ini, kita akan menyelami dua nama yang punya andil besar sebelum Herve Renard mengambil alih: Saad Al-Shehri, yang menjadi jembatan penting sebelum 2019, dan Roberto Mancini, yang meninggalkan kursi panas pada 2024. Keduanya membawa warna tersendiri dalam dinamika sepak bola Saudi yang penuh ambisi.

Jejak karier dan strategi pelatih sebelum era kejayaan Herve Renard di timnas Arab Saudi.
Jejak karier dan strategi pelatih sebelum era kejayaan Herve Renard di timnas Arab Saudi.

Saad Al-Shehri: Dari Lapangan ke Pinggir Lapangan

Saad Al-Shehri bukan orang baru di jagat sepak bola Arab Saudi. Pria kelahiran Dammam, 9 Januari 1980, ini dulu pernah jadi pemain andalan di klub seperti Al-Ettifaq dan Al-Nassr. Bahkan, ia sempat memperkuat timnas U20 di ajang Kejuaraan Dunia Pemuda FIFA 1999. Tapi, ternyata panggilan hidupnya bukan di tengah lapangan, melainkan di sisi pinggirnya sebagai pelatih.

Perjalanan kepelatihannya dimulai dari langkah kecil yang tak biasa. Bayangkan, pada 2008, ia melatih tim pendidikan wilayah timur dan sukses membawa pulang gelar Liga Sepak Bola Sekolah. Dari situ, kariernya melesat bak roket. Saat menukangi tim U20 Arab Saudi, ia langsung bikin gebrakan dengan mengantarkan tim ke final Kejuaraan AFC U-19 2016. Meski akhirnya takluk dari Jepang lewat drama adu penalti, torehan itu jadi bukti bahwa ia punya mata jeli dalam membaca permainan.

Baca Juga  Rank FIFA Indonesia Setelah Lawan Filipina: Posisi Terbaru dan Analisis

Puncaknya datang bersama tim U23 pada 2019. Al-Shehri membawa “Al-Suqour Muda” juara di Kejuaraan AFC U-23, sebuah prestasi yang jadi fondasi kuat buat regenerasi tim senior. Sebelum Renard mendarat pada Juli 2019, ia sempat jadi pelatih interim tim utama antara 2017-2019, termasuk saat Piala Dunia 2018. Hasilnya memang tak selalu cemerlang, tapi jejaknya sebagai penggali bakat muda jadi pijakan penting buat masa depan sepak bola Saudi.

Roberto Mancini: Harapan Besar yang Kandas di Tengah Jalan

Kalau Saad Al-Shehri adalah darah lokal, Roberto Mancini adalah bintang tamu dari Eropa yang mendarat pada Agustus 2023. Pelatih kelahiran 27 November 1964 ini bukan nama sembarangan. Ia pernah mengantarkan Italia juara Euro 2020—turnamen yang digelar 2021—dan dianggap sebagai salah satu otak taktik terbaik di dunia. Tapi, petualangan di tanah Arab ternyata tak semulus yang diharapkan.

Mancini datang setelah Renard mundur pada Maret 2023, membawa kontrak empat tahun dan harapan tinggi. Dengan visi Saudi jadi tuan rumah Piala Dunia 2034 dan suntikan dana besar dari Dana Investasi Publik (PIF), ia diharapkan membawa angin segar. Sayang, kenyataan tak seindah rencana. Dari 18 laga hingga Oktober 2024, ia cuma mengantongi tujuh kemenangan. Kegagalan di Piala Asia 2024, saat tim tersingkir di babak 16 besar, plus hasil mengecewakan di kualifikasi Piala Dunia 2026, jadi pukulan telak. Akhirnya, pada Oktober 2024, ia dan federasi sepakat berpisah, membuka jalan bagi kembalinya Renard.

