Juara Liga Champion Terbanyak
score.co.id – Mengangkat trofi Liga Champions UEFA bukan sekadar kemenangan; ia adalah pengakuan tertinggi atas kejayaan sebuah klub sepakbola. Sejak bergulir sebagai Piala Champions Eropa pada 1955 hingga format megahnya sekarang, kompetisi ini menjadi tolok ukur absolut kehebatan klub di benua paling kompetitif. Kisahnya dirajut oleh dinasti legendaris, kejutan heroik, dan klub-klub yang namanya abadi melekat pada “Si Kuping Besar”. Siapa saja yang mengukir sejarah paling gemilang? Mari telusuri daftar aristokrat Eropa ini.
Dinasti Abadi: Real Madrid dan 15 Mahkotanya
Tak ada yang menyentuh langit setinggi Real Madrid. Dengan 15 gelar, Los Blancos bukan sekadar pemuncak; mereka adalah legenda yang hidup. Dominasi ini terpahat dalam dua era emas yang berbeda zaman.

Lima Mahkota Perintis (1956-1960)
Di era perintis, Real Madrid menciptakan kemustahilan: lima gelar beruntun! Presiden Santiago Bernabéu membangun mesin juara dengan merekrut maestro seperti Alfredo Di Stéfano dan Ferenc Puskás. Mereka tak cuma menang; mereka memukau dunia dengan sepakbola menyerang spektakuler, menjadi duta global pertama sepakbola klub. Final 1960 melawan Eintracht Frankfurt (7-3) masih dianggap salah satu pagelaran terhebat sepanjang masa.
La Décima dan Kebangkitan Dinasti Modern
Setelah penantian puluhan tahun, Madrid kembali menggila. Dimulai dengan “La Décima” (gelar ke-10) tahun 2014, mereka merajai Eropa: empat gelar dalam lima musim (2014, 2016, 2017, 2018), ditambah dua lagi di 2022 dan 2024. Strategi “Galáctico” memboyong Cristiano Ronaldo dan Gareth Bale, sementara kecerdikan taktis Zinedine Zidane dan Carlo Ancelotti mengubah bintang-bintang itu menjadi mesin juara yang tak kenal lelah. DNA “pemenang” Madrid bukan mitos; ia terukir dalam 15 trofi.
Aristokrasi Eropa: Milan, Bayern, dan Liverpool
Di bawah singgasana Madrid, berdiri tiga raksasa dengan warisan tak kalah megah.
AC Milan: Kecantikan yang Mematikan (7 Gelar)
Rossoneri adalah penghuni tetap panggung elite. Kejayaannya terbagi dalam dua babak epik.
Akhir 80-an hingga awal 90-an menjadi saksi revolusi Arrigo Sacchi. Tim “The Immortals”-nya – dengan trio Belanda Van Basten, Gullit, dan Rijkaard – memenangkan dua gelar beruntun (1989, 1990) lewat pressing tinggi dan permainan kolektif yang memukau. Fabio Capello melanjutkan estafet dengan “The Invincibles”, menghancurkan Barcelona 4-0 di final 1994.
Di era 2000-an, Carlo Ancelotti membangkitkan kembali keperkasaan Milan. Dengan Paolo Maldini sebagai simbol ketangguhan, didukung seniman seperti Kaká dan Pirlo, mereka menyabet gelar di 2003 (final sengit melawan Juventus) dan membalas dendam ke Liverpool di 2007.
Dwi Raksasa Enam Gelar: Bayern Munich dan Liverpool
Bayern Munich dan Liverpool berbagi tempat ketiga dengan koleksi enam trofi, masing-masing dengan ciri khas.
Bayern membangun identitasnya di atas efisiensi Jerman. Era emas pertamanya di pertengahan 1970-an (gelar beruntun 1974, 1975, 1976) dipimpin Franz Beckenbauer dan bomber Gerd Müller. Mereka kembali memuncaki Eropa di 2001, 2013, dan 2020, membuktikan konsistensi sebagai kekuatan kontinental.
Liverpool, si “Raja Comeback”, menulis cerita penuh emosi. Dominasi akhir 70-an/awal 80-an (1977, 1978, 1981, 1984) dibayangi oleh tragedi Heysel. Namun, mereka bangkit dengan “Keajaiban Istanbul” 2005: tertinggal 0-3 dari AC Milan, menyamakan kedudukan, dan menang adu penalti. Gelar keenam datang pada 2019 lewat kemenangan atas Tottenham. Anfield bukan sekadar stadion; ia adalah benteng keyakinan.
Raksasa Sejarah dan Kekuatan Baru
Di luar podium, beberapa klub menorehkan warisan tak terlupakan.
Warisan Filosofi: Barcelona dan Ajax
Barcelona (5 gelar) identik dengan gaya. Johan Cruyff membangun “Dream Team” juara 1992, meletakkan fondasi filosofi. Pep Guardiola menyempurnakannya menjadi tiki-taka mematikan, melahirkan dinasti 2009 dan 2011 dengan Lionel Messi sebagai poros.
Ajax (4 gelar) adalah pionir revolusioner. Konsep “Total Football” Rinus Michels dan Johan Cruyff membawa tiga gelar beruntun (1971, 1972, 1973). Mereka kembali juara pada 1995 dengan generasi emas muda termasuk Edwin van der Sar dan Clarence Seedorf.
