SCORE.CO.ID – Kekalahan pada pekan ke-28 membuat Pelatih Persebaya, Paul Munster frustasi. Ia sangat kecewa berat karena merasa timnya harus bermain lawan 15 orang.
Meskipun pada menit awal, Persebaya unggul lebih dulu pada menit ke-85 melalui aksi Toni Firmansyah. Namun, Persebaya kecolongan dua gol pada fase injury time babak kedua. Borneo FC mampu menyamakan kedudukan dari gol bunuh diri Kasim Botan dan mendapat kemenangan setelah Ikhsan Zikrak bikin gol pada menit 90+7.
Seharusnya gol di menit akhir tidak terjadi, ini justru terjadi begitu saja dan membuat rugi pihak Paul Munster cs.
Persebaya menyesal karena menjadi kekalahan pertama mereka sejak Paul Munster ditunjuk sebagai pelatih. Paul Munster kecewa dengan mengisak dada.
“Saya rasa Persebaya bermain bagus. Jika melihat situasi kami, jujur saya kecewa,” ujar Paul Munster pada SCORE.CO.ID, Sabtu (9/3/2024).
“Lihat saja kami seperti bermain lawan 15 orang melawan 11 orang. Itu sangat sulit, meskipun kami mencetak gol lebih dulu.”
“Pada lima sampai 10 menit terakhir, lalu perpanjangan waktu enam menit. Saya tahu cara kerjanya. Malam yang membuat frustrasi. Tidak ada yang berubah dari sebelumnya. Jadi, ofisial ini aib,” sambungnya bernada kesal.
Paul Munster merasa usaha keras pemain Persebaya untuk bisa menang terasa sia-sia. Sebab, menurut eks pelatih Bhayangkara FC, Persebaya seperti tidak boleh menang jika melihat keputusan yang diambil wasit.
Seperti biasa wasit Liga 1 dinilai kurang adil terlebih banyak keputusan yang merugikan pihak Persebaya.
“Kami sudah bekerja keras. Namun, lagi-lagi, ofisialnya aib sejak babak pertama, babak kedua, begitu juga pada menit-menit akhir,” kata Paul Munster.
“Harus ada pemeriksaan menyeluruh. Sepak bola Indonesia, seperti yang saya bilang, tidak pernah berubah dari sebelumnya. Tidak ada komentar untuk ofisial. Kita perlu wasit asing jika sepak bola Indonesia ingin maju,” tutup Paul Munster.
Kini Persebaya harus menjalani sisa 6 laga terakhir dengan kemenangan, itupun bila tidak ingin jadi salah satu tim yang akan masuk ke jurang degradasi.