SCORE.CO.ID – Arsenal Martin Odegaard yang menjadi motor penggerak permainan tim tampaknya kehilangan sentuhan di musim 2024-2025. Pemain asal Norwegia ini kerap mendapatkan kritikan karena sering bermain aman dan kurang memberikan dampak signifikan dibandingkan musim sebelumnya.
Penurunan Performa Martin Odegaard
Penurunan Sang Kapten dapat dilihat terutama setelah Arsenal kembali mengalami kegagalan memburu gelar Premier League.
Padahal pada musim lalu Odegaard mampu mencetak 10 gol dan 12 assist, sehingga Arsenal bisa bersaing ketat di papan atas klasemen meski harus puas berada di posisi kedua.
Pada musim ini, pemain 26 tahun tersebut hanya bisa mencetak 3 gol dan 5 assist. Pasalnya cedera pergelangan kaki membuatnya absen selama 12 pertandingan mulai dari September hingga November 2024.
Cedera yang dialami turut mempengaruhi penampilan namun ada faktor lain yang juga berperan atas penurunan performa kapten, antara lain:
Dampak Cedera pada Penurunan Performa Permainan
Odegaard sedang mengalami cedera pergelangan kaki sehingga performanya terus menurun. Absen selama 3 bulan membuatnya sulit menemukan ritme permainan sehingga tidak bisa menghadirkan performa sebaik musim lalu.
John Arne Riise berpendapat Cedera yang dialami oleh mantan bek Liverpool tersebut mungkin memberikan dampak lebih besar. Riise pun sempat berdiskusi dengan William Gallas mengenai penurunan performa Odegaard pada musim lalu.
Pemain berusia 26 tahun tersebut mampu melahirkan goal luar biasa dan permainan secara keseluruhan sangat bagus. Namun, sekarang cedera yang menghalanginya tidak bisa membuat seefektif dulu.
Selain itu, ekspektasi tinggi setelah musim gemilang juga membebani Sang Kapten. Penurunan performa tersebut dapat dilihat dari statistik yang menurun dibandingkan musim lalu.
Saat ini Arsenal kehilangan salah satu elemen kunci dalam permainan terbaik mereka.
Tekanan Psikologis
Tidak hanya cedera ditengarai tekanan psikologis juga mempengaruhi permainan Odegaard. Riise telah mengamati bahwa musim lalu pemain berusia 26 tahun tersebut bisa bermain dengan penuh kebebasan karena menunjukkan bahasa tubuh positif.
Namun saat ini sepertinya Odegaard terlalu berusaha keras untuk mengulangi hal yang sama, namun dari bahasa tubuh tidak bisa mengalir secara alami.
Berpikir berlebihan ditengarai menjadi indikasi bahwa Odegaard telah berjuang melawan tekanan.












