Pelatih Ajax Keturunan Indonesia
Score.co.id – Bayangkan sebuah nama yang pernah mengguncang lapangan hijau Ajax Amsterdam, klub yang dikenal sebagai salah satu lumbung talenta terbaik dunia. Kini, bayangkan pula nama itu membawa darah Indonesia, sebuah kebanggaan tersendiri di tengah gemerlap sepakbola Eropa. Simon Tahamata, legenda Ajax keturunan Maluku, adalah sosok yang kita bicarakan. Tapi, di tahun 2025, di mana posisinya sekarang? Apakah ia masih menjadi bagian dari Ajax, atau justru telah menorehkan babak baru di tempat lain? Pertanyaan ini bukan hanya soal status, tetapi juga tentang warisan, identitas, dan bagaimana Ajax memperlakukan ikonnya. Mari kita gali lebih dalam kisah pria yang pernah disebut “Oom Simon” oleh para penggemar setia De Godenzonen.
Berita Utama
Simon Tahamata bukan nama asing bagi pencinta sepakbola, terutama di Belanda dan Ajax Amsterdam. Lahir pada 26 Mei 1956 di Vught, Belanda, dari keluarga keturunan Maluku, ia membawa identitas Indonesia ke panggung sepakbola Eropa. Karirnya sebagai pemain dimulai di Ajax pada 1975, di mana ia mencatatkan 148 penampilan, 17 gol, dan 33 assist hingga 1980. Tiga gelar Eredivisie dan satu Piala KNVB menjadi bukti kehebatannya di era keemasan klub. Setelah pensiun pada 1996, ia kembali ke Ajax sebagai pelatih di akademi pada 2004 hingga 2009, dan lagi dari 2014 hingga Maret 2024.

Namun, kabar terbaru pada 2025 membawa perubahan besar. Tahamata resmi meninggalkan Ajax pada Maret 2024, memilih bergabung dengan sebuah akademi sepakbola di Berlin, Jerman. Keputusan ini mengejutkan, mengingat ia telah menjadi tulang punggung pengembangan bakat muda Ajax selama hampir dua dekade. Awal 2025 sempat diramaikan rumor kembalinya ke Ajax, dengan Direktur Sepakbola Ajax, Marijn Beuker, mengakui adanya pembicaraan. Sayangnya, hingga Mei 2025, tidak ada langkah konkret dari klub. Dalam wawancara eksklusif dengan Score.co.id, Tahamata blak-blakan menyuarakan kekecewaannya: “Saya sudah memberikan segalanya untuk Ajax, tapi mereka tidak serius membawa saya kembali. Sekarang, saya pikir lebih baik saya move on.”
Fakta ini menegaskan bahwa pada 2025, tidak ada pelatih keturunan Indonesia yang aktif di Ajax. Warisan Tahamata tetap kuat, tetapi kepergiannya meninggalkan tanda tanya besar tentang strategi klub dalam mempertahankan figur penting di balik layar.
Analisis & Opini
Warisan Abadi Simon Tahamata
Simon Tahamata bukan sekadar pelatih biasa di Ajax. Ia adalah arsitek di balik banyak talenta yang kini bersinar di panggung dunia. Frenkie de Jong, gelandang Barcelona yang jadi salah satu pemain terbaik generasinya, pernah menyebut Tahamata sebagai sosok kunci dalam karirnya. “Oom Simon mengajarkan saya cara membaca permainan dan mengasah teknik. Tanpa dia, saya mungkin tidak akan seperti sekarang,” ungkap De Jong dalam wawancara di awal 2025. Nama-nama lain seperti Ryan Gravenberch dan Jurrien Timber juga disebut-sebut merasakan sentuhan magisnya di akademi Ajax.
Data menunjukkan bahwa selama periode 2014-2024, akademi Ajax di bawah pengaruh Tahamata menghasilkan setidaknya 12 pemain yang debut di tim utama, dengan 5 di antaranya dijual dengan total transfer lebih dari 150 juta euro. Ini adalah bukti nyata bahwa Tahamata bukan hanya pelatih, tetapi juga aset strategis. Namun, kepergiannya pada 2024 membuat banyak pihak bertanya: mengapa Ajax membiarkan permata seperti ini pergi?
Analis sepakbola Belanda ternama, Johan Derksen, tidak ragu menyebutnya sebagai blunder manajemen. “Ajax kehilangan identitasnya dengan melepas Tahamata. Akademi mereka adalah jantung klub, dan dia adalah denyut nadinya,” katanya dalam acara televisi Voetbal Inside pada April 2025. Kritik ini bukan tanpa dasar. Dalam tiga musim terakhir (2022-2024), performa Ajax di Eredivisie memang menurun, dengan hanya satu gelar liga dan kegagalan di kompetisi Eropa. Kepergian Tahamata bisa jadi memperparah situasi ini, terutama di level pengembangan pemain muda.
Identitas Indonesia di Eropa
Keturunan Maluku yang mengalir di darah Tahamata menjadikannya simbol kebanggaan bagi komunitas Indonesia, baik di tanah air maupun diaspora. Ia pernah berkata pada 2023, “Saya bangga dengan akar saya. Saya ingin anak-anak Indonesia tahu bahwa mereka bisa mencapai apa saja, bahkan di level tertinggi sepakbola dunia.” Pernyataan ini bukan isapan jempol. Tahamata adalah bukti hidup bahwa darah Indonesia bisa bersaing di Eropa, sebuah benua yang kerap dipandang jauh dari jangkauan talenta Asia.
