Klub Paling Banyak Utang di Indonesia, Ini Daftarnya!

Daftar klub sepak bola Indonesia dengan utang terbesar 2025

klub paling banyak utang di indonesia
klub paling banyak utang di indonesia

Klub Paling Banyak Utang di Indonesia

score.co.id – Dunia sepak bola Indonesia pada 2025 menghadapi badai finansial terbesar dalam dekade terakhir. Bayang-bayang krisis utang menggerogoti jantung kompetisi, mengancam eksistensi klub papan atas hingga kasta terendah. Tunggakan gaji pemain-isu kronis yang kerap diabaikan-kini memicu sanksi internasional dan wacana drastis: kepailitan klub. Bagaimana persisnya peta kerusakan ini? Siapa aktor utama di balik krisis? Simak investigasi eksklusif score.co.id yang mengungkap data terbaru dan dampak sistemiknya.

Peta Permasalahan: Skala Krisis dan Total Tunggakan Gaji

Menjelang bergulirnya BRI Super League 2025/2026, Asosiasi Pesepak Bola Profesional Indonesia (APPI) merilis data mencengangkan: Rp4,3 miliar tunggakan gaji menumpuk di empat klub Liga 1, melibatkan 15 pemain. Angka ini hanya puncak gunung es. Pada April 2025, total utang gaji di kasta tertinggi mencapai Rp8,1 miliar. Penurunan nominal bukan indikasi perbaikan, melainkan trik akuntansi untuk memenuhi syarat lisensi. Klub-klub melakukan pembayaran parsial di masa pramusim, lalu kembali terjerembap dalam lubang yang sama.

Daftar klub sepak bola Indonesia dengan utang terbesar 2025
Daftar klub sepak bola Indonesia dengan utang terbesar 2025

Hierarki Krisis dari Liga 1 Hingga Liga 3Masalah ini bersifat sistemik dan merata di seluruh piramida sepak bola nasional:

  • Liga 2 (Championship): 9 klub menanggung beban Rp3,6 miliar. Tujuh kasus sudah ditangani National Dispute Resolution Chamber (NDRC), dua lainnya dalam proses mediasi.
  • Liga 3: Akumulasi tunggakan Rp2,5 miliar tersebar di enam klub, dengan empat kasus aktif di NDRC.
Baca Juga  Permalukan Persija dan Berhasil Keluar dari Zona Degradasi, Pelatih Arema FC Minta Ini ke Pemain

Yang mengejutkan, klub berjulukan “raksasa” seperti Persija Jakarta dan PSM Makassar ikut terseret. Bahkan legenda seperti Persipura Jayapura dan Sriwijaya FC-kini bermain di Championship-tak luput dari jerat utang. Fakta ini membuktikan krisis bersifat endemik, tak pandang bulu, dan berakar pada tata kelola yang amburadul.

Studi Kasus Krisis: PSIS Semarang, PSM Makassar, dan Kalteng Putra

PSIS Semarang: Runtuhnya Raksasa Akibat Defisit Struktural

PSIS menjadi simbol tragis bagaimana krisis finansial menghancurkan prestasi. Pada Januari 2025, terungkap klub menanggung utang operasional Rp45 miliar (periode 2023-2024), berasal dari defisit tahunan rata-rata Rp15 miliar. CEO Yoyok Sukawi terpaksa menyuntikkan dana pribadi untuk menutupi kebocoran, namun kerusakan sudah telanjur parah.

Dampaknya langsung terasa di lapangan:

  • Kapten tim Septian David Maulana mengaku tak menerima gaji sejak Januari 2025.
  • Pemain asing Vitinho hengkang akibat tunggakan.
  • Sewa Stadion Jatidiri tertunda Rp112 juta.

Efek domino pun tak terhindarkan: degradasi ke Liga 2 musim ini. Manajemen merespons dengan “pemutihan” skuad-melepas 16 pemain sekaligus. Kisah PSIS membuktikan: tanpa pondasi keuangan sehat, ambisi kompetitif hanyalah ilusi.

PSM Makassar: Utang Warisan yang Menjerat Sang Juara

PSM menghadapi masalah berbeda: utang historis yang tak kunjung tuntas. Meski minim rilis data 2025, klub dihukum larangan transfer oleh FIFA akibat gagal bayar gaji pemain asing. Masalah ini berakar dari laporan Agustus 2023: tunggakan Rp5,6 miliar dari periode 2016-2019 untuk operasional, tiket, akomodasi hotel, dan gaji pemain.

