Joko Susilo Tim Yang Dilatih
score.co.id – Di jagad pelatih sepak bola Indonesia, nama Joko Susilo tidak pernah sepi dari perbincangan. Bukan semata karena torehan prestasi gemilang, melainkan karena karir kepelatihannya adalah sebuah studi kasus yang unik tentang ketahanan, peran spesialis, dan realitas keras sepak bola nasional. Lahir pada 9 Desember 1970, pria yang akrab disapa “Coach Joko” ini telah menjelma menjadi figur yang kerap dipercaya di saat-saat genting, sebuah “pemadam kebakaran” yang karirnya diwarnai dengan pasang surut yang tajam. Artikel ini akan menyelami lebih dalam tim-tim yang pernah dilatihnya di Liga 1 Indonesia, menganalisis rekam jejaknya yang penuh warna, dan mencoba memahami fenomena di balik pengangkatannya yang mengejutkan ke kursi kepelatihan Timnas Putri Indonesia.
Dari Striker Tajam ke Pelatih “Pemadam Kebakaran”
Karir Joko Susilo di dunia sepak bola tidak dimulai dari bangku pelatih. Sebelum memegang papan taktik, ia adalah seorang striker yang berpengalaman. Jejaknya sebagai pemain profesional dimulai pada 1986 bersama Persikaba Blora, dan kemudian ia membuktikan ketajamannya dengan menjadi juara Galatama XII musim 1992/93 bersama Arema Malang. Pengalaman bermain di klub-klub besar seperti PSM Makassar dan Persija Jakarta ini memberinya fondasi pemahaman permainan yang kuat.

Pensiun tidak membuatnya menjauh dari lapangan hijau. Pada 2004, ia memulai babak baru di Akademi Arema, membuktikan komitmennya dalam membina bibit muda. Namun, titik balik yang membentuk filosofi kepelatihannya justru terjadi di belakang layar. Dari 2007 hingga 2018, selama lebih dari satu dekade, Joko setia menjadi asisten pelatih Arema FC. Di bawah bayang-bayang pelatih ternama seperti Robert Rene Alberts, Aji Santoso, dan Milomir Seslija, ia menimba ilmu taktik dan manajemen tim. Periode inilah yang mengukuhkannya sebagai bagian dari tulang punggung Arema, sekaligus menyematkan label “orang dalam” yang memahami kultur klub.
“Pengalaman panjang sebagai asisten pelatih adalah sekolah terbaik. Saya belajar bukan hanya soal taktik, tetapi juga bagaimana mengelola ruang ganti dan tekanan dari berbagai pelatih dengan karakter berbeda,” ini adalah prinsip yang sering dipegang Joko dalam perjalanan karirnya.
Membongkar Gaya Kepemimpinan dan Strategi Taktik Joko Susilo
Sebagai pelatih, Joko Susilo tidak identik dengan satu filosofi permainan yang khas dan revolusioner. Gaya kepelatihannya lebih bersifat pragmatis, sering kali menyesuaikan dengan materi pemain yang ada dan situasi tim. Ciri khasnya adalah kemampuan untuk menstabilkan tim yang sedang dalam krisis, meski hasil jangka panjangnya sering kali menuai kritik.
Analisis terhadap pola permainan tim-tim yang dilatihnya menunjukkan beberapa kecenderungan. Pertama, penekanan pada soliditas bertahan. Dalam banyak stint-nya, terutama di Arema dan Persik, Joko lebih memprioritaskan untuk tidak kebobolan terlebih dahulu sebelum merancang serangan. Kedua, ketergantungan pada pemain kunci. Ia sering kali kesulitan untuk mengekstrak performa optimal dari seluruh skuad, sehingga tim terlihat sangat bergantung pada satu atau dua bintangnya. Ketiga, sebagai spesialis pelatih dadakan, pendekatannya lebih tentang memberikan motivasi dan kepercayaan diri instan ketimbang melakukan perubahan taktis radikal. Hal ini yang menjelaskan mengapa ia sering berhasil di beberapa pertandingan awal, tetapi kesulitan mempertahankan konsistensi.
