Jumlah Penonton Indonesia vs Filipina
score.co.id – Dukungan suporter ibarat napas bagi sepak bola. Namun ketika Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) hanya diisi ribuan penonton pada laga Timnas Indonesia U-23 melawan Filipina U-23, Jumat (18/7/2025), timbul pertanyaan mendalam tentang dinamika loyalitas penggemar sepak bola tanah air.
Ekspektasi Tinggi Ketua Umum PSSI
Erick Thohir tak menyembunyikan kekecewaannya usai laga pembuka Garuda Muda melawan Brunei Darussalam, 15 Juli lalu. Hanya 2.743 penonton yang memadati tribun raksasa berkapasitas 77.000 itu. “Kita akui lawan dianggap tidak seimbang, tapi dukungan adalah bahan bakar mental pemain muda kita,” ujarnya.

Sebelum duel kontra Filipina, Ketum PSSI itu menyampaikan optimisme. Kemenangan telak 8-0 atas Brunei dan performa apik Filipina yang mengalahkan Malaysia 2-0 menjadi dasar keyakinannya. “Filipina tak bisa dianggap sebelah mata. Saya yakin lebih banyak suporter akan datang menyemangati anak-anak kita,” tegasnya. Targetnya ambisius: 30.000 penonton untuk laga-laga U-23.
Thohir juga menekankan aspek regenerasi. Rata-rata usia skuad U-23 adalah 20,7 tahun, dengan mayoritas pemain dipersiapkan untuk SEA Games mendatang. “Ini investasi masa depan. Dukungan hari ini menentukan kualitas tim nasional kita lima tahun ke depan,” imbuhnya.
Realitas Pahit di Tribun GBK
Fakta lapangan berbicara lain. Meski terjadi peningkatan signifikan dari laga pertama, jumlah penonton Indonesia vs Filipina U-23 hanya berkisar 8.000 orang. Tribune timur dan utara tampak kosong, hanya sektor selatan yang terisi merata. Angka ini jauh dari target 30.000 dan hanya sekitar 12% dari total kapasitas SUGBK.
Perbandingan dengan tim senior semakin mempertegas jurang perhatian:
- Kualifikasi Piala Dunia 2026: Rata-rata 65.000+ penonton
- Piala AFF U-23 2025:
- vs Brunei: 2.743
- vs Filipina: ~8.000
Media melaporkan kesan “sepi” meski ada 5.257 penambahan penonton. “Suasana kurang greget, sorakan hanya terkonsentrasi di beberapa blok,” tulis salah satu portal olahraga.
Mengurai Benang Kusut Minimnya Dukungan
Analisis menunjukkan faktor kompleks di balik animo rendah ini:
Persepsi Kualitas LawanPeningkatan kehadiran 191% membuktikan teori Thohir: Publik lebih antusias menghadapi tim kompetitif seperti Filipina yang baru mengalahkan Malaysia. Namun daya tariknya belum cukup untuk memenuhi target.
Pola Prioritas SuporterLaga tim senior di Kualifikasi Piala Dunia selalu ramai karena:
- Taruhan prestisius (kualifikasi global)
- Pemain senior lebih dikenal masyarakat
- Rivalitas regional yang mendarah daging
Sebaliknya, turnamen U-23 dianggap “proyek pengembangan” yang kurang mendesak.
Efek Pembingkaian MediaPemberitaan seperti “cuma 8.000 penonton” atau “GBK masih sepi” secara tidak langsung memperkuat persepsi negatif. Padahal, peningkatan hampir 3x lipat patut diapresiasi.
Faktor Non-Teknis Terabaikan
- Jadwal Malam Hari: Pertandingan pukul 20.00 WIB menyulitkan penonton dari daerah penyangga Jakarta
- Harga Tiket: Rp 75.000 – Rp 300.000 dianggap kurang terjangkau untuk segmen keluarga
- Pengalaman Stadion: Minimnya hiburan tambahan di sekitar SUGBK
Proyeksi dan Solusi Strategis
Menyikapi realita ini, PSSI perlu strategi multidimensi:
Rebranding Tim U-23Alih-alih fokus pada narasi “regenerasi”, bangun ikatan emosional melalui:
- Konten eksklusif tentang perjalanan karier pemain muda
- Program “Temu Idola” gratis untuk komunitas lokal
- Kolaborasi dengan selebritas/influencer pecinta sepak bola
Transformasi Pengalaman Menonton
- Paket keluarga dengan diskon 40% + merchandise
- Festival kuliner dan hiburan musik pra-pertandingan
- Layanan shuttle bus dari kota satelit (Bogor, Depok, Tangerang)
Revolusi Komunikasi
- Soroti angka positif (“peningkatan 300% dari laga pertama”)
- Gunakan platform TikTok/Instagram untuk dokumentasi behind-the-scenes
- Libatkan legenda sepak bola Indonesia sebagai duta turnamen
Refleksi Akhir: Antara Harapan dan Tanggung Jawab Bersama
Pertandingan melawan Filipina U-23 menjadi cermin buram: Di satu sisi, ada peningkatan kehadiran penonton; di sisi lain, angka 8.000 masih jauh dari kapasitas dan ekspektasi. Erick Thohir benar-dukungan suporter adalah nafas kehidupan bagi pemain muda. Namun PSSI harus keluar dari zona nyaman dengan pendekatan konvensional.
Masyarakat pun memegang peran. Membeli tiket bukan sekadar menonton bola, melainkan investasi untuk masa depan sepak bola nasional. Pemain seperti Rizky Ridho (22 tahun) atau Marselino Ferdinan (20 tahun) yang bersinar di tim senior hari ini adalah produk sistem yang didukung sejak level U-23.
Seperti kata pepatah, “Lapangan hijau adalah ruang kelas terbaik”. Setiap langkah menuju tribun adalah kontribusi nyata membangun generasi emas 2030. Mari buktikan bahwa dukungan kita tak hanya menggebu untuk kemenangan hari ini, tetapi juga untuk pondasi masa depan.
Simak analisis mendalam seputar perkembangan Timnas Indonesia U-23 dan agenda pertandingan selanjutnya hanya di score.co.id-sumber terpercaya sepak bola tanah air sejak 2005.












