Lazio Juara Liga Italia Terbanyak: Sejarah Gemilang dan Prestasi di Serie A Modern

Dominasi di Lapangan: Sejarah Gemilang Lazio sebagai Juara Liga Italia Terbanyak

Lazio Juara Liga Italia Terbanyak: Sejarah Gemilang dan Prestasi di Serie A Modern
Lazio Juara Liga Italia Terbanyak: Sejarah Gemilang dan Prestasi di Serie A Modern

Lazio Juara Liga Italia Terbanyak

Biancocelesti: Simbol Ketangguhan di Tengah Lautan Raksasa Italia

score.co.id – SS Lazio bukan sekadar nama di peta sepak bola Italia. Klub ini adalah cerita tentang tekad, identitas, dan perjuangan melawan segala rintangan. Meski hanya mengoleksi dua gelar Serie A (1973-74 dan 1999-2000), mereka menegaskan bahwa sejarah tak selalu ditulis oleh yang terbanyak menang, melainkan oleh yang paling gigih bertahan. Dari tujuh trofi Coppa Italia hingga kejayaan di Eropa, Lazio membuktikan diri sebagai klub yang pantang surut, bahkan di tengah dominasi Juventus, AC Milan, dan Inter.

Akarnya di Roma: Kisah Kelahiran dan Perlawanan terhadap Merger

Berdiri pada 9 Januari 1900 di distrik Prati, Roma, Lazio awalnya adalah klub multiolahraga sebelum fokus ke sepak bola. Keputusan menolak penggabungan dengan AS Roma tahun 1927—yang dipaksakan rezim Fasis—menjadi fondasi identitas mereka. Penolakan itu melahirkan Derby della Capitale, rivalitas yang tak hanya tentang bola, tetapi juga kelas sosial, politik, dan kebanggaan lokal.

Dominasi di Lapangan Sejarah Gemilang Lazio sebagai Juara Liga Italia Terbanyak
Dominasi di Lapangan Sejarah Gemilang Lazio sebagai Juara Liga Italia Terbanyak

Era Amatir: Piola dan Ambisi yang Belum Tersampaikan

Sebelum bergabung dengan Serie A tahun 1929, Lazio bergulat di kompetisi amatir dengan sumber daya terbatas. Kehadiran Silvio Piola, legenda pencetak 274 gol sepanjang karier, membawa secercah harapan. Di musim 1936-37, mereka nyaris mencuri scudetto dengan finis runner-up, mengukuhkan diri sebagai ancaman bagi klub-klub elite.

1973-74: Ketika Impian Akhirnya Menjadi Nyata

Setelah puluhan tahun di bawah bayang-bayang degradasi dan ketidakstabilan, Lazio meraih gelar Serie A pertama di musim 1973-74. Dibesut Tommaso Maestrelli, skuad yang dihuni Giorgio Chinaglia dan Luciano Re Cecconi bermain dengan keberanian menyerang. Mereka mengakhiri musim dengan selisih dua poin dari Juventus, menciptakan momen legendaris yang dikenang hingga kini.

Baca Juga  Thiago Motta dan Insiden Kartu Merah di Laga Juventus vs Bologna

1990-an: Dekade Emas yang Mengubah Takdir Lazio

Era ini menjadi saksi transformasi dramatis Lazio dari klub kelas menengah menjadi raksasa Eropa. Di bawah kendali Sergio Cragnotti, miliarder yang tak ragu berinvestasi, Biancocelesti mendatangkan deretan bintang seperti Pavel Nedvěd, Juan Sebastián Verón, dan Alessandro Nesta.

Sven-Göran Eriksson: Arsitek di Balik Treble Domestik

Kedatangan pelatih asal Swedia itu tahun 1997 mengubah segalanya. Dengan taktik cerdas dan manajemen pemain brilian, Eriksson membawa Lazio meraih treble domestik di musim 1999-2000: Serie A, Coppa Italia, dan Supercoppa Italiana. Tak hanya itu, dua trofi Eropa—UEFA Cup Winners’ Cup dan UEFA Super Cup—ikut memperkaya museum klub.

Crespo dan Rekor Transfer yang Menggegerkan

Tahun 2000, Lazio menggebrak pasar dengan memboyong Hernán Crespo dari Parma senilai £35 juta—angka tertinggi sepanjang sejarah saat itu. Meski akhirnya dijual ke Inter Milan dua tahun kemudian akibat krisis keuangan, transfer ini menegaskan ambisi klub untuk bersaing di level tertinggi.

