Score – Seperti diketahui, baik Liga 1, Liga 2, maupun Liga 3 mengalami banyak permasalahan yang tak lepas dari performa wasit.
Tak jarang terjadi pertandingan berakhir dengan keputusan wasit yang kontroversial.
Belum lama ini, Liga 1 bahkan juga diwarnai dengan keputusan-keputusan kontroversial dari wasit.
Salah satu yang menjadi sorotan yakni pertandingan antara Persik Kediri melawan PSM Makassar pada laga pekan ke-23 Liga 1.
Pertandingan tersebut banyak mendapatkan sorotan karena sempat dihentikan lantaran keputusan wasit yang tak tegas.
Pertandingan bahkan dihentikan lebih dari satu jam karena wasit terlalu lama mengesahkan gol PSM sehingga Persik Kediri sudah melakukan serangan balik selama satu menit.
Namun, saat bola telah keluar, akhirnya wasit berdiskusi dengan hakim garis dan setelah itu gol PSM diputuskan masuk.
Situasi ini membuat Persik maupun suporter langsung protes sehingga pertandingan dihentikan lebih dari satu jam.
Setelah itu pertandingan kembali dilanjutkan dan berakhir dengan skor 1-1 tanpa ada pemenang.
Kontroversi karena keputusan wasit sebenarnya bukan hal baru di sepak bola Tanah Air sebab sudah sering terjadi.
Melihat situasi ini, PSSI mencoba melakukan yang terbaik dengan pembinaan kepada wasit-wasit di Indonesia.
Tentu saja hal ini dilakukan untuk memperbaiki kualitas Liga 1.
Dalam proses pembinaan ini, PSSI pun mengetahui permasalahan yang terjadi di sepak bola Indonesia adalah wasit.
Arya Sinulingga menilai bahwa ketersediaan wasit yang masih terbatas menjadi masalah penting yang dihadapi sepak bola Indonesia.
Dia menjelaskan bahwa jumlah wasit yang dimiliki Indonesia saat ini sangat minim.
Untuk itu, permasalahan wasit ini harus ditingkatkan tak hanya soal kualitasnya.
Sumber daya manusianya juga harus bisa bertambah karena hal ini menjadi salah satu kebutuhan penting untuk meningkatkan kualitas sepak bola Indonesia.
Untuk itu, saat ini salah satu permasalahan sepak bola Tanah Air adalah kurangnya wasit.
“Kalau misalnya melihat mereka melakukan pelanggaran, kita lakukan pembinaan.”
“Ketika melakukan pembinaan, tidak ada yang memimpin pertandingan karena jumlah wasit cuma 18. Ini pekerjaan yang berat betul,” ucapnya.
Menghadapi situasi ini, PSSI tak bisa hanya berdiam diri dan mengandalkan 18 wasit saja.
Arya mengatakan bahwa pihaknya terus melakukan pembenahan dan berusaha meningkatkan jumlah wasit.
Harapannya kontroversi yang bertahun-tahun terjadi di Indonesia ini bisa segera berhenti.
“Oleh sebab itu salah satu langkah kita di samping melakukan pembenahan wasit adalah juga menambah jumlah wasit dengan pelatihan cepat,“ tegas Arya.
Lebih lanjut, Arya mengatakan bahwa akan lebih baik dan mempermudah bagi sepak bola Indonesia apabila jumlah wasit bisa bertambah banyak.
Dia bahkan mengatakan bahwa jumlah ideal wasit yang berkualitas itu seharusnya paling tidak ada 100 orang.
Dengan jumlah itu, PSSI dan PT LIB (Liga Indonesia Baru) tak akan pusing memilih wasit berkualitas untuk memimpin pertandingan.
“Kalau jumlahnya bisa banyak, kita tidak perlu khawatir. Kalau bisa beberapa kali lipatnya dari 18,” kata Arya.
“Kalau kita punya 100 enak memilihnya. Hal itu jadi pertanyaan, kenapa jumlah wasit kita segitu-segitu saja.”
Namun, untuk melahirkan wasit-wasit berkualitas tentu bukan perkara mudah menurutnya.
Arya mengatakan bahwa PSSI saat ini juga melakukan beberapa gerakan agar jumlah wasit berkualitas di Indonesia bisa terus bertambah.
Dia membeberkan bahwa PSSI juga bekerja sama dengan fakultas olahraga di perguruan tinggi.
Hal ini dilakukan agar kurikulim wasit juga bisa dimasukkan sehingga saat tamat, mereka bisa langsung bekerja memimpin pertandingan.
Untuk itu, PSSI berharap tahun depan jumlah wasit berkualitas di Indonesia bisa bertambah banyak.
“Jumlah wasit tahun depan pasti ada peningkatan,” tutur Arya.
“Saya belum berani bicara berapa tetapi tahun depan ada peningkatan.”
“Kalau tidak, kita akan susah kalau cuma segitu-segitu saja,” pungkasnya.