Klub Liga Inggris Milik Orang Indonesia
score.co.id – Dunia sepak bola Inggris kembali memantik perhatian global, tidak hanya karena rivalitas sengit di lapangan, tetapi juga karena semakin kuatnya pengaruh investor asal Indonesia. Pada tahun 2025, dua klub yang berada di bawah naungan pemilik Indonesia—Oxford United FC dan Tranmere Rovers FC—menjadi sorotan utama. Namun, perjalanan mereka tidak berjalan mulus. Perubahan regulasi dan dinamika kompetisi menghadirkan tantangan baru yang memaksa para pemilik untuk beradaptasi dengan strategi yang lebih matang. Bagaimana mereka menghadapi era baru ini? Simak analisis mendalam berikut.
Lanskap Investasi Indonesia di Sepak Bola Inggris dalam Era Baru Regulasi
Tahun 2025 menjadi penanda babak baru bagi investasi Indonesia di sepak bola Inggris. Jejak mereka terkonsentrasi pada dua klub: Oxford United FC dan Tranmere Rovers FC. Keduanya mewakili model kepemilikan yang berbeda, mulai dari pengendalian penuh hingga kemitraan strategis. Namun, yang lebih menarik adalah perubahan regulasi yang terjadi pada pertengahan 2025. Pemerintah Inggris resmi mengesahkan Undang-Undang Tata Kelola Sepak Bola Inggris (UK Football Governance Bill) pada 8 Juli 2025. Regulasi ini memperkenalkan persyaratan ketat bagi pemilik klub, termasuk tes kelayakan dan kepatutan yang diperkuat, serta tes sumber kekayaan yang mendalam. Dalam lingkungan yang semakin diawasi ini, ketahanan model kepemilikan Indonesia diuji.

Gambaran Kepemilikan Indonesia di Liga Inggris 2025
| Nama Klub | Divisi (Musim 2025-2026) | Investor Indonesia | Tipe Kepemilikan | Fokus Strategis Utama |
|---|---|---|---|---|
| Oxford United FC | EFL Championship | Erick Thohir & Anindya Bakrie | Mayoritas (51%) | Pertumbuhan agresif, promosi ke Premier League, pembangunan stadion baru |
| Tranmere Rovers FC | EFL League Two | Santini Group (Keluarga Wanandi) | Minoritas | Kemitraan strategis, stabilitas finansial, pengembangan pasar Asia |
Oxford United FC: Ambisi di Divisi Championship dan Proyeksi Masa Depan
Profil Klub dan Status Kompetisi 2025
Oxford United memasuki musim 2025-2026 sebagai klub yang berlaga di EFL Championship, kasta kedua sepak bola Inggris. Status ini merupakan pencapaian bersejarah, mengingat klub terakhir kali bermain di level ini 25 tahun lalu. Promosi dari League One pada akhir musim 2023-2024 menjadi momentum penting yang sejalan dengan konsolidasi kepemilikan Indonesia.
Struktur Kepemilikan Mayoritas: Sinergi Erick Thohir & Anindya Bakrie
Kepemilikan mayoritas Oxford United resmi dipegang oleh Erick Thohir dan Anindya Bakrie sejak September 2022. Duo ini menguasai 51% saham klub, sementara sisanya dipegang oleh investor dari Thailand dan Vietnam. Meskipun sempat terjadi perubahan teknis dalam pencatatan Companies House pada awal 2025, CEO klub Tim Williams menegaskan bahwa tidak ada perubahan fundamental dalam struktur kepemilikan. Komitmen kedua investor tetap kuat untuk membawa klub ke level tertinggi.
