Kapan Indonesia Jadi Tuan Rumah Piala Dunia Senior: Rencana Masa Depan

Indonesia & Piala Dunia: Peluang jadi tuan rumah, syarat FIFA, & persiapan masa depan!

Kapan Indonesia Jadi Tuan Rumah Piala Dunia
Kapan Indonesia Jadi Tuan Rumah Piala Dunia

Kapan Indonesia Jadi Tuan Rumah Piala Dunia Senior

Score.co.id – Sepakbola bukan sekadar olahraga di Indonesia, melainkan nyawa yang mengalir di hati jutaan orang. Coba bayangkan, sorak sorai penonton tak lagi hanya terdengar dari balik layar televisi untuk mendukung Timnas Garuda, tapi juga menggema di stadion-stadion kita saat dunia datang bertanding. Kapan impian besar ini bisa jadi kenyataan? Sampai April 2025, harapan itu masih seperti mengejar bola liar di lapangan—tampak dekat, tapi sulit disentuh. Yuk, kita ulik lebih dalam langkah Indonesia menuju ambisi ini, dari rencana yang pernah digaungkan sampai peluang di masa depan.

Ambisi Indonesia Menyambut Dunia di Lapangan Hijau

Indonesia bukan pendatang baru di dunia sepakbola internasional. Sukses menggelar Piala Dunia U-17 pada 2023 jadi bukti bahwa kita punya kemampuan untuk bikin acara besar. Stadion megah seperti Gelora Bung Karno dan beberapa venue lain yang dipercantik waktu itu menunjukkan bahwa fasilitas kita tak perlu diragukan. Tapi, melompat dari level junior ke Piala Dunia Senior itu ibarat naik tangga dengan anak tangga yang jauh lebih tinggi. Bukan cuma soal lapangan, tapi juga urusan logistik, keamanan, sampai suntikan dana yang tak main-main jumlahnya.

Indonesia & Piala Dunia Peluang jadi tuan rumah, syarat FIFA, & persiapan masa depan!
Indonesia & Piala Dunia Peluang jadi tuan rumah, syarat FIFA, & persiapan masa depan!

Beberapa tahun silam, tepatnya 2023, semangat untuk jadi tuan rumah turnamen akbar ini pernah membara. Presiden Joko Widodo waktu itu melempar ide besar, mengajak Australia, Malaysia, dan Singapura untuk bareng-bareng mengajukan diri buat Piala Dunia 2034. PSSI, dipimpin Erick Thohir, juga tak cuma diam. Mereka sibuk rapat sama federasi negara tetangga dan bawa wacana ini ke forum FIFA di Qatar. Sayang, semangat itu redup. Indonesia akhirnya memilih mundur, dan Arab Saudi resmi jadi tuan rumah 2034 pada Desember 2024.

Baca Juga  Tak Suka Inter Milan Raih Gelar Liga Italia, AC Milan Ganggu Perayaan Juara Rival Sekota di San Siro

Mengapa Indonesia Mundur dari Piala Dunia 2034?

Bukan tanpa sebab kita menarik diri dari pencalonan 2034. Hadapi Arab Saudi yang punya duit melimpah dan dukungan politik kuat bukan perkara gampang. Mereka tak cuma menawarkan dana besar, tapi juga sudah mulai bangun infrastruktur canggih jauh sebelum keputusan diumumkan. Sementara itu, Indonesia masih sibuk atur napas dengan anggaran terbatas dan rencana bareng negara lain yang tak juga jadi-jadi.

Erick Thohir pernah bilang dalam sebuah kesempatan, “Kita pengin buktikan Indonesia bisa, tapi waktunya harus pas, strateginya harus jitu. Ini jadi pelajaran buat ke depan.” Kata-kata ini seolah jadi sinyal bahwa meski 2034 batal, pintu buat masa depan masih terbuka lebar.

Status Terkini Piala Dunia: 2030 dan 2034 Sudah Tersegel

Sampai sekarang, peta tuan rumah Piala Dunia udah mulai jelas. Edisi 2030 bakal jadi pesta spesial buat ulang tahun ke-100 turnamen ini, digelar di Spanyol, Portugal, dan Maroko, plus tiga laga pembuka di Uruguay, Argentina, dan Paraguay sebagai tribut buat sejarah awalnya. Lalu, 2034 udah diklaim Arab Saudi, menandakan Asia balik jadi pusat perhatian setelah Qatar 2022.

Karena Arab Saudi kebagian jatah Asia di 2034, peluang Indonesia buat edisi berikutnya jadi makin pelik. FIFA punya kebiasaan tak tertulis buat giliran konfederasi biar adil. Setelah Asia kebagian, kemungkinan besar Indonesia harus minggir dulu buat 2038.

