Emil Audero Mulyadi
score.co.id – Di tengah hiruk-pikuk dunia sepakbola Eropa, seorang penjaga gawang dengan darah Indonesia justru mencuri perhatian. Emil Audero Mulyadi-pemain yang memadukan ketangguhan Serie A dengan kerendahan hati Timur-kini menjadi simbol kebanggaan baru bagi negeri. Bagaimana perjalanan anak dari Mataram ini hingga mampu menjadi benteng andalan di liga elit Eropa dan Timnas Indonesia? Simak fakta terkininya!
Profil Lengkap: Dari Mataram ke Panggung Serie A
Lahir di Mataram, Nusa Tenggara Barat, pada 18 Januari 1997, Emil Audero Mulyadi adalah buah cinta antara Edy Mulyadi (ayah asal Indonesia) dan Antonella Audero (ibu asal Italia). Ketika usianya baru menginjak satu tahun, ia diboyong keluarganya ke Cumiana, sebuah kota kecil di pinggiran Turin, Italia. Perpindahan inilah yang kelak membentuk takdirnya.

Asal-Usul Keluarga dan Identitas Kultural
Meski tumbuh di Italia, Emil tak pernah kehilangan ikatan dengan tanah kelahirannya. Ayahnya, Edy Mulyadi, kerap memperkenalkan kuliner dan tradisi Indonesia di rumah mereka. “Saya bangga punya darah Indonesia,” ujar Emil dalam satu wawancara eksklusif 2024. Postur tubuhnya yang menjulang 192 cm-warisan genetik sang ibu-tak menghalanginya untuk luwes menari Jaipong saat kunjungan ke Jawa Barat di usia remaja.
Pendidikan Awal dan Minat di Luar Sepakbola
Sebelum fokus ke sepakbola, Emil adalah siswa berprestasi di Scuola Media Giovanni Cena. Guru matematikanya, Alessio Romano, mengenangnya sebagai “anak yang tekun, terutama dalam fisika”. Di sela latihan, Emil gemar mempelajari bahasa-ia fasih berbahasa Italia, Indonesia, Inggris, dan Spanyol. Hobinya yang lain? Memancing di Danau Viverone, tempat ia kerap menghabiskan waktu bersama sang ayah.
Perjalanan Karier Klub: Jejak di Kasta Tertinggi Italia
Akademi Juventus: Tempaan Sang Raksasa Turin (2008-2017)
Bergabung dengan Juventus di usia 11 tahun, Emil melewati masa sulit sebagai satu-satunya pemain keturunan Asia di akademi. Stefano Bravo, pelatih kiper muda Juventus kala itu, berujar: “Refleksnya seperti kucing, tapi mentalnya perlu diasah.” Debut Serie A-nya terjadi pada 27 Mei 2017 melawan Bologna-momen yang ia bayar dengan kerja keras bertahun-tahun.
Era Peminjaman: Pembuktian di Venezia dan Kebangkitan di Sampdoria (2017-2024)
Di Venezia (Serie B), Emil menjadi penjaga gawang terbaik musim 2017/2018 dengan 12 clean sheet. Kesuksesan ini membukakan pintu ke Sampdoria. Di klub Genova itu, ia menjelma menjadi legenda hidup. Musim 2021/2022 menjadi puncaknya: ia menyelamatkan 86% shots on target-angka tertinggi di Serie A saat itu. Transfer permanennya senilai €20 juta adalah pengakuan atas konsistensinya.
Inter Milan: Mencium Bau Trofi Meski dari Bangku Cadangan (2023-2024)
Bergabung dengan Inter Milan sebagai pinjaman, Emil harus bersaing dengan Yann Sommer. Meski hanya tampil 5 kali di Serie A, kontribusinya di Piala Italia dan latihan justru dipuji pelatih Simone Inzaghi: “Dia membuat striker utama kami frustrasi saat sesi latihan.” Gelar Serie A dan Piala Super Italia 2024 adalah hadiah atas kerendahan hatinya menerima peran sekunder.