Profil Investor Utama
Kekuatan di balik ambisi Oxford United terletak pada kombinasi pengalaman dan jaringan yang dimiliki Thohir dan Bakrie. Berikut adalah perbandingan profil mereka:
| Atribut | Erick Thohir | Anindya Bakrie |
|---|---|---|
| Afiliasi Bisnis Utama | Mahaka Group (Pendiri) | Bakrie & Brothers (CEO) |
| Peran Kunci 2025 | Menteri Pemuda dan Olahraga RI, Ketua Umum PSSI | CEO Bakrie & Brothers, Ketua Umum KADIN |
| Riwayat Investasi Olahraga | Inter Milan, D.C. United, Persis Solo | Brisbane Roar, C.S. Visé, SAD Deportivo |
| Sumber Kekayaan | Media, Hiburan, Investasi | Konglomerat Multi-industri |
Erick Thohir dikenal sebagai figur yang berpengalaman dalam dunia sepak bola global. Ia pernah menjadi pemilik Inter Milan dan D.C. United, serta kini memegang peran ganda sebagai Ketua Umum PSSI dan Menteri Pemuda dan Olahraga RI. Sementara itu, Anindya Bakrie membawa kekuatan finansial dari Bakrie & Brothers, konglomerat dengan portofolio di sektor infrastruktur, pertambangan, dan kendaraan listrik.
Visi Strategis dan Arah Investasi
Visi Thohir dan Bakrie untuk Oxford United jelas: membawa klub ke Premier League. Mimpi ini didukung oleh empat pilar utama:
- Kinerja di Lapangan: Membangun tim yang kompetitif di level Championship.
- Tata Kelola Perusahaan: Menerapkan praktik bisnis yang profesional dan berkelanjutan.
- Pengembangan Komunitas: Memperkuat hubungan dengan masyarakat Oxford.
- Keberlanjutan Lingkungan: Menyelaraskan operasi klub dengan misi net-zero.
Selain itu, Oxford United juga dijadikan sebagai platform untuk pengembangan pemain Indonesia. Rencana ini diperkuat oleh peran ganda Thohir di PSSI dan Kemenpora, yang memungkinkan sinergi antara kepentingan klub dan tujuan sepak bola nasional.
Proyek Stadion “The Triangle”: Fondasi Masa Depan Klub
Proyek stadion baru Oxford United menjadi kunci utama dalam strategi jangka panjang mereka. Pada 14 Agustus 2025, dewan distrik Cherwell menyetujui pembangunan stadion berkapasitas 16.000 penonton di lokasi “The Triangle”. Proyek senilai £130 juta ini mencakup:
- Hotel 180 kamar
- Pusat konferensi
- Fasilitas komersial lainnya
Yang lebih menarik, stadion ini dirancang sebagai stadion pertama di Inggris yang sepenuhnya bertenaga listrik, dilengkapi panel surya dan teknologi ramah lingkungan. Persetujuan ini sangat krusial mengingat perjanjian sewa kandang saat ini, Kassam Stadium, akan berakhir pada 2027. Tanpa stadion baru, klub berisiko kehilangan rumah dan sumber pendapatan. Dengan proyek ini, Oxford United tidak hanya memastikan kelangsungan hidupnya, tetapi juga membangun fondasi untuk masa depan yang lebih cerah.
Tranmere Rovers FC: Investasi Minoritas Strategis di Tengah Era Transisi
Profil Klub dan Status Kompetisi 2025
Berbeda dengan Oxford United, Tranmere Rovers berkompetisi di EFL League Two, kasta keempat sepak bola Inggris. Musim 2024-2025 menjadi tantangan berat bagi klub yang berbasis di Birkenhead ini. Mereka finis di posisi ke-20, hanya selangkah lagi dari jurang degradasi.
Struktur Kepemilikan: Peran Santini Group
Santini Group, konglomerat milik keluarga Wanandi, memegang saham minoritas di Tranmere Rovers sejak September 2019. Kendali operasional klub tetap di tangan Mark dan Nicola Palios, yang telah memimpin klub sejak 2014. Model kepemilikan ini mencerminkan pendekatan kemitraan strategis alih-alih pengambilalihan penuh.
Profil Investor Indonesia
Santini Group adalah kelanjutan dari Gemala Group yang didirikan oleh Sofjan Wanandi. Grup ini memiliki bisnis di sektor otomotif, infrastruktur, dan properti. Di tingkat dewan direksi Tranmere Rovers, kepentingan Santini Group diwakili oleh Lukito Wanandi, salah satu dari tiga generasi penerus bisnis keluarga.
