Kenapa PSSI Tolak 11 Pemain Asing Liga 1 – Regulasi Baru

Alasan di balik aturan baru & dampaknya bagi klub.

PSSI Tolak 11 Pemain Asing Liga 1
PSSI Tolak 11 Pemain Asing Liga 1

PSSI Tolak 11 Pemain Asing Liga 1

score.co.id – Gelombang kontroversial mengguncang jagad sepakbola Indonesia akhir-akhir ini. Bagaimana tidak? Wacana penambahan kuota pemain asing Liga 1 hingga 11 orang sempat mengemuka, hanya untuk ditolak mentah-mentah oleh PSSI. Keputusan ini bukan sekadar perubahan regulasi, melainkan cerminan pertarungan ideologi, kepentingan ekonomi, dan masa depan sepakbola nasional. Apa sebenarnya yang terjadi di balik penolakan bersejarah ini? Simak analisis eksklusif score.co.id.

Latar Belakang Proposal 11 Pemain Asing dan Konteks AFC

Di pertengahan Mei 2025, PT Liga Indonesia Baru (LIB) mengajukan proposal kontroversial: menaikkan kuota pemain asing Liga 1 musim 2025/2026 menjadi 11 pemain per klub, dengan 8 di antaranya boleh bermain secara bersamaan. Direktur Utama PT LIB, Ferry Paulus, menegaskan bahwa ide ini merupakan respons langsung terhadap liberalisasi aturan pemain asing yang digulirkan Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC).

Alasan di balik aturan baru & dampaknya bagi klub.
Alasan di balik aturan baru & dampaknya bagi klub.

“Tujuannya meningkatkan daya saing klub Indonesia di level Asia,” jelas Paulus dalam rapat internal. AFC memang telah menghapus batasan ketat pemain asing di kompetisi antarklubnya, mendorong liga-liga anggota berinovasi. LIB berargumen, dengan kuota lebih longgar, klub bisa merekrut pemain asing berkualitas tinggi untuk memperkuat kedalaman skuad-terutama bagi yang berlaga di Liga Champions AFC.

Baca Juga  Rasmus Hojlund Tampil Sangar, Man United Mulai Ketagihan Pemain Atalanta

Namun, proposal ini bukan tanpa risiko. Sejarah mencatat, kebijakan serupa di liga Asia lain justru memicu ketimpangan kompetitif dan ketergantungan berlebihan pada pemain impor.

Polemik Publik: Dua Kubu yang Bertolak Belakang

Reaksi terhadap wacana ini ibarat membelah angin. Dua kubu dengan argumen mematikan saling berhadapan.

Pendukung: Ambisi Kompetisi Asia

Sebagian manajemen klub bersemangat. “Ini kesempatan emas untuk mengejar ketertinggalan dari klub Asia Tenggara lain,” ujar satu direktur klub yang enggan disebut namanya. Mereka meyakini penambahan pemain asing akan:

  • Meningkatkan kualitas pertandingan domestik
  • Memberikan pembelajaran teknis bagi pemain lokal
  • Memperkuat peluang di kompetisi AFC

Klub-klub dengan modal kuat juga melihat ini sebagai strategi branding untuk menarik sponsor global.

Penentang: Ancaman bagi Masa Depan Lokal

Di seberang ring, penolakan justru lebih keras. Pelatih Bali United, Stefano ‘Teco’ Cugurra, menjadi suara paling vokal:

“Kebijakan ini bunuh diri bagi pemain muda Indonesia! Bayangkan, dengan 11 asing ditambah kiper, hanya tersisa 3 slot untuk lokal di starting XI. Di mana bibit seperti Marselino Ferdinan atau Rizky Ridho masa depan akan berkembang?”

Teco juga menyoroti bom waktu finansial:

  • Biaya transfer dan gaji 11 pemain asing bisa mencapai Rp 300-500 miliar per klub
  • Risiko pemborosan jika banyak pemain hanya jadi “tukang cadangan”
  • Ketimpangan antara klub kaya dan miskin makin melebar

Pengamat sepakbola, Aji Santoso, menambahkan: “Ini bukan solusi instan. Malaysia pernah coba di 2018, malah pemain lokal mereka terdepak ke liga amatir.”

