Mohamed Salah Jadi Sorotan
score.co.id – Di dunia sepakbola yang serba cepat, satu penampilan buruk bisa dengan cepat mengaburkan serangkaian pencapaian gemilang. Inilah yang kini dialami Mohamed Salah, sang megabintang Liverpool, yang tiba-tiba menjadi pusat sorotan tajam setelah The Reds menelan kekalahan pahit dari Chelsea di Stamford Bridge. Di tengah musim yang sejauh ini hampir sempurna, sebuah anomali terjadi. Lantas, apa yang sebenarnya terjadi dengan sang legenda hidup?
Laporan Lengkap Laga Chelsea vs Liverpool
Pertandingan sengit antara dua raksasa Premier League ini berakhir dengan skor 2-1 untuk kemenangan tuan rumah Chelsea. Laga yang digelar pada 4 Oktober 2025 ini menyajikan drama dari menit pertama hingga detik-detik terakhir.
Chelsea langsung menekan dan berhasil unggul lebih dulu melalui sebuah gol indah dari Moises Caicedo pada menit ke-14. Liverpool, yang tampak kesulitan membongkar pertahanan Chelsea di babak pertama, akhirnya bangkit di babak kedua. Cody Gakpo berhasil menyamakan kedudukan pada menit ke-63, membawa angin segar bagi kunjungan The Reds.
Namun, justru di masa injury time, pemain muda berbakat Chelsea, Estevao, menjadi pahlawan dengan mencetak gol dramatis pada menit 90+5′. Kekalahan ini berdampak langsung pada peta klasemen, dimana Liverpool harus merelakan posisi puncak mereka dan tergelincir ke peringkat kedua, dikalahkan oleh Arsenal yang konsisten.

Mengurai Performa Di Bawah Standar Mohamed Salah
Dalam kekalahan ini, sorotan tidak hanya pada skor akhir, tetapi tertuju pada satu nama: Mohamed Salah. Penampilannya dinilai jauh di bawah standar yang biasa ia tunjukkan, dan ini menjadi faktor krusial yang membuat Liverpool kesulitan meraih hasil positif.
Kritik Tajam Media dan Momen-Momen yang Terbuang
Media olahraga nasional dan internasional tidak sungkan-sungkan memberikan kritik pedas. Sebuah laporan media terkemuka secara eksplisit menyoroti penyelesaian akhir yang buruk dari Salah, sebuah istilah yang sangat jarang disematkan pada dirinya. Lebih lanjut, disebutkan bahwa sang pemain sendiri menerima kesalahan atas kekalahan timnya, menunjukkan betapa ia menyadari performanya yang tidak memuaskan.
Kritik tersebut bukannya tanpa bukti. Salah satu momen paling mencolok terjadi di babak kedua. Florian Wirtz, yang baru saja masuk, memberikan umpan matang yang sempurna ke daerah berbahaya. Salah, yang berada dalam posisi ideal untuk mencetak gol, justru melepaskan tembakan liar yang melambung jauh dari target.
Kegagalan ini semakin menguatkan narasi bahwa ia sedang mengalami fase paceklik gol, setelah tercatat tidak mencetak gol dalam tiga laga terakhir Liverpool sebelum pertandingan ini.
Analisis Taktis: Sebuah Pertaruhan yang Gagal?
Dari kacamata taktis, permainan Salah menawarkan perspektif yang lebih kompleks. Analisis dari para ahli menunjukkan bahwa Chelsea dibawah Enzo Maresca sengaja menerapkan strategi yang sedikit unik. Mereka kerap membiarkan Salah relatif bebas untuk bergerak ke dalam, namun memusatkan pertahanan untuk memotong aliran umpan yang mengarah kepadanya. Meskipun Liverpool memiliki lebih banyak penguasaan bola, mereka kekalahan dalam hal penetrasi yang efektif untuk benar-benar membahayakan pertahanan Chelsea yang rapat.
Selain itu, ada satu aspek permainan Salah yang mencolok: ia jarang melacak kembali untuk membantu pertahanan. Beberapa analis menduga ini adalah instruksi khusus dari pelatih Arne Slot untuk menghemat energi Salah dan menjaganya tetap di posisi tinggi guna memimpin serangan balik yang mematikan. Namun, strategi ini berbalik menjadi bumerang.