Rekam Jejak di Liga 1: Kisah Cinta dengan Arema FC dan Ujian di Persik Kediri
Karir Joko Susilo di Liga 1 Indonesia tak bisa dilepaskan dari dua klub utamanya: Arema FC dan Persik Kediri. Di sinilah rekam jejaknya sebagai pelatih kepala benar-benar diuji.
Arema FC: Simfoni yang Tak Pernah Sempurna
Hubungan Joko Susilo dengan Arema bagai simfoni yang indah namun kerap sumbang. Ia adalah bagian dari jiwa klub, dan kepercayaan manajemen kepadanya tak pernah pudar. Periode kepelatihan utamanya terjadi pada 2017-2018, 2022-2023, dan 2023-2024. Prestasi terbesarnya adalah membawa Arema meraih Piala Menpora 2013 sebagai pelatih interim, sebuah bukti bahwa ia mampu membawa tim meraih trofi dalam tekanan.
Namun, data statistik menceritakan kisah yang berbeda. Pada stint 2022-2023, dari 16 pertandingan, ia hanya mampu meraih 2 kemenangan, 6 seri, dan menelan 8 kekalahan. Rata-rata poin per game (PPG) yang hanya 0.75 mencerminkan kesulitannya dalam meraih kemenangan. Pola yang berulang adalah: diangkat untuk menyelamatkan situasi, menunjukkan sedikit perbaikan, lalu terjatuh kembali pada hasil yang tidak konsisten yang berakhir dengan pemecatan. Pada Agustus 2023, ia kembali dilepas dari posisinya setelah hasil buruk di awal musim.
Persik Kediri: Tantangan di Luar Zona Nyaman
Jika Arema adalah rumah, Persik Kediri adalah tantangan untuk membuktikan bahwa dirinya bisa berhasil di luar kandangnya sendiri. Sayangnya, petualangan ini tidak berjalan mulus. Pada periode 2020-2021, dari 10 pertandingan yang ia tangani, ia hanya meraih 2 kemenangan, 3 seri, dan 5 kekalahan (PPG 0.90). Musim 2021-2022 bahkan lebih pendek; ia dipecat setelah hanya 5 pertandingan dengan catatan 1 menang, 1 seri, dan 3 kekalahan. Performa ini menunjukkan bahwa Joko kesulitan menerapkan formula-nya di lingkungan klub yang tidak ia kuasai sedalam Arema.
Ekspedisi ke Liga Rendah dan Statistik yang Mengkhawatirkan
Pasca meninggalkan panggung utama Liga 1, karir Joko Susilo mengalami penurunan kasta yang signifikan. Ia melanglang buana ke berbagai klub di Liga 2 dan bahkan Liga 3. Pada 2025, perjalanannya semakin terjal.
- Persinga Ngawi (Maret-Mei 2025): Ia melatih tim kasta keempat ini, sebuah indikasi bahwa pasar melihat kemampuannya untuk level tertinggi telah memudar.
- RANS FC (Liga 3, Juli 2025): Ini mungkin menjadi titik terendah dalam statistiknya. Dalam 6 pertandingan, ia gagal meraih satu kemenangan pun. Catatannya: 5 seri dan 1 kekalahan. Sebuah statistik yang oleh media digambarkan sebagai “mengenaskan” dan semakin menguatkan narasi tentang penurunan kualitasnya.