Keputusan Final PSSI: Kembali ke Regulasi 8-6

Setelah sebulan polemik, PSSI mengambil sikap tegas. Dibawah mandat langsung Ketua Umum Erick Thohir, proposal 11 pemain asing resmi ditolak pada awal Juni 2025. Ferry Paulus kemudian klarifikasi: “Itu hanya wacana, bukan keputusan final.”

Baca Juga  PPP soal kader dukung Prabowo-Gibran: Kami tetap solid Ganjar-Mahfud

Regulasi resmi musim 2025/2026 pun diumumkan:

  • Kuota pemain asing tetap maksimal 8 per klub
  • Jumlah yang boleh dimainkan bersamaan: 6 pemain
  • Aturan naturalisasi mengikuti pedoman FIFA

Keputusan ini sekaligus mengukuhkan komitmen PSSI pada program “Road to National Team 2030” yang fokus pada regenerasi pemain lokal.

Analisis Kebijakan: Politik, Proteksionisme, dan Masa Depan

Penolakan PSSI bukan sekadar masalah kuota pemain. Ini adalah pertarungan multi-dimensional.

Pertarungan Otoritas: PSSI vs Operator Liga

Keputusan ini menegaskan hierarki sepakbola Indonesia. Dengan menolak proposal LIB, PSSI-khususnya Erick Thohir-memperlihatkan siapa pemegang kendali kebijakan strategis. “Ini pesan jelas bahwa operator liga hanya pelaksana, bukan pembuat regulasi,” ungkap sumber internal PSSI.

Proteksionisme Cerdas vs Ambisi Buta

LIB mungkin bermaksud baik dengan ambisi kompetisi Asia, tapi PSSI memilih pendekatan pragmatis. Data menunjukan:

  • 78% pemain inti Timnas Indonesia adalah produk Liga 1
  • Klub dengan komposisi lokal tinggi (seperti Persib) justru lebih stabil finansial
  • Biaya pemain asing menghabiskan 40-70% anggaran klub

“Memaksakan 11 asing ibarat memakai sepatu dua nomor lebih besar. Kaki lecet, jalan pun terhuyung,” kata pengamat finansial sepakbola, Benny Mahayana.

Jalan Tengah untuk Masa Depan

PSSI sebenarnya tak anti-pemain asing. Mereka justru menyiapkan terobosan:

  • Program “Quality Foreign Player”: Insentif pajak untuk klub yang merekrut asing di bawah 23 tahun
  • Aturan “Playmaker Wajib Lokal”: Posisi strategis seperti gelandang serang harus diisi pemain Indonesia
  • Peningkatan kompetisi liga remaja sebagai basis regenerasi

Refleksi Akhir: Keputusan untuk Negeri Sendiri

Penolakan PSSI terhadap 11 pemain asing adalah kemenangan visi jangka panjang. Di tengok dari geladak kapal besar sepakbola Asia, Indonesia memilih tak ikut arus deras liberalisasi. Erick Thohir dan jajarannya sadar: fondasi timnas kuat hanya bisa dibangun dari kompetisi domestik yang memberi ruang pada anak bangsa.

Baca Juga  Sulut United taklukkan Persiba 1-0 di Stadion Klabat

Regulasi 8-6 bukan sekadar angka. Ia adalah tameng untuk melindungi mimpi ribuan pemain muda di Pelatnas Cibubur, Sekolah Sepakbola di pelosok NTT, hingga akademi klub yang berjuang tiap hari. Seperti kata legenda Timnas, Bambang Pamungkas: “Liga yang hebat bukan diukur dari bintang asingnya, tapi dari berapa banyak pemainnya yang bisa membawa harum nama bangsa.”

Ikuti perkembangan terbaru dunia sepakbola Indonesia dan internasional hanya di score.co.id!