Noah Lyles Raih Emas dari Lari Cepat 100 Meter Olimpiade 2024, Ungkap Jika Ada 5 Emas Mau Lagi

Noah Lyles Raih Emas dari Lari Cepat 100 Meter Olimpiade 2024, Ungkap Jika Ada 5 Emas Mau Lagi

SCORE.CO.ID – Noah Lyles atlet lari dari Amerika Serikat berhasil meraih emas kategori lari cepat jarak 100 meter nominasi putra.

Ia mengalahkan Kishane Thompson atlet lari dari Jamaika pada hari Minggu dengan selisih lima per seribu detik — atau 0,005 detik dari satu detik waktu — dalam perlombaan yang membutuhkan waktu cepat ini.

Hasil akhir yang satu ini: Lyles 9,784 detik, Thompson 9,789, hanya berbeda beberapa saja.

Adapun kemenangan Lyles baru dipastikan setelah sesi foto-finish. Pelari Amerika itu berkata bahwa target negaranya adalah emas, ia berhasil membuktikan disini, bahkan jika bisa memborong tiga lainnya, ia ingin ikut lari cepat dalam jarak berbeda.

“Itu adalah hal yang saya inginkan. Pertarungannya sulit, lawannya luar biasa,” ungkap Lyles dilansir dari laman CNN Amerika, Senin (5/8/2024).

“Semua orang berada dalam kondisi prima, semua orang datang dengan persiapan untuk pertandingan dan saya ingin membuktikan bahwa saya adalah yang terbaik di antara mereka semua. Saya serigala di antara serigala, jika ada lima emas saya ingin meraihnya,” ujarnya menambahkan.

Sang juara baru mengatakan bahwa sebelum ia berangkat ke Paris, salah satu fisioterapisnya meyakinkannya bahwa perlombaan ini akan berjalan ketat.

“Dia berkata, ‘Sedekat ini posisi pertama dan kedua,’” kata Lyles sambil menjepit ibu jari dan jari telunjuknya sehingga keduanya hampir bersentuhan. “Saya tidak percaya betapa benarnya dia.”

Lyles, yang juga juara dunia 200 m tiga kali, mendukung prediksi yang kurang ajar tentang dominasi sprint. Secara historis, ia lebih sukses di nomor 200 m; Lyles finis di urutan ketujuh pada uji coba Olimpiade AS di nomor 100 m tahun 2021, gagal masuk tim Amerika.

Baca Juga  Daftar Peraih Emas Olimpiade Bulutangkis Edisi Paris 2024

Olimpiade kini menjadi ajang kemenangan terbesar Lyles, bukan kegagalannya yang paling transformatif. Lyles berjuang untuk memperbaiki kesehatan mentalnya sebelum Olimpiade Tokyo, karena isolasi akibat pandemi menggelapkan suasana hati atlet yang biasanya ekstrovert itu.

Ditambah lagi, pembunuhan George Floyd pada tahun 2020 menambah stresnya. Dan begitu ia tiba di Tokyo, kurangnya listrik di stadion tanpa penonton juga menghambat Lyles.