SCORE.CO.ID – Legenda bulutangkis ganda putra yang baru saja pensiun di tahun 2025 yaitu ada Mohammad Ahsan dan Hendra Setiawan atau dikenal Ahsan/Hendra ( AHHEND ).
Ya, ini menjadi pasangan fenomenal padahal sebelumnya PBSI hanya coba-coba memasangkan keduanya.
Berawal dari, Hendra Setiawan kembali ke pelatnas setelah gagal bertanding di Olimpiade 2012. Sementara Mohammad Ahsan yang lolos ke London bersama Bona Septano, gagal berbicara banyak di Tanah Ratu Elizabeth. Menghadapi ini, Pelatnas memutuskan memasangkan Hendra dengan Ahsan.
Berpasangan pasca Olimpiade 2012 berakhir, kiprah duet ini langsung menggebrak jagad bulutangkis dunia.
Mereka dengan cepat memberi alarm persaingan untuk para elit ganda putra kala itu. Sebagai pemain yang sama-sama sarat pengalaman, Ahsan dan Hendra langsung mengultimatum penguasa ganda putra dunia dengan medali emas Kejuaraan Dunia 2013. Di kandang macan, China.
Kombinasi kepiawaian Hendra sebagai pemain depan, dan pukulan keras Ahsan di sisi belakang menambah kengerian pasangan ini. Gelar demi gelar mereka rengkuh, termasuk trophy All England 2014. Dua tahun pasca emas Kejuaraan Dunia 2013, Ahsan/Hendra sekali lagi menasbihkan diri sebagai pasangan terbaik dunia.
Setelah absen di edisi 2014, the Daddies tampil di stadion paling ikonik, bersejarah, dan memorable dalam gelaran bulutangkis dunia. Istora Senayan menjadi venue untuk Kejuaraan Dunia 2015.
Dan, beriringan dengan Hari Kemerdekaan Indonesia 2015, hadiah terbaik dipersembahkan dua putra bangsa, Mohammad Ahsan dan Hendra Setiawan. Medali emas Kejuaraan Dunia yang mereka peroleh kala itu, menjadi simbol persatuan dalam perbedaan.
Bagaimanapun, tak ada perjalanan tanpa kerikil tajam. Hendra dan Ahsan pun demikian. Tuhan tidak menggariskan mereka takdir untuk menjadi peraih medali di Olimpiade, saat mereka harus terhenti di babak penyisihan grup Olimpiade 2016.
Hasil buruk di Brazil membuat Hendra Setiawan memilih untuk menepi dari tim nasional. Ia menenangkan diri dengan menjadi pemain profesional. Di sisi lain, Ahsan tetap bertahan di Cipayung. Kualitasnya sukses membantu Ryan Agung Saputro meraih medali perak di Kejuaraan Dunia 2017.
Meski begitu, panggilan hati membawa Hendra kembali. Dengan ini, Pelatnas sekali lagi menyatukan pasangan sejati ini.
Merintis dari bawah, berjibaku dalam level turnamen terendah, beranjak naik secara perlahan, dan lagi, kualitas yang mereka punya membawa Ahsan/Hendra kembali ke level atas.
Adalah wajar jika menyematkan kata legenda ketika kita membahas Ahsan dan Hendra. Bahkan, walau telah lama terpisahkan, dengan kondisi fisik yang makin tergerus usia, mereka masih sanggup menjadi kampiun di tiga turnamen bergengsi bulutangkis.
Dalam satu musim, pada tahun 2019, kehebatan Ahsan/Hendra mengguncang publik dunia. Emas di Kejuaraan Dunia berhasil mereka raih, setelah sebelumnya menjadi jawara di All England -dalam kondisi yang benar-benar menyesakkan.- Tahun 2019 ditutup dengan gelar di World Tour Finals, yang semakin mengokohkan diri mereka sebagai yang terbaik di sektornya.
Hendra Setiawan yang tenang, dipadukan dengan Mohammad Ahsan yang ekspresif. Duet menakutkan yang sempat merajai persaingan elit bulutangkis dunia di ganda putra. Di saat pesaing-pesaing mereka telah gantung raket dan istirahat, tetapi Ahsan-Hendra masih bisa menjadi salah satu yang terbaik di antara pasangan-pasangan muda.
Pada akhirnya, waktulah yang memisahkan bulutangkis dengan Ahsan dan Hendra.
Terima kasih sekali lagi untuk kepingan emas, perak, dan perunggu yang telah kalian persembahkan untuk Indonesia termasuk kami BL Sejati.