Erik ten Hag Dipecat Bayer Leverkusen
Dunia Sepakbola Dikejutkan Keputusan Dramatis
Score.co.id – Dunia sepakbola kembali berguncang dengan keputusan mengejutkan: Erik ten Hag dipecat Bayer Leverkusen hanya setelah tiga pertandingan resmi pada 1 September 2025. Keputusan ini bukan sekadar reaksi impulsif terhadap hasil buruk, melainkan puncak dari drama yang telah terlihat sejak Ten Hag menginjakkan kaki di BayArena. Bagaimana seorang pelatih yang dianggap sebagai penerus ideal bisa jatuh begitu cepat? Berikut analisis mendalam dari para ahli.
Dari Puncak Kejayaan Menuju Ketidakpastian
Ambisi Leverkusen dan Harapan pada Ten Hag
Bayer Leverkusen memulai babak baru dengan ambisi besar setelah kesuksesan era Xabi Alonso, yang membawa klub meraih gelar Bundesliga tanpa terkalahkan dan DFB-Pokal. Erik ten Hag, yang baru saja dipecat dari Manchester United pada Oktober 2024, diharapkan melanjutkan kejayaan tersebut. Namun, latar belakangnya menjadi pertanda awal yang kurang menguntungkan.

Risiko Penunjukan Ten Hag
Para ahli sepakbola Jerman menilai penunjukan Ten Hag sebagai risiko besar. Direktur Pelaksana Olahraga Leverkusen, Simon Rolfes, awalnya memuji visi permainan Ten Hag yang dominan dan teknis. Namun, kepergian pemain kunci seperti Florian Wirtz, Jeremie Frimpong, dan Jonathan Tah meninggalkan lubang besar dalam skuad. Ten Hag tidak hanya dituntut mempertahankan kesuksesan, tetapi juga membangun ulang tim dari nol.
| Pemain Kunci yang Pergi | Posisi | Dampak pada Tim |
|---|---|---|
| Florian Wirtz | Gelandang Serang | Kehilangan kreativitas lini tengah |
| Jeremie Frimpong | Bek Kanan | Melemahkan serangan sayap |
| Jonathan Tah | Bek Tengah | Mengurangi stabilitas pertahanan |
Tiga Pertandingan yang Menentukan Nasib
Masa jabatan Ten Hag di BayArena singkat namun penuh drama. Berikut adalah sorotan dari tiga pertandingan yang mengantarkannya pada pemecatan.
1. Kemenangan Palsu di DFB-Pokal
Pertandingan perdana melawan SG Sonnenhof Großaspach, tim divisi empat, berakhir dengan kemenangan meyakinkan 4-0. Hasil ini menciptakan ilusi bahwa tim sudah berada di jalur yang benar. Namun, para pengamat menegaskan bahwa lawan yang lemah tidak mencerminkan kesiapan taktis tim, dan masalah sebenarnya segera terungkap.
2. Kekalahan Memalukan di Kandang
Pertandingan liga perdana melawan Hoffenheim menjadi mimpi buruk. Leverkusen kalah 1-2 di BayArena, memicu kekecewaan besar dari suporter yang baru saja merayakan gelar juara. Performa tim terlihat tidak terorganisir, dan strategi Ten Hag mulai dipertanyakan.
3. Kapitulasi Tragis Melawan Werder Bremen
Puncak kegagalan terjadi saat melawan Werder Bremen. Leverkusen unggul 3-1 dengan lawan bermain 10 orang, namun kebobolan dua gol di menit-menit akhir, termasuk gol penyeimbang pada menit ke-94. Hasil imbang 3-3 ini menjadi bukti kegagalan taktis dan mental, dengan tim kehilangan kendali di saat krusial.
| Pertandingan | Lawan | Hasil | Catatan |
|---|---|---|---|
| DFB-Pokal | SG Sonnenhof Großaspach | Menang 4-0 | Kemenangan melawan tim lemah |
| Bundesliga | Hoffenheim | Kalah 1-2 | Kekalahan memalukan di kandang |
| Bundesliga | Werder Bremen | Imbang 3-3 | Kebobolan di menit akhir |
Kata Para Ahli: Analisis di Balik Pemecatan
Pemecatan Ten Hag memicu beragam tanggapan dari para ahli sepakbola, dengan pandangan terbagi antara yang menyebutnya terburu-buru dan yang menganggapnya tepat.
Pendapat Simon Rolfes dan Fernando Carro
Simon Rolfes menyatakan bahwa pendekatan Ten Hag tidak cocok untuk membangun tim baru. Sementara itu, CEO Fernando Carro menegaskan bahwa perpisahan di awal musim diperlukan untuk menyelamatkan masa depan klub. Keduanya menyoroti ketidakcocokan filosofi sebagai alasan utama.
Kritik terhadap Mentalitas dan Metode Ten Hag
Setelah hasil imbang melawan Bremen, Ten Hag secara terbuka menyalahkan pemain, menyebut mereka kurang bugar dan intensitas. Komentar ini memicu ketegangan, karena para pemain yang baru saja juara merasa tidak dihargai. Menurut ahli manajemen sepakbola, ini adalah kesalahan fatal dalam kepemimpinan. Ten Hag memperlakukan tim juara sebagai proyek jangka panjang, padahal Leverkusen membutuhkan evolusi, bukan revolusi.
Dampak Jangka Panjang
Bagi Bayer Leverkusen
Pemecatan Ten Hag adalah langkah untuk mencegah kerugian lebih besar. Klub kini mencari pelatih yang mampu mengembalikan kepercayaan diri dan semangat juang. Nama seperti Julian Nagelsmann disebut-sebut sebagai calon pengganti, meski belum ada keputusan resmi.
Bagi Erik ten Hag
Kegagalan di Leverkusen menambah daftar tantangan dalam kariernya setelah Manchester United. Untuk bangkit, ia perlu mengevaluasi pendekatan manajemen pemain dan fleksibilitas taktisnya. Tanpa perubahan, peluang melatih di level tertinggi bisa semakin menipis.
Kesimpulan: Pelajaran Berharga dari Kegagalan
Kisah Erik ten Hag di Bayer Leverkusen menunjukkan tingginya tuntutan dalam sepakbola modern. Seorang pelatih harus memiliki visi taktis, kemampuan adaptasi, dan keterampilan mengelola ego pemain. Meski pemecatan ini terlihat keras, para ahli sepakat bahwa langkah ini diperlukan untuk menyelamatkan musim Leverkusen.
Bagi penggemar, ini adalah pengingat bahwa kesuksesan tidak dijamin oleh nama besar. Chemistry antara pelatih, pemain, dan manajemen adalah kunci. Leverkusen kini harus bangkit, sementara Ten Hag perlu merenungkan langkah selanjutnya.
Tetap Terupdate dengan Score.co.id
Jangan lewatkan berita sepakbola terkini dan analisis mendalam lainnya hanya di Score.co.id, sumber terpercaya untuk dunia sepakbola.