Kontribusi Nyata di Balik Layar

Saad Al-Shehri: Fondasi untuk Masa Depan

Jangan nilai Saad Al-Shehri cuma dari trofi atau catatan pertandingan tim senior. Ia adalah sosok yang bekerja diam-diam, menyiapkan akar kuat lewat pembinaan talenta muda. Membawa tim U20 ke 16 besar Piala Dunia U-20 2017—samai rekor terbaik Saudi—adalah salah satu buktinya. Gelar juara AFC U-23 2019 juga menegaskan bahwa ia mampu membentuk skuad kompetitif yang siap naik kelas.

Baca Juga  Patrick Kluivert Diprediksi Tak Rombak Skuad Timnas Indonesia

Saat jadi pelatih sementara tim senior, ia memang tak selalu mulus. Di Piala Teluk Arab ke-25 pada 2022, ia cuma menang sekali lawan Yaman sebelum tersingkir lebih awal. Tapi, perannya sebagai penjaga stabilitas di masa transisi—terutama pasca-Piala Dunia 2018 dan saat Renard mundur pada 2023—tak ternilai harganya. Ia adalah jembatan yang memastikan tim tetap berdiri tegak di tengah badai pergantian.

Roberto Mancini: Ambisi yang Terhenti

Roberto Mancini datang dengan CV mentereng: Inter Milan, Manchester City, dan kesuksesan bersama Italia. Ekspektasi pun melambung tinggi. Tapi, di lapangan, ceritanya beda. Gaya menyerang yang jadi andalannya sulit nyanyi dengan skuad yang masih mencari jati diri setelah kepergian Renard. Puncaknya, kekalahan dari Korea Selatan di Piala Asia 2024 lewat adu penalti jadi sorotan tajam.

Di kualifikasi Piala Dunia 2026, performa tim juga naik-turun. Hingga Maret 2025, mereka baru mengumpulkan 10 poin dari delapan laga. Mancini memang membawa disiplin ala Eropa dan pendekatan modern, tapi kurangnya chemistry dengan budaya sepak bola lokal jadi batu sandungan. Ambisi besar yang ia bawa akhirnya terhenti di tengah jalan.

Warisan dan Langkah ke Depan

Warisan untuk Generasi Berikutnya

Saad Al-Shehri mungkin tak punya sorotan sebesar Mancini, tapi jejaknya terasa di lapisan dalam. Pemain seperti Salem Al-Dawsari atau Firas Al-Buraikan yang kini jadi andalan tim senior adalah buah dari tangan dinginnya di level junior. Ia menanam benih yang kini dipetik Renard di masa jabatan keduanya.

Sebaliknya, Mancini tak meninggalkan dampak jangka panjang. Tapi, kehadirannya jadi cermin ambisi Saudi untuk main di level atas dunia. Meski gagal, ia memberi pelajaran bahwa taktik hebat saja tak cukup—harus ada harmoni dengan karakter tim. Dua sosok ini, dengan caranya masing-masing, jadi bagian dari puzzle besar sepak bola Saudi.

Baca Juga  Nilai Pemain Timnas Indonesia vs Arab Saudi Terupdate

Masa Depan dengan Herve Renard

Kembalinya Renard pada Oktober 2024 membawa semangat baru. Dengan kontrak hingga 2025 dan opsi lanjut sampai Piala Asia 2027, ia punya waktu untuk meracik ulang tim. Fondasi dari Al-Shehri dan pelajaran dari Mancini jadi modal berharga. Tantangan terbesar? Membawa Saudi lebih jauh di kualifikasi Piala Dunia 2026 dan menyiapkan langkah besar sebagai tuan rumah Piala Dunia 2034.

Penutup: Cerita di Balik Kesuksesan

Saad Al-Shehri dan Roberto Mancini adalah dua wajah berbeda dalam perjalanan sepak bola Arab Saudi. Al-Shehri adalah tukang kebun yang sabar menyiapkan tanaman muda, sementara Mancini adalah arsitek ambisius yang terburu-buru membangun menara tinggi. Keduanya punya peran, meski hasilnya tak selalu sama. Kini, dengan Renard kembali memegang kendali, “Al-Suqour” punya kans besar untuk terbang lebih tinggi.

Penasaran dengan kelanjutan kisah ini atau prediksi terbaru kualifikasi Piala Dunia? Pantau terus informasinya di score.co.id!