Score – Kementerian Pertanian (Kementan) bersama Himpunan Alumni Institut Pertanian Bogor (IPB) turut memperkuat ketahanan pangan melalui percepatan tanam dan peningkatan produktivitas varietas unggul IPB yang akan ditanam di lahan seluas 500 hektare di Kabupaten Subang, Jawa Barat.
“Kita kolaborasi, akan membangun bukan lagi percontohan tapi membangun lahan padi seluas 500 hektare, kami siapkan fasilitasnya alat mesin pertanian. Beliau nanti melakukan pendampingan dan produksinya kami dijanji, ini perlu dicatat 12 ton per hektar,” kata Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman Mentan usai menerima kunjungan jajaran Alumni IPB di Jakarta, Selasa.
Menurut Amran, IPB dan para alumninya memiliki kemampuan sumber daya manusia dan pengembangan benih unggul dengan salah satu hasil panen tertinggi di Indonesia.
Oleh karena itu, ia ingin pembukaan lahan tersebut mampu menghasilkan produktivitas di atas 10 ton per hektare.
Mentan mengatakan, apabila pengembangan ini berjalan konsisten maka dalam waktu 10 tahun Indonesia akan berubah menjadi negara paling kuat di bidang pertahanan dan pasokan pangan.
Ia juga menginstruksikan agar kolaborasi ini mendapat pengawalan dari seluruh jajaran Kementerian Pertanian.
“Kalau ini jadi kenyataan, aku percaya dalam waktu 10 tahun kira akan menjadi negara paling kuat di dunia. Kami janji akan turun dan mengawal produksinya hingga mencapai 12 ton per hektar,” katanya.
Secara teknis, kata Mentan, kolaborasi ini juga akan melibatkan berbagai pihak termasuk para mahasiswa yang memiliki kepekaan terhadap jalannya pembangunan pertanian Indonesia.
Lebih jauh, mereka akan terlibat dalam pengelolaan benih hingga pasca panen.
“Jadi nanti para mahasiswa bisa mengerjakan serangkaian proses dari proses produksi dan pasca panen padi dari perencanaan. Kita akan bagi mereka mulai dari kelompok memang, praktek kuliah sampai para dosen,” katanya.
Sementara itu, Ketua Alumni IPB Walneg S Jas mengatakan bahwa pihaknya akan mempersiapkan benih yang dibutuhkan.
IPB juga menyampaikan terimakasih karena kerja sama ini adalah solusi untuk peningkatan kapasitas produksi.
Menurut dia, Indonesia butuh produksi yang lebih tinggi, utamanya misalnya padi.
Dia berharap dengan kolaborasi ini, Indonesia bisa mempercepat swasembada sehingga ke depan tidak bergantung lagi pada kebijakan impor.
“Biasanya 1 hektar itu butuh sekitar 25 kilo kan, ya? Nah, 25 kilo 1 hektar dikali saja untuk 500 hektare. Kita bersyukur karena pembiayaannya dari Kementan,” katanya.