Yang patut dicatat:

  • Utang tersebut merupakan akumulasi pembiayaan tak terkontrol selama tiga tahun.
  • Sanksi FIFA mempermalukan reputasi klub di kancah internasional.Pelajaran dari PSM: kelalaian pembukuan dan sikap abai terhadap utang “kecil” bisa berujung pada krisis legitimasi.
Baca Juga  Prediksi Susunan Pemain Timnas U-23 Indonesia Vs Uzbekistan - Siapa Pengganti Rafael Struick?

Kalteng Putra: Ambisi Spekulatif yang Berujung Mogok

Kalteng Putra adalah korban kesalahan kalkulasi ambisi. Manajemen merekrut pemain berkaliber Liga 1 dengan kontrak mahal, berharap promosi ke kasta tertinggi. Saat target gagal, klub kolaps:

  • 29 pemain menuntut tunggakan gaji Rp653,5 juta.
  • Aksi mogok latihan dan pertandingan pecah.

LIB menyebut mereka “klub paling bermasalah di Liga 2 2023/2024”. Dana kontribusi dari PT LIB dikunci, tapi tak cukup menutup utang. Kasus ini mengajarkan: sepak bola bukan arena judi finansial.

Konsekuensi dan Sanksi: Dari FIFA Hingga Ancaman Pailit

Sanksi Global dan Pengakuan NDRC

FIFA tak main-main: larangan transfer diberlakukan untuk PSIS, PSM, dan Persik Kediri. Sanksi ini memutus akses rekrutmen pemain domestik/asing hingga utang dilunasi. Di tengah suram, ada titik terang: pada Januari 2025, FIFA secara resmi mengakui National Dispute Resolution Chamber (NDRC) Indonesia. Lembaga ini menjadi ujung tombak penyelesaian sengketa dengan keputusan mengikat.

Ancaman Pailit dan Sikap Tegas PSSI

Larangan transfer ternyata tak cukup efektif. Kelompok pengamat Save Our Soccer (SOS) mendesak solusi radikal: Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) atau kepailitan bagi klub bandel. Wacana ini eskalasi serius-memindahkan masalah dari ranah olahraga ke hukum korporat.

Merespons hal ini, Ketua Umum PSSI Erick Thohir bersikap tegas:

“Tunggakan gaji adalah kanker yang harus dibersihkan. Kami tak akan segan memberi sanksi pengurangan poin atau denda berat. Reformasi total dimulai dari keberanian menertibkan yang lalai.”

Tabel Ringkasan Utang Klub Sepak Bola Indonesia (2025)

Nama Klub Liga (2025/2026) Jenis Masalah Perkiraan Utang Sanksi/Status
PSIS Semarang Championship (Liga 2) Utang operasional, tunggakan gaji Rp45 miliar + Rp112 juta Sanksi FIFA, degradasi
PSM Makassar Super League Tunggakan gaji historis Rp5,6 miliar (2016-2019) Sanksi FIFA
Persik Kediri Super League Tunggakan pemain asing Tidak diungkap detail Sanksi FIFA
Persija Jakarta Super League Masalah finansial Tidak diungkap detail Dalam pemantauan APPI
Kalteng Putra Liga 2/3 Tunggakan gaji 29 pemain Rp653,5 juta Mogok pemain, kasus NDRC
Persipura Jayapura Championship (Liga 2) Masalah finansial Tidak diungkap detail Disebutkan krisis serupa
Sriwijaya FC Championship (Liga 2) Masalah finansial Tidak diungkap detail Disebutkan krisis serupa
Baca Juga  Alarm untuk Timnas Indonesia, Pemain Bundesliga Ungkap Keinginan Bela Vietnam

Penutup: Lanskap Sepak Bola di Ujung Tanduk

Krisis utang klub sepak bola Indonesia bukan sekadar persoalan teknis, melainkan cermin kegagalan tata kelola sistemik. Dari PSIS yang kolaps akibat defisit struktural, PSM yang terbelit utang warisan, hingga Kalteng Putra yang tergelincir oleh ambisi spekulatif-semua membuktikan bahwa kesehatan finansial adalah tulang punggung kompetisi. Sanksi FIFA dan desakan PKPU bisa menjadi “setrum” pendisiplin, namun tanpa transparansi anggaran, audit independen, dan penegakan regulasi berintegritas, siklus ini akan terus berulang.

Era sepak bola modern menuntut profesionalisme di luar lapangan hijau. Jika tidak, bukan hanya poin yang hilang, melainkan nyawa kompetisi itu sendiri.

Ikuti perkembangan terbaru dunia sepak bola nasional dan internasional hanya di score.co.id!