Juara Liga Inggris 20 Tahun Terakhir
score.co.id – Dua dekade terakhir Premier League menyimpan kisah epik dominasi, kejutan, dan revolusi taktik. Dari era Sir Alex Ferguson yang legendaris hingga hegemoni Manchester City yang nyaris sempurna, persaingan di puncak klasemen terus memukau dunia. Musim 2024/2025 menjadi babak bersejarah: Liverpool tak hanya meruntuhkan tembok dominasi City, tapi juga menyamai rekor 20 gelar Manchester United. Bagaimana peta kekuatan berevolusi? Siapa saja kampiun yang mengukir namanya? Simak analisis lengkapnya!
Kampiun Terbaru (2024/2025): Liverpool Mengakhiri Dominasi City dan Menyamai Rekor United
Liverpool mengamankan gelar Premier League musim 2024/2025 dengan empat laga sisa, menandai akhir dari empat musim beruntun kemenangan Manchester City. Di bawah kendali Arne Slot-yang menggantikan Jürgen Klopp dengan mulus-The Reds mempersembahkan performa tak terbantahkan: 28 menang, 7 imbang, dan hanya 2 kekalahan. Filosofi pressing tinggi dan transisi cepat Slot berpadu sempurna dengan skuad yang diisi bintang seperti Mohamed Salah, Darwin Núñez, dan kapten anyar Virgil van Dijk.

Gelar ini bukan sekadar kemenangan biasa. Liverpool resmi menyamai rekor 20 gelar liga Manchester United, mengubah narasi persaingan abadi “North West Derby”. Pencapaian ini juga membuktikan keberhasilan transformasi struktural klub: dari strategi rekrutmen berbasis data hingga stabilitas kepemimpinan. Slot, dalam konferensi pers pascagelar, berkomentar:
“Ini tentang melanjutkan warisan Klopp dengan identitas baru. Kami tak ingin jadi bayang-bayang; kami ingin jadi sejarah baru.”
Daftar Lengkap Juara Liga Premier (2005/06 – 2024/25)
Berikut rekap kampiun Premier League beserta manajer pengarahnya selama 20 tahun terakhir:
| Musim | Klub Juara | Manajer |
|---|---|---|
| 2024/25 | Liverpool | Arne Slot |
| 2023/24 | Manchester City | Pep Guardiola |
| 2022/23 | Manchester City | Pep Guardiola |
| 2021/22 | Manchester City | Pep Guardiola |
| 2020/21 | Manchester City | Pep Guardiola |
| 2019/20 | Liverpool | Jürgen Klopp |
| 2018/19 | Manchester City | Pep Guardiola |
| 2017/18 | Manchester City | Pep Guardiola |
| 2016/17 | Chelsea | Antonio Conte |
| 2015/16 | Leicester City | Claudio Ranieri |
| 2014/15 | Chelsea | José Mourinho |
| 2013/14 | Manchester City | Manuel Pellegrini |
| 2012/13 | Manchester United | Sir Alex Ferguson |
| 2011/12 | Manchester City | Roberto Mancini |
| 2010/11 | Manchester United | Sir Alex Ferguson |
| 2009/10 | Chelsea | Carlo Ancelotti |
| 2008/09 | Manchester United | Sir Alex Ferguson |
| 2007/08 | Manchester United | Sir Alex Ferguson |
| 2006/07 | Manchester United | Sir Alex Ferguson |
| 2005/06 | Chelsea | José Mourinho |
Sumber: Data terkini dari Antara News, Bola.net, Tirto.id, Detik Sport (2025).
Analisis Era Dominasi dan Pergeseran Kekuatan (2005-2025)
Era Mourinho & Ferguson (2005-2013)
Persaingan sengit Chelsea dan Manchester United menjadi tulang punggung liga. Mourinho membangun “The Blues” dengan pertahanan baja dan efisiensi serangan, sementara Ferguson mengandalkan mentalitas pemenang dan regenerasi pemain muda. Dua gelar United pada 2008/09 dan 2010/11 membuktikan keabadian kelas Sir Alex, sementara Chelsea merajai dengan tiga gelar (2005/06, 2009/10, 2014/15).
Era Transisi dan Kejutan (2013-2017)
Pensiun Ferguson pada 2013 memicu kekacauan struktural di United. Manchester City memanfaatkan vacuum of power ini dengan gelar 2013/14 di bawah Manuel Pellegrini. Namun, momen paling ikonik adalah keajaiban Leicester City 2015/16. Claudio Ranieri-dengan skuad berbiaya €137 juta-menghancurkan hierarki elit dengan taktik kontra-serang mematikan. Antonio Conte lantas membawa Chelsea kembali juara (2016/17) lewat formasi 3-4-3 revolusioner.
Era Hegemoni Guardiola (2017-2024)
Pep Guardiola mengubah City jadi mesin titel nyaris sempurna: 6 gelar dalam 7 musim, termasuk empat beruntun (2020/21 hingga 2023/24). Dominasi ini dibangun lewat kontrol bola ekstrem, pressing intensif, dan kedalaman skuad. Hanya Liverpool (2019/20) yang sanggup mematahkan siklus ini, berkat triad serangan Salah-Mane-Firmino dan strategi gegenpressing Klopp.
Pematahan Dominasi dan Era Baru (2025)
Kemenangan Liverpool 2024/25 bukan sekadar perubahan juara. Ini adalah koreksi terhadap monopoli City, sekaligus bukti bahwa stabilitas manajerial (transisi Klopp-Slot) lebih krusial daripada belanja besar-besaran. City, yang kehilangan tokoh kunci seperti Kevin De Bruyne karena cedera panjang, harus merekonstruksi strategi.
Refleksi: Peta Kekuatan Baru dan Implikasinya
Gelar ke-20 Liverpool mengonfirmasi tiga tren kritis:
- Stabilitas Manajerial = Kejayaan: Kesuksesan Slot melanjutkan Klopp mencerminkan pentingnya perencanaan jangka panjang. Sebaliknya, United-yang berganti 8 manajer sejak 2013-finis di peringkat 15 musim ini.
- Dominasi Tak Langgeng: Era Guardiola membuktikan bahwa tak ada tim yang tak terkalahkan. Arsenal (peringkat 2) dan Chelsea (peringkat 3) musim ini menunjukkan peningkatan signifikan lewat proyek muda Mikel Arteta dan Enzo Maresca.
- Financial Fair Play (FFP) Mengubah Permainan: Aturan ketat FFP musim 2024/25 memaksa klub seperti City dan Chelsea mengoptimalkan akademi. Liverpool unggul dalam hal ini dengan memainkan 5 pemain muda inti.
Ke depan, persaingan akan lebih terbuka:
- Manchester City diprediksi kembali berburu gelar dengan pendekatan baru.
- Arsenal dan Chelsea terus membangun tim berbasis bintang muda.
- Manchester United butuh revolusi total-bukan sekadar ganti pemilik-untuk kembali ke puncak.
Penutup: Narasi Abadi yang Tak Pernah Usai
Dua puluh tahun Premier League adalah cermin dinamika sepak bola modern: dari romantisme Leicester hingga robotisasi Guardiola. Kini, Liverpool telah membuka babak baru dengan gelar bersejarah mereka. Satu hal pasti: Premier League tetap panggung paling tak terduga di dunia.
Jangan lewatkan perkembangan terkini! Pantau analisis mendalam dan berita eksklusif hanya di score.co.id.












