Score – Persaingan antar joki Ducati Desmosedici di MotoGP 2024 mendatang akan semakin menarik dan sengit menyusul hadirnya Marquez.
Rider berkebangsaan Spanyol tersebut akan melaju di atas motor Desmosedici milik Ducati dengan bendera tim Gresini Racing.
Meski dipastikan menggunakan motor spesifikasi lawas, tidak sedikit pihak yang memasukkan Marquez dalam kandidat peraih gelar.
Hal tersebut terjadi karena Marquez memiliki bakat, pengalaman dan prestasi yang sudah tidak perlu diragukan lagi.
Pembalap berjuluk Baby Alien tersebut sudah menunjukkan tanda-tanda itu dalam agenda tes MotoGP Valencia akhir November kemarin.
Menjalani momen debut di atas kuda besi keluaran Italia itu, Marquez tidak butuh waktu lama untuk menunjukkan ‘chemistry-nya’.
Peraih delapan gelar juara dunia itu langsung mampu melesat dan mengakhisi agenda tersebut di posisi keempat.
Tak ayal, hasil tersebut menghadirkan dua sisi bagi pasukan Borgo Panigale dalam menghadapi kerasnya persaingan musim depan.
Ducati bisa senang karena mereka mendapatkan tambahan amunisi dan sumber daya yang sangat baik dari segi pembalap.
Di sisi lain, kedatangan Marquez berpotensi besar menghadirkan ancaman untuk rider andalan Ducati teruatam Francesco Bagnaia.
Sebagai tumpuan utama, Ducati jelas ingin Bagnaia bisa merajai kompetisi kelas utama lagi untuk ketiga kalinya musim depan.
Harapan itu diyakini tidak akan mulus karena Marquez tentu menjadi salah satu pesaing terberat Bagnaia dalam mempertahankan gelar.
Melihat hal tersebut, Davide Tardozzi selaku manajer Ducati bersikap kalem dan percaya bahwa timnya bisa menanganinya.
Dengan pengalaman yang ada, dia yakin bisa mengelola ego dari seorang Marquez yang notabene salah satu rider terhebat.
Tardozzi sudah memiliki jam terbang tinggi untuk bisa menangani situasi itu ditambah dengan insting yang mumuni.
Di bawah komandonya, suasana garasi Ducati akan tetap kondusif di mana hubungan para pembalap tidak jauh berbeda dari sebelumnya.
“Saya bekerja berdasarkan naluri, jika seseorang harus melakukan dengan mengikuti aturan tertulis, dia takkan melakukan dengan baik,” ucap Tardozzi.
“Baik atau buruk, saya mengikuti naluri, begitulah saya, saya tidak memiliki instruksi tentang bagaimana melakukan hal-hal tertentu.”
“Hasilnya terkadang baik, terkadang buruk, Anda tidak belajar untuk melakukan pekerjaan ini.”
“Saat Anda menang, Anda harus mencoba melakukannya dengan selisih yang lebih besar,” tuturnya menambahkan.
Lebih lanjut, pria asal Italia itu menegaskan bahwa Ducati bukanlah tim kemarin sore.
Dia teringat kerja keras yang sudah dilakukan timnya terutama saat masih menjadi lawan Marquez dengan dominasinya beberapa tahun sebelumnya.
“Berada di level Marquez pada tahun-tahun itu adalah sebuah kepuasan tersendiri,” kata Tardozzi menjelaskan.
“Kami bersaing dengan salah satu pembalap tercepat dalam sejarah, jadi kami merasa terhormat melakukannya dan kadang menang.”
“Berada di level mereka membuat semua orang menyadari pekerjaan bagus telah dilakukan Ducati,” imbuhnya.