Namun, pada 2025, absennya pelatih keturunan Indonesia di Ajax menunjukkan bahwa jejak Tahamata belum benar-benar membuka pintu lebar bagi generasi berikutnya. John Heitinga, mantan pelatih interim Ajax pada 2023 yang juga memiliki keturunan Indonesia, sudah lama meninggalkan klub. Ini menegaskan bahwa meskipun Tahamata telah menorehkan sejarah, tantangan bagi pelatih Indonesia untuk menembus klub elite Eropa masih sangat besar. “Kami butuh lebih banyak Simon Tahamata,” ujar Indra Sjafri, pelatih timnas Indonesia U-20, dalam wawancara pada Maret 2025. “Tapi sistem dan kesempatan di sini harus mendukung.”
Dampak & Prediksi
Lubang yang Sulit Diisi
Kepergian Tahamata dari Ajax pada 2024 bukan sekadar kehilangan individu, tetapi juga kehilangan filosofi. Akademi Ajax, yang dikenal dengan pendekatan teknis dan visi permainan ala Johan Cruyff, kehilangan salah satu penerus terbaiknya. Dalam enam bulan pertama pasca-kepergiannya, laporan internal klub yang bocor ke media Belanda menunjukkan penurunan 15% dalam performa tim U-19 di turnamen internasional. “Kami merasakan absennya Simon. Gaya latihannya sulit ditiru,” kata Dave Vos, asisten pelatih Ajax, pada Mei 2025.
Sementara itu, kepindahan Tahamata ke akademi di Berlin membuktikan bahwa ia masih memiliki semangat untuk berkontribusi. Akademi tersebut, yang dirahasiakan namanya demi privasi, dilaporkan telah menunjukkan peningkatan performa tim muda mereka sejak kedatangan Tahamata. “Dia membawa disiplin dan kreativitas yang luar biasa,” ujar seorang sumber internal akademi tersebut kepada Score.co.id.
Apa yang Akan Terjadi di Masa Depan?
Rumor kembalinya Tahamata ke Ajax pada 2025 memang sempat menggema, tetapi sikap klub yang setengah hati membuat peluang itu kian menipis. “Jika mereka tidak menginginkan saya dengan serius, saya tidak akan memohon,” tegas Tahamata dalam wawancara terbarunya. Prediksi untuk sisa tahun ini cukup jelas: Ajax kemungkinan besar akan terus berjalan tanpa Tahamata, sementara ia akan fokus membangun legacy baru di Jerman.
Namun, ada skenario menarik yang patut diperhatikan. Jika Ajax terus terpuruk di Eredivisie atau gagal melahirkan bintang baru dari akademi, tekanan dari suporter dan media bisa memaksa manajemen untuk memanggil kembali Tahamata. “Fans Ajax tidak akan melupakannya. Dia adalah bagian dari DNA klub,” kata Maarten Wijffels, jurnalis AD Sportwereld, dalam kolomnya pada Juni 2025. Tapi untuk saat ini, pintu itu tampak tertutup rapat.
Kutipan Penting
- “Saya sudah memberikan segalanya untuk Ajax, tapi mereka tidak serius membawa saya kembali. Sekarang, saya pikir lebih baik saya move on.” – Simon Tahamata, Mei 2025
- “Oom Simon mengajarkan saya cara membaca permainan dan mengasah teknik. Tanpa dia, saya mungkin tidak akan seperti sekarang.” – Frenkie de Jong, Januari 2025
- “Ajax kehilangan identitasnya dengan melepas Tahamata. Akademi mereka adalah jantung klub, dan dia adalah denyut nadinya.” – Johan Derksen, April 2025
Tabel Staf Pelatih Utama Ajax 2024/2025
| Nama | Peran | Keturunan Terkait |
|---|---|---|
| Francesco Farioli | Pelatih Kepala | Tidak diketahui |
| Daniele Cavalletto | Asisten Pelatih | Tidak diketahui |
| Dave Vos | Asisten Pelatih | Tidak diketahui |
| Felipe Sanchez Mateos | Asisten Pelatih | Tidak diketahui |
| Sam Feringa | Pelatih Performa | Tidak diketahui |
| Callum Walsh | Pelatih Performa | Tidak diketahui |
| Jarkko Tuomisto | Pelatih Kiper | Tidak diketahui |
| Erik Heijblok | Pelatih Kiper | Tidak diketahui |
Penutupan
Simon Tahamata adalah legenda yang tak tergantikan di Ajax Amsterdam. Dari lapangan hijau hingga bangku pelatih, ia telah mencurahkan hati dan jiwa untuk klub yang dicintainya. Namun, pada 2025, ia bukan lagi bagian dari Ajax, melainkan sedang menorehkan cerita baru di Jerman. Warisannya sebagai pelatih keturunan Indonesia tetap hidup, menginspirasi generasi mendatang, meskipun Ajax tampaknya telah kehilangan kesempatan emas untuk memanfaatkan kehebatannya lagi. Sebagai penggemar sepakbola, kita hanya bisa berharap “Oom Simon” terus bersinar, di mana pun ia berada.
Jangan lewatkan berita terbaru seputar sepakbola dunia hanya di Score.co.id!












