Formasi Borussia Dortmund 2025 Terbaru & Analisis Taktik

Susunan pemain BVB terupdate dengan strategi pelatih baru

formasi borussia dortmund 2025
formasi borussia dortmund 2025

Formasi Borussia Dortmund 2025

score.co.id – Pernahkah kita bayangkan bahwa satu bek baru bisa mengubah DNA seluruh tim? Di Signal-Iduna-Park, jawabannya ternyata ya. Musim 2025 bagi Borussia Dortmund adalah kisah dua babak: babak pertama dipenuhi kejutan, babak kedua dipenuhi ketenangan. Kisah itu berawal dari keputusan Edin Terzić untuk membangun ulang konstruksi serangan, lalu berlanjut ke keputusan manajemen menunjuk Niko Kovač untuk menyelesaikan puzzle yang masih berantakan. Di tengah derap sorak 81.365 penonton, Dortmund menemukan kembali identitasnya.

Fase 1: Inversi Maatsen dan Revolusi 3-2 Build-Up

Januari 2025. Udara masih dingin, tapi peta panas lapangan mulai berubah. Ian Maatsen, full-back anyar berusia 22 tahun, tiba dari Stamford Bridge dengan status pinjaman. Ia bukan sosok berpostur bomber, namun efeknya meledak seperti petasan Tahun Baru. Terzić langsung menempatkannya di sayap kiri, bukan untuk menyeberang ke kotak penalti, melainkan untuk “menghilang” ke dalam.

Susunan pemain BVB terupdate dengan strategi pelatih baru
Susunan pemain BVB terupdate dengan strategi pelatih baru

Saat Dortmund menguasai bola, Maatsen tak lagi berdiri di garis belakang. Ia menyelinap ke samping Salih Özcan, membentuk lini tengah ganda 3-2. Bek tengah tiga orang tetap menjaga lebar, wing-back kanan naik, dan Jadon Sancho-yang dipinjamkan kembali dari MU-dilepas bebas di flank kanan. Lawan yang biasanya menekan 4-4-2 atau 4-2-3-1 langsung kebingungan: mereka punya dua striker mengekor tiga bek, tapi tiba-tiba ditinggal lima pemain Dortmund di lini tengah. Tekanan mereka pecah, ruang terbuka, Sancho berhadapan satu lawan satu dengan bek kiri yang panik.

Mekanisme ini memuncak di Westfalenstadion ketika Dortmund menjamu VfL Bochum. Babak pertama, Dortmund tertekan 0-1. Bochum menempel man-to-man di seluruh lapangan, menutup saluran umpan terobosan. Di ruang ganti, Terzić hanya menambahkan satu instruksi: “Invert.” Maatsen tak lagi overlap, ia invert. Hasilnya: 63% penguasaan bola di babak kedua, lima peluang big chances, dua gol, dan satu clean sheet.

Baca Juga  Saat Lantunan Sholawat Iringi Witan Sulaeman yang Dapat 5 Jahitan di Kepala Usai Laga Kontra Guinea

Namun, revolusi kecil ini punya batas. Saat lawan mulai memahami trik baru Dortmund, mereka menekan lebih agresif dengan back-three-press. Kelemahan itu muncul di laga kontra Leipzig ketika Maatsen kehilangan bola di pertigaan lapangan, men-trigger serangan balik cepat, dan Dortmund kebobolan dua gol dalam tujuh menit. Inkonsistensi itu memicu tanda tanya besar: apakah solusi reaktif ini bisa bertahan sepanjang musim?

Fase 2: Kedatangan Kovač dan Fondasi 3-4-2-1

Maret 2025. Tanda tanya itu terjawab dengan tegas: Edin Terzić dipecat setelah tiga kekalahan beruntun. Masuk Niko Kovač, sosok yang pernah membawa Bayern juara Bundesliga dan Frankfurt juara Europa League. Ia datang bukan untuk patchwork, melainkan untuk rumah baru.

Kovač langsung memasang formasi 3-4-2-1. Tiga bek tengah-Nico Schlotterbeck, Mats Hummels (masih bertahan meski tawaran MLS datang), dan Waldemar Anton-membentuk segitiga kokoh. Dua wing-back, Julian Ryerson di kanan dan Ramy Bensebaini di kiri, diberi lisensi penuh untuk naik tanpa harus khawatir overlap yang kontra-produktif. Di depan mereka, Emre Can dan Felix Nmecha bertugas sebagai double-pivot, sementara duo gelandang serang Brandt-Sancho beroperasi di antara garis, memainkan “nomor 10 ganda” yang bisa tukar posisi kapan saja. Di ujung tombak, Niclas Füllkrug, bomber berusia 31 tahun, dipakai sebagai target man klasik plus pressing-trigger pertama.

Perubahan itu membuahkan hasil instan. Sejak laga perdana Kovač-melawan Wolfsburg-Dortmund tak terkalahkan dalam 11 pertandingan. Catatan pertahanan: hanya tiga kebobolan dari open play. Catatan serangan: 22 gol, rata-rata 2,0 per laga. Brandt mencetak lima assist dalam tujuh pertandingan karena ia kini punya ruang antara bek tengah dan gelandang lawan yang sebelumnya tak pernah ia miliki.