Kontribusi dan Dampak Investasi
Investasi Santini Group difokuskan pada:
- Stabilitas finansial jangka panjang
- Pengembangan infrastruktur
Salah satu kontribusi nyata mereka adalah pendanaan renovasi lapangan stadion Prenton Park pada 2020. Selain itu, Santini Group juga membantu klub mengembangkan pasar internasional, khususnya di Asia.
Prospek di Bawah Kepemilikan Baru (Update 2025)
Tahun 2025 membawa perubahan besar bagi Tranmere Rovers. Klub sedang dalam proses akuisisi oleh konsorsium yang dipimpin pengacara Amerika Joe Tacopina, dengan laporan keterlibatan musisi A$AP Rocky. Yang menarik, Santini Group diprediksi akan mempertahankan saham minoritasnya di bawah kepemilikan baru ini. Hal ini menunjukkan bahwa nilai kemitraan mereka diakui sebagai aset strategis.
Namun, tantangan tetap ada. Meskipun Santini Group memiliki ambisi untuk membawa Tranmere Rovers ke Championship, performa klub masih jauh dari target. Ini membuktikan bahwa stabilitas finansial dan investasi infrastruktur tidak selalu langsung tertranslasi menjadi kesuksesan di lapangan.
Analisis Komparatif dan Prospek Industri
Perbandingan Model Investasi: Kontrol Mayoritas vs. Kemitraan Minoritas
Kepemilikan Indonesia di sepak bola Inggris pada 2025 menunjukkan dua pendekatan yang kontras:
- Oxford United: Model pertumbuhan agresif dengan kontrol mayoritas, investasi besar di infrastruktur, dan target promosi ke Premier League.
- Tranmere Rovers: Model kemitraan strategis dengan kepemilikan minoritas, fokus pada stabilitas finansial, dan pengembangan pasar Asia.
Kedua model ini memiliki risiko dan potensi yang berbeda. Oxford United berpeluang mencapai kesuksesan spektakuler, tetapi juga menghadapi tekanan finansial dan regulasi yang lebih besar. Sementara Tranmere Rovers menawarkan pendekatan yang lebih rendah risiko, meskipun dampaknya terhadap performa klub terbatas.
Implikasi Regulasi dan Tantangan Masa Depan
Pemberlakuan UK Football Governance Bill pada 2025 akan memengaruhi kedua klub. Bagi Oxford United, pengeluaran besar untuk stadion dan pemain akan diawasi ketat oleh regulator independen. Sementara itu, Santini Group dan mitra barunya di Tranmere Rovers harus memastikan kepatuhan terhadap aturan transparansi dan keberlanjutan finansial.
Regulasi baru ini juga meningkatkan hambatan bagi calon investor Indonesia di masa depan. Hanya investor dengan rekam jejak jelas dan rencana bisnis berkelanjutan yang akan lolos seleksi.
Kesimpulan
Keberadaan investor Indonesia di sepak bola Inggris pada 2025 tidak hanya sekadar tentang kepemilikan klub, tetapi juga tentang strategi, visi, dan adaptasi terhadap perubahan regulasi. Oxford United mewakili ambisi besar yang didukung sumber daya melimpah, sementara Tranmere Rovers mencerminkan pendekatan sabar yang berfokus pada kemitraan jangka panjang.
Keberhasilan kedua model ini akan ditentukan oleh kemampuan mereka menghadapi tantangan baru, termasuk regulasi yang lebih ketat dan persaingan yang semakin sengit. Bagi dunia sepak bola Indonesia, keberadaan mereka tidak hanya membuka peluang pengembangan pemain, tetapi juga menjadi contoh bagaimana investasi di liga top dunia dapat dikelola dengan profesionalisme dan visi yang jelas.
Jangan lewatkan update berita sepak bola terkini lainnya hanya di Score.co.id!