Chelsea dengan cerdik mengeksploitasi ruang kosong di sisi kanan pertahanan Liverpool yang ditinggalkan Salah. Setiap kali Chelsea merebut bola dan melakukan transisi cepat, mereka memiliki keunggulan jumlah pemain di area tersebut, menciptakan tekanan beruntun yang akhirnya berbuah gol kemenangan mereka.
Ini menunjukkan bahwa performa buruk Salah mungkin bukan semata-mata kesalahan individu, tetapi juga konsekuensi dari sebuah skenario taktis yang tidak berjalan sesuai rencana.
Konteks Musim 2024/2025: Sebuah Anomali dalam Dominasi
Untuk memahami sepenuhnya sorotan pada Salah, kita harus melihatnya dalam lensa yang lebih luas. Performa buruknya melawan Chelsea adalah sebuah anomali yang mencolok dalam sebuah kampanye musim yang sebenarnya fenomenal. Musim 2024/2025 bisa dibilang adalah salah satu musim terbaik dalam karier Mohamed Salah di Premier League.
Bersama Liverpool dibawah kepemimpinan pelatih baru Arne Slot, Salah tidak hanya mencetak gol tetapi juga menjadi motor serangan yang tak terbendung.
Berikut adalah rekor dominasi Salah di Musim 2024/2025:
| Kategori Statistik | Angka | Keterangan |
|---|---|---|
| Gol Terbanyak | 29 Gol | Top Skor Liga |
| Pencetak Assist | 18 Assist | Top Assist Liga |
| Total Keterlibatan Gol | 47 | Menyamai Rekor EPL |
Gelar Premier League yang berhasil diraih Liverpool semakin melengkapi dominasinya. Atas performa luar biasa ini, ia menyapu hampir semua penghargaan individu bergengsi: Pemain Terbaik Premier League, FWA Footballer of the Year, dan PFA Players’ Player of the Year. Puncak pengakuannya adalah ketika ia menduduki peringkat keempat dalam penghargaan Ballon d’Or 2025, mengukuhkannya sebagai salah satu pemain terbaik di dunia.
Dampak dan Proyeksi Kedepan: Apakah Sorotan Ini Wajar?
Kasus Mohamed Salah pasca-kekalahan dari Chelsea adalah contoh sempurna dari fenomena “bias kebaruan” atau recency bias dalam sepakbola elite. Otak kita cenderung memberikan bobot berlebih pada peristiwa yang baru saja terjadi, seringkali mengabaikan konteks sejarah dan konsistensi jangka panjang. Meskipun Salah baru saja menyelesaikan salah satu musim paling dominan dalam sejarah liga, satu penampilan buruk di laga besar langsung memicu gelombang kritik dan pertanyaan tentang formasinya.
Fenomena ini menyoroti betapa tak kenal ampunnya dunia sepakbola modern. Seorang pemain bisa membangun warisan selama bertahun-tahun, tetapi narasi publik bisa bergeser secara drastis hanya dalam waktu 90 menit. Bagi Liverpool dan Arne Slot, ini adalah ujian mental bagi Salah dan tim. Apakah mereka akan terpuruk oleh sorotan media, atau justru menggunakan kritik ini sebagai bahan bakar untuk bangkit lebih kuat?
Bagi para penggemar dan pengamat, ini adalah pengingat untuk melihat permainan secara holistik. Performa Salah melawan Chelsea memang di bawah standar, tetapi itu tidak serta merta menghapus segala jasanya yang luar biasa. Yang terpenting adalah bagaimana ia merespons tekanan ini. sejarah telah membuktikan bahwa Mohamed Salah adalah pemenang sejati, dan pemain sekaliber dia selalu memiliki mentalitas untuk bangkit dari keterpurukan.
Kesimpulan: Sebuah Babak dalam Perjalanan Panjang
Kekalahan dari Chelsea dan performa buruk Mohamed Salah hanyalah sebuah babak dalam perjalanan panjang musim ini. Ia adalah pengingat bahwa di puncak level sepakbola, margin antara pujian dan kritik sangatlah tipis. Namun, dengan melihat rekam jejak dan mentalitasnya yang tangguh, sangat besar kemungkinan bahwa Sang Raja Mesir akan segera membungkus semua kritik itu dengan serangkaian gol dan assist yang mematikan di laga-laga mendatang. Ini bukanlah akhir dari dominasi Mohamed Salah, melainkan hanya jeda sejenak yang membuat kisahnya semakin menarik untuk diikuti.
Jangan lewatkan perkembangan terbaru seputar Liverpool, Premier League, dan berita sepakbola lainnya hanya di Score.co.id!