Badai Keuangan dan Seni Bertahan Hidup

Kebangkrutan perusahaan milik Cragnotti, Cirio, di awal 2000-an mengguncang fondasi klub. Lazio terpaksa melepas aset berharga seperti Crespo, Nedvěd, dan Nesta. Namun, di tengah keterpurukan, mereka menemukan cara untuk tetap relevan.

Coppa Italia: Oasis di Tengah Gurun Kekeringan Gelar

Sejak 2004, Lazio menjadikan kompetisi piala sebagai penyelamat reputasi. Gelar Coppa Italia di tahun 2009, 2013, 2019, dan 2023—termasuk kemenangan dramatis atas AS Roma di final 2023—membuktikan bahwa mereka tetap punya taring, bahkan tanpa dana melimpah.

Calciopoli: Ujian Integritas dan Kebangkitan Kembali

Terkait skandal pengaturan skor tahun 2006, Lazio dihukum pengurangan 11 poin dan denda besar. Namun, dengan kepemimpinan Delio Rossi, mereka bertahan di Serie A, menunjukkan karakter yang tak mudah patah.

Baca Juga  2 Fakta Unik David De Gea: Legenda di Liga Italia 2024

Lazio 2024-25: Bangkit dengan Gaya Sarri yang Memikat

Musim ini, Lazio tampil menggigit di Serie A. Dengan 50 poin dari 27 laga, mereka bersaing ketat di papan atas. Maurizio Sarri, pelatih berpaham Sarriball, sukses menanamkan filosofi penguasaan bola dan tekanan tinggi, meski sempat diragukan di awal kedatangannya.

Castellano dan Zaccagni: Duet Maut Penghancur Pertahanan

Valentin Castellano (16 gol) dan Mattia Zaccagni (12 gol) menjadi ujung tombak mematikan. Kemenangan 2-1 atas AC Milan dan kemenangan 3-0 atas Napoli menjadi bukti bahwa Lazio masih bisa menaklukkan raksasa.

Europa League: Pintu Menuju Kebesaran Kembali

Di kompetisi Eropa, Lazio melaju ke babak 16 besar setelah mengalahkan Feyenoord dan Olympique Marseille. Performa ini memberi harapan untuk mengulang kejayaan 1999, saat mereka terakhir kali menjuarai kompetisi benua.

Identitas yang Tak Tergantikan: Akademi, Suporter, dan Stadion

Lazio mungkin tak seterkenal Juventus, tetapi mereka punya keunikan yang langka. Akademi muda mereka melahirkan pemain sekelas Alessandro Nesta, sementara suporter di Curva Nord dikenal sebagai yang paling fanatik di Italia.

Stadion Olimpico: Panggung bagi Epik dan Tragedi

Kandang bersama AS Roma ini menyimpan ribuan cerita. Dari kemenangan Coppa Italia 2023 hingga kekalahan memilukan di final UEFA Cup 1998, setiap sudutnya adalah saksi bisu dinamika klub.

Immobile dan Jejak Striker Legendaris

Ciro Immobile, pencetak 207 gol untuk Lazio, mewarisi tradisi striker kelas dunia di klub ini. Sebelumnya, nama-nama seperti Giuseppe Signori dan Miroslav Klose juga meninggalkan jejak tak terlupakan.

Masa Depan: Menjemput Mimpi yang Tertunda

Dengan performa solid musim ini, Lazio berpeluang kembali ke Liga Champions. Manajemen mulai berinvestasi di pemain muda seperti Luca Napolitano, bintang akademi yang dijuluki “Nesta Baru.”

Baca Juga  Bak Cinlok! Ceo Juventus Peduli dengan Allegri : Aku Memikirkannya Setiap Hari

Persaingan dengan Juventus: Bukan Hanya Soal Poin

Untuk mendekati kesuksesan era 1990-an, Lazio perlu konsistensi dan kedalaman skuad. Kolaborasi antara Sarri dan direktur olahraga Igli Tare menjadi kunci, terutama dalam merekrut pemain berkualitas tanpa menguras anggaran.

Penutup: Lazio, Lebih dari Sekadar Angka

Di antara gempuran komersialisasi sepak bola modern, Lazio tetap setia pada jiwa pemberontaknya. Mereka mengajarkan bahwa kebanggaan tak selalu diukur dari piala, tetapi dari cara bertahan, berjuang, dan mencintai warna biru langit yang melekat di hati para Laziali.