Mahkota Baru dari Paris: PSG Akhirnya Menang! (2025)
Musim 2024/2025 mencatat sejarah baru. Paris Saint-Germain akhirnya memecahkan kutukan! Di final Munich, mereka menghancurkan Inter Milan 5-0. Kemenangan ini adalah puncak proyek ambisius mereka, menjadi klub Prancis kedua juara setelah Marseille (1993). Kapten Marquinhos, yang merasakan pahitnya final 2020, akhirnya mencium trofi. Investasi besar, kepemimpinan Luis Enrique, dan kedewasaan tim berbunga menjadi mahkota pertama.
Membaca Peta Kekuatan: Analisis Tren Juara Liga Champions
Sejarah Liga Champions bukan sekadar daftar pemenang. Ia mencerminkan dinamika kekuatan, strategi, dan evolusi sepakbola Eropa.
Konsentrasi Kekuasaan dan Siklus Dominasi
Statistik berbicara jelas: kekayaan terpusat. Real Madrid sendiri memegang lebih dari dua kali lipat gelar pesaing terdekatnya. Kesuksesan menciptakan siklus virtuoso: trofi menarik pendapatan dan bintang, yang mempertahankan dominasi. Kesenjangan finansial antara “klub super” dan lainnya kian melebar, membuat pendatang baru kian sulit menembus puncak.
Klub Warisan vs Klub Proyek: Dua Jalan Menuju Puncak
Kemenangan PSG (2025) dan Manchester City (2023) menandai fenomena baru. Berbeda dengan Real Madrid atau Liverpool yang membangun identitas puluhan tahun (“warisan”), PSG dan City adalah produk “proyek”: investasi masif berbasis kepemilikan kaya, sering didukung negara, dengan target eksplisit menaklukkan Eropa dalam waktu singkat. Keberhasilan mereka memvalidasi model ini sebagai jalan alternatif yang valid, meski memicu debat soal keberlanjutan dan fair play finansial. Muncul dikotomi menarik: aristokrasi tradisional versus kekuatan baru bermodal tebal.
Sang Arsitek: Manajer Pembangun Dinasti
Setiap dinasti besar punya otak jenius di pinggir lapangan. Real Madrid punya Zidane dan Ancelotti. Milan punya Sacchi dan Ancelotti. Barcelona punya Cruyff dan Guardiola. PSG menjuarai 2025 berkat Luis Enrique, yang jadi pelatih kedua setelah Guardiola yang meraih treble dua kali (dengan Barcelona sebelumnya). Fakta ini menegaskan: pemain bintang adalah bahan baku, tapi manajer visioner adalah arsitek yang menyusunnya menjadi tim juara.
Daftar Lengkap Juara Liga Champions UEFA (Per Musim 2024/2025)
| Peringkat | Klub | Negara | Jumlah Gelar | Tahun Juara |
|---|---|---|---|---|
| 1 | Real Madrid | Spanyol | 15 | 1956,1957,1958,1959,1960,1966,1998,2000,2002,2014,2016,2017,2018,2022,2024 |
| 2 | AC Milan | Italia | 7 | 1963,1969,1989,1990,1994,2003,2007 |
| 3 | Bayern Munich | Jerman | 6 | 1974,1975,1976,2001,2013,2020 |
| 3 | Liverpool | Inggris | 6 | 1977,1978,1981,1984,2005,2019 |
| 5 | Barcelona | Spanyol | 5 | 1992,2006,2009,2011,2015 |
| 6 | Ajax | Belanda | 4 | 1971,1972,1973,1995 |
| 7 | Inter Milan | Italia | 3 | 1964,1965,2010 |
| 7 | Manchester United | Inggris | 3 | 1968,1999,2008 |
| 9 | Juventus | Italia | 2 | 1985,1996 |
| 9 | Benfica | Portugal | 2 | 1961,1962 |
| 9 | Chelsea | Inggris | 2 | 2012,2021 |
| 9 | Nottingham Forest | Inggris | 2 | 1979,1980 |
| 9 | Porto | Portugal | 2 | 1987,2004 |
| 14 | Paris Saint-Germain | Prancis | 1 | 2025 |
| 14 | Manchester City | Inggris | 1 | 2023 |
| 14 | Borussia Dortmund | Jerman | 1 | 1997 |
| 14 | Marseille | Prancis | 1 | 1993 |
| 14 | Red Star Belgrade | Serbia | 1 | 1991 |
| 14 | PSV Eindhoven | Belanda | 1 | 1988 |
| 14 | Steaua București | Rumania | 1 | 1986 |
| 14 | Aston Villa | Inggris | 1 | 1982 |
| 14 | Hamburger SV | Jerman | 1 | 1983 |
| 14 | Feyenoord | Belanda | 1 | 1970 |
| 14 | Celtic | Skotlandia | 1 | 1967 |
Mahkota Abadi dan Dinamika yang Terus Berubah
Trofi Liga Champions tetap jadi mahkota paling didambakan. Real Madrid masih jadi raja tak terbantahkan, namun peta kekuatan terus bergerak. Kebangkitan “klub proyek” seperti PSG dan Manchester City menambah dimensi baru dalam persaingan, menantang hegemoni klub warisan tradisional. Satu hal pasti: perburuan “Si Kuping Besar” akan selalu menjadi narasi paling memikat dalam sepakbola klub dunia, memadukan sejarah, gengsi, dan drama tak terduga.
Jangan lewatkan perkembangan terkini persaingan sengit di Liga Champions dan liga top Eropa! Pantau terus analisis mendalam, berita eksklusif, dan statistik terpercaya hanya di score.co.id – sumber terdepan sepakbola Indonesia.