Analisis Kebijakan Rotasi FIFA dan Peluang Indonesia

FIFA punya cara sendiri dalam milih tuan rumah. Meski aturan rotasi konfederasi pernah dihapus tahun 2007, praktiknya masih sering kepake. Lihat aja: 2026 di Amerika Utara bareng AS, Kanada, dan Meksiko, 2030 di Eropa sama Afrika, trus 2034 balik ke Asia. Nah, 2038 kemungkinan besar bakal ke wilayah yang belum kebagian, kayak Amerika Utara lagi atau malah Oseania.

Baca Juga  Relawan Prabu: Lampung jadi perhatian untuk menangkan Prabowo-Gibran

Dari pola ini, Indonesia yang ada di AFC sepertinya harus sabar. Tapi, ada celah kecil. Kalau nanti tak ada kandidat kuat dari wilayah lain, kita bisa masuk daftar. Pengalaman pribadi nonton pertandingan Timnas di stadion bikin aku yakin, semangat suporter kita bisa jadi daya tarik buat FIFA kalau waktunya tepat.

Indonesia Tersingkir dari 2038?

Kalau ngikutin pola rotasi, 2038 memang bukan giliran Indonesia. Negara-negara dari Amerika Utara atau Oseania yang lebih berpeluang. Buat pecinta bola di sini, ini tentu kabar yang bikin hati sedikit ciut. Kalau gitu, kita harus nunggu sampai 2046—dua dekade lebih dari sekarang—buat punya kesempatan nyata.

Tapi, jangan keburu putus asa. FIFA pernah bikin pengecualian kalau situasinya mendukung. Sampai April 2025, PSSI belum kasih sinyal soal rencana baru, tapi bukan berarti kita diam saja.

Potensi dan Tantangan Infrastruktur

Kita punya modal bagus dari Piala Dunia U-17 2023. Stadion kayak Gelora Bung Tomo di Surabaya atau Manahan di Solo udah terbukti oke buat standar FIFA. Tapi, buat level senior, kebutuhannya jauh lebih gede. Minimal 12 stadion besar, fasilitas latihan top, dan transportasi yang nyambung antar kota jadi syarat wajib.

Masalahnya ada di duit. Arab Saudi aja habis miliaran dolar buat 2034. Indonesia? Harus pinter cari cara, entah lewat investor swasta atau kerja sama internasional. Seorang kawan yang kerja di bidang olahraga pernah bilang, “Semangat kita gede, tapi kantong harus ikut gede juga.”

“Bayangin, stadion penuh, suporter dari seluruh dunia nyanyi bareng, sambil nikmatin sate di pinggir lapangan. Itu baru Indonesia banget!” – Harapan sederhana dari seorang suporter setia.

Dampak dan Harapan di Masa Depan

Andai suatu hari kita berhasil jadi tuan rumah, efeknya bakal luar biasa. Duit masuk dari turis, pariwisata naik daun, dan sepakbola lokal bisa lebih maju. Aku masih ingat gimana ramainya Solo waktu Piala Dunia U-17—bayangin kalau itu skala dunia!

Baca Juga  KPU bantah usul pendaftaran capres-cawapres maju pertimbangan politis

Proyeksi 2046: Mimpi yang Masih Hidup

Lihat siklus rotasi, 2046 jadi tahun yang masuk akal buat kita mulai berani bermimpi lagi. Dua puluh tahun ke depan cukup buat bikin lebih banyak stadion, asah talenta muda, dan rajin lobi FIFA. PSSI sekarang lebih fokus bawa Timnas lolos kualifikasi dulu, tapi langkah ini bisa jadi batu loncatan.

Buat yang penasaran, ini gambaran singkat jadwal tuan rumah Piala Dunia:

  1. 2030: Spanyol, Portugal, Maroko, dll. – Perayaan 100 tahun.
  2. 2034: Arab Saudi – Asia dapat giliran.
  3. 2038: Belum pasti, tapi bukan AFC – Indonesia harus sabar.
  4. 2046: Peluang buat AFC – Kesempatan kita?

Peran Publik dan Dukungan Grassroot

Keberhasilan tak cuma soal PSSI atau pemerintah. Suporter kita yang terkenal gila bola punya peran besar. Bayangin kalau energi ini dipake buat kampanye dukungan, misalnya bikin petisi atau seruan di media sosial—FIFA pasti melirik.

Menjaga Api Harapan Tetap Menyala

Sampai April 2025, Indonesia belum punya jadwal pasti buat jadi tuan rumah Piala Dunia Senior. Mundur dari 2034 dan aturan rotasi bikin kita harus nunggu, mungkin sampai 2046. Tapi, ini bukan akhir cerita. Dengan rencana matang dan semangat bareng, siapa tahu suatu hari kita lihat bintang dunia main di depan mata.

Penasaran sama kabar terbaru sepakbola atau mau kasih pendapat? Langsung cek dan share pemikiranmu di Score.co.id!