| Klub/Tim | Periode | Hasil |
|---|---|---|
| Arema FC | 2017-2018 | 25 pertandingan, PPG 1.16 |
| Arema FC | 2022-2023 | 16 pertandingan, 2 menang, 6 seri, 8 kalah, PPG 0.75 |
| Persik Kediri | 2020-2021 | 10 pertandingan, 2 menang, 3 seri, 5 kalah, PPG 0.90 |
| PSG Pati (Liga 2) | 2021 | 6 pertandingan, 1 menang, 1 seri, 4 kalah, PPG 0.67 |
| PSKC Cimahi (Liga 2) | 2022 | 6 pertandingan, 2 menang, 1 seri, 3 kalah, PPG 1.17 |
| RANS FC (Liga 3) | Juli 2025 | 6 pertandingan, 0 menang, 5 seri, 1 kalah |
Penunjukan Mengejutkan: Memimpin Garuda Pertiwi
Pada 16 Juli 2025, dunia sepak bola Indonesia dikejutkan oleh keputusan PSSI. Di tengah catatan buruknya di RANS FC, Joko Susilo justru ditunjuk sebagai pelatih sementara Timnas Putri Indonesia untuk ajang AFF Women’s Championship. Keputusan ini ibarat dua sisi mata uang. Di satu sisi, ini adalah pengakuan atas loyalitas, pengalaman, dan lisensi A Pro yang ia miliki. PSSI mungkin melihatnya sebagai figur yang bisa diandalkan dalam situasi dadakan.
Seorang analis sepak bola menyatakan, “Penunjukan Joko Susilo adalah keputusan yang sangat berisiko. Di satu sisi, kita menghargai pengalamannya. Namun, menyerahkan timnas putri kepada pelatih dengan rekam jejak terkini yang buruk dan tanpa pengalaman di sepak bola wanita adalah sebuah lompatan iman yang sangat besar.”
Di sisi lain, keputusan ini menuai kritik tajam. Bagaimana mungkin seorang pelatih yang gagal di level Liga 3 tiba-tiba dipercaya memimpin tim nasional? Apakah ini sinyal bahwa PSSI kehabisan opsi? Kritik utama adalah ketiadaan pengalaman sama sekali di sepak bola wanita, sebuah domain yang membutuhkan pendekatan spesifik baik secara teknis maupun psikologis.
Proyeksi Masa Depan dan Warisan Seorang Joko Susilo
Lantas, apa yang bisa kita pelajari dari perjalanan panjang Joko Susilo? Karirnya adalah cerminan dari dinamika sepak bola Indonesia, di mana loyalitas dan “kebersamaan” sering kali memiliki bobot yang setara, atau bahkan lebih besar, daripada sekadar angka kemenangan dan kekalahan. Ia adalah produk dari sistem yang melahirkan “spesialis pelatih dadakan”, sebuah peran yang lahir dari ketidakstabilan manajemen klub-klub Indonesia.
Masa depannya pasca AFF Women’s Championship masih menjadi tanda tanya. Apakah kepemimpinan di Timnas Putri akan menjadi babak kebangkitan, atau justru penutup yang kontroversial bagi karir kepelatihannya? Jika pun ia kembali ke klub, tantangan terbesarnya adalah melepaskan diri dari citra “pemadam kebakaran” dan membangun sebuah proyek jangka panjang yang bisa membuktikan kemampuannya di luar situasi krisis.
Kesimpulan: Antara Loyalitas dan Kinerja
Joko Susilo telah meninggalkan jejaknya yang tak terhapuskan. Ia adalah legenda Arema, seorang pelatih yang berpengalaman luas, dan pemegang lisensi kepelatihan tertinggi. Namun, rekam jejak statistiknya, terutama dalam beberapa tahun terakhir, berbicara lain. Kekonsistenan, rasio kemenangan yang rendah, dan tren penurunan ke liga yang lebih rendah adalah tantangan nyata yang harus diakuinya.
Penunjukannya untuk melatih Timnas Putri Indonesia adalah sebuah teka-teki besar. Ia datang dengan beban harapan untuk membuktikan bahwa pengalaman dan ketahanan lebih berharga daripada statistik mutakhir. Apapun hasilnya nanti, nama Joko Susilo akan tetap menjadi pembicaraan, sebuah simbol dari karir kepelatihan Indonesia yang kompleks dan penuh kejutan.
Ikuti terus analisis mendalam dan berita terbaru seputar dunia kepelatihan dan sepak bola Indonesia hanya di Score.co.id.