Baca Juga  44.000 pelaku usaha bergabung aktif di PaDI UMKM

Analisis Detail: Dua Cara Mengelola Transisi

Perbedaan mendasar antara Terzić dan Kovač terletak pada cara mereka mengelola transisi bertahan ke menyerang. Dalam skema 3-2 build-up Terzić, begitu bola direbut, Maatsen harus sprint 30 meter kembali ke posisi aslinya. Jika serangan balik lawan cepat, lini belakang Dortmund masih terbuka. Sementara itu, Kovač menempatkan struktur 3-4-2-1 yang memang sudah built-in balance. Begitu kehilangan bola, wing-back langsung turun, membuat back-three menjadi back-five hanya dalam tiga detik. Kepadatan itu memaksa lawan mengalirkan serangan ke sayap, area di mana Dortmund bisa melakukan pressing trap dengan tiga bek plus satu pivot.

Data menunjukkan: sebelum Kovač, Dortmund kebobolan 1,7 gol per laga dari transisi. Setelah Kovač, angka itu turun drastis menjadi 0,6. Ini bukan sekadar perbaikan, ini adalah terapi ulang seluruh DNA.

Kutipan Menarik dari Niko Kovač

“Saya tidak datang untuk menghapus kreativitas. Saya datang untuk memberi rumah bagi kreativitas itu agar tidak lari dari rumah,” ujar Kovač dalam konferensi pers usai kemenangan 3-0 atas Leverkusen. “Kalau kami kebobolan karena hanya satu wing-back naik, itu salah saya. Tapi kalau kami kebobolan karena wing-back kedua juga naik, itu bukan salah saya, itu sudah pelanggaran hukum.”

Eksperimen Eropa: Cermin Kekalahan Lawan Barcelona

Sebelum Kovač, Dortmund tampil di leg pertama perempat final Liga Champions menggunakan formasi 4-5-1 klasik. Hasilnya? Kekalahan 0-4 di Camp Nou yang memalukan. Lini tengah tertinggal 15 meter, Gavi dan Pedri bermain seperti di taman bermain. Kovač mengakui, “Itu adalah pertandingan di mana kami kehilangan identitas.”

Leg kedua, di bawah Kovač, formasi 3-4-2-1 langsung diterapkan. Hasilnya: 2-1 menang, meski tetap tersingkir agregat 2-5. Tapi setidaknya, Xavi mengakui, “Mereka membuat kami kesusahan selama 70 menit. Struktur mereka sangat rapat.” Bukti bahwa fondasi baru mulai bekerja.

Baca Juga  Harry Maguire: Apapun yang Terjadi, MU Wajib Pertahankan Gelar Juara FA Cup!

Proyeksi Akhir Musim: Dua Jalur Harapan

Dengan enam laga tersisa di Bundesliga dan Dortmund berada di posisi dua, hanya terpaut tiga poin dari Bayern, Kovač punya dua skenario:

  1. Jalur optimis: Dortmund finis runner-up, lolos langsung ke fase grup Liga Champions 2025/26. Dana segar €60 juta masuk, memungkinkan pembelian bek tengah muda dari Ligue 1 sebagai kloningan Hummels.
  2. Jalur realistis: Posisi tiga, masih harus babak play-off. Kovač diperpanjang kontrak dua tahun, tapi dengan target minimal semifinal DFB-Pokal dan perempat final Liga Champions musim depan.

Namun, yang paling menarik adalah bagaimana formasi 3-4-2-1 ini menjadi kanvas bagi remaja 18 tahun, Youssoufa Moukoko, untuk akhirnya diposisikan sebagai false-9 bergaya Firmino. Kovaç telah menguji skema itu di sesi latihan tertutup, dan laporan internal menyebut Moukoko mencetak hat-trick dalam pertandingan uji coba melawan tim U-21.

Ringkasan: Dari Solusi Kilat ke Fondasi Abadi

Perjalanan taktis Dortmund 2025 bisa diringkas dalam satu kalimat: dari reaksi kilat menuju fondasi abadi. Skema 3-2 build-up Terzić adalah jawaban pintar untuk masalah langsung, tapi ia rapuh saat musim memanjang. Sementara itu, formasi 3-4-2-1 Kovač adalah rumah permanen: kokoh, terstruktur, tapi tetap punya loteng luas untuk ekspresi kreatif. Di tengah badai Bundesliga, Dortmund akhirnya menemukan tempat berpijak yang tidak goyah.

Ingin tahu apakah Moukoko benar-benar akan jadi false-9 anyar atau kapan Hummels akhirnya gantung sepatu? Jangan lewatkan analisis taktik mingguan, data eksklusif, dan liputan langsung dari ruang ganti hanya di Score.co.id. Tap tombol berlangganan sekarang, dan biarkan kami menjadi panduan Anda menelusuri setiap langkah Borussia Dortmund menuju puncak.