SCORE.CO.ID – Prestasinya gak sebanding dengan atlet bulutangkis profesional Indonesia lainnya. Tapi satu laga ini buat PBSI terkenang, siapa dia?
Mengingat saat dunia bulutangkis Indonesia tercengang. Di pekan kedua bulan Januari tahun 2019, kejutan besar diciptakan sesosok anak bangsa berusia mudah yaitu Fitriani, pada ajang World Tour Super 300 di Thailand Master.
Nyaris kalah di babak pertama ketika menghadapi peraih medali perak Kejuaraan Dunia Junior yaitu Lee Ying Ying asal Malaysia, pebulutangkis kelahiran Garut ini malah bablas hingga meraih posisi juara.
Di final yang berlangsung relatif mudah, Fitri menumpas harapan terakhir tuan rumah; Busanan Ongbamrungoham, sekaligus mengakhiri puasa panjang tunggal putri Indonesia di level Grand Prix Gold atau setara Super 300.
Prestasi membanggakan ini seolah menjadi sinyal, jika Fitri sebagai telah hadir untuk menjadi penerus Susi Susanti.
Memiliki pola permainan yang serupa; memanfaatkan ketahanan fisik, pemain yang akrab disapa Nyai ini mengandalkan ketahanan rally. Namun, mimpi hanyalah mimpi. Alih-alih melanjutkan tongkat estafet kejayaan Sang Legenda, Fitri malah gagal memaksimalkan talenta luar biasanya.
Ia tak mampu terbang lebih tinggi lagi. Pelatnas yang menjadi temoatnya mengembleng bakat dalam beberapa tahun terakhir, harus ia tinggalkan. Mengambil keputusan berat untuk kembali ke pelukan keluarga.
Hengkang dari Cipayung tak lantas membuatnya meninggalkan bulutangkis.
Sebagai salah satu cinta pertamanya, olahraga ini terasa sulit untuk ia lepas begitu saja. Di beberapa turnamen, Fitri kembali mengangkat raketnya untuk berburu gelar.
Meski bukan di level tertinggi, tapi dara binaan PB Exist ini ingin membuktikan eksistensinya. Bukan hanya turun di nomor andalannya, tetapi mengambil tantangan untuk bertarung di sektor ganda.
Hasilnya cukup baik, di mana tahun ini, ia sukses menjuarai dua kejuaraan Series di Bonn dan Lithuania bersama salah satu keluarga klan Mainaky; Alden Lefilson Mainaky di ganda campuran.
Fitriani, bagaimanapun pernah menjadi salah satu bagian penting di tubuh tunggal putri Indonesia.
Sebelum Putri Kusuma Wardani dan Gregoria Mariska Tunjung menjuarai turnamen BWF World Tour Super mereka, Fitriani sudah melakukannya lebih dulu.
Dia juga punya kecepatan yang sangat baik dalam melakukan dropshot, tetapi sayangnya stamina dia sangat kurang untuk bermain di level Super 500 dan Super 1000.
Sekarang Fitri sudah jadi bagian dari atlet legenda badminton Indonesia meksi prestasinya tak sebanding, kenangan perjuangannya akan tetap melekat di hati BL Lovers.