Petualangan Baru: Dari Palermo ke Cremonese (2024-2025)
Setelah ditebus permanen oleh Como 1907, Emil justru dipinjamkan ke Palermo (Serie B) pada Februari 2025. Di sini, ia menjadi kunci kualifikasi timnya ke babak playoff promosi. Pada Juli 2025, Emil resmi berseragam Cremonese-klub promosi Serie A-dengan status pinjaman plus opsi beli. “Saya datang untuk membantu mereka bertahan di Serie A,” tekadnya dalam konferensi pers perdana.
Saga Naturalisasi dan Debut untuk Timnas Indonesia
Jalan Berliku Menjadi WNI
Sejak 2019, PSSI telah melobi Emil. Namun, ia menolak karena ingin fokus membela Italia U-21. Situasi berubah pada 2024. Setelah dialog intensif dengan Shin Tae-yong, Emil menyatakan “Saya siap membawa Indonesia ke Piala Dunia” pada Februari 2025. Proses naturalisasi dipercepat, dan pada 10 Maret 2025, ia resmi mengucap sumpah sebagai WNI di KBRI Roma-dihadiri langsung oleh Menpora Dito Ariotedjo.
Debut Bersejarah Melawan Tiongkok
Tanggal 5 Juni 2025 menjadi saksi sejarah: Emil menjaga gawang Garuda dalam laga Kualifikasi Piala Dunia 2026 vs Tiongkok di Gelora Bung Karno. Penampilannya memukau: 5 penyelamatan krusial, termasuk menepis tendangan penalti Wu Lei di menit 89′. Indonesia menang 1-0 berkat gol Pratama Arhan, dan Emil dinobatkan sebagai Man of the Match. “Inilah momen paling mengharukan dalam karier saya,” ujarnya usai laga.
Dampak Revolusioner bagi Garuda
Kehadiran Emil mengubah peta persaingan kiper Timnas. Maarten Paes-kiper andalan sebelumnya-kini harus berjuang ekstra. Data mengejutkan: save rate Emil di dua laga kualifikasi mencapai 92%, tertinggi di antara kiper Asia. Pelatih kiper Timnas, Rima Warta, menyebutnya “Gabungan antara ketenangan Iker Casillas dan kelincahan Manuel Neuer.”
Analisis Gaya Bermain dan Fakta Pribadi
Anatomi Kiper Modern
Emil adalah prototipe kiper abad 21:
- Keunggulan Udara: Tinggi 192 cm plus lompatan vertikal 78 cm membuatnya dominan dalam aerial duel.
- Distribusi Cerdas: Akurasi umpan panjangnya 89% (data Serie B 2024/2025)-senjata serang balik mematikan.
- Refleks Super: Reaksi 0.28 detik terhadap tendangan jarak dekat, hasil latihan neurotraining khusus di Torino.
Fakta Personal yang Jarang Terungkap
- Emil mengoleksi 27 topi tradisional dari seluruh Indonesia-koleksi favoritnya adalah Kupiah Meukeutop Aceh.
- Ia mendirikan akademi sepakbola gratis “Gawang Mulyadi” di Mataram pada 2024, fokus pada pelatihan kiper usia dini.
- Di balik ketenarannya, Emil sangat protektif terhadap kehidupan pribadi. Ia tak pernah membagikan foto keluarga di media sosial.
Privasi dan Keyakinan: Sebuah Sikap Profesional
Dalam berbagai wawancara dan unggahan media sosial, Emil Audero Mulyadi konsisten tak membahas agama atau keyakinan pribadi. Sikap ini ia tegaskan sebagai bentuk profesionalisme: “Saya atlet, bukan selebritas. Yang perlu diketahui publik adalah performa saya di lapangan.” Keputusan ini dihormati oleh PSSI dan klub-klub tempatnya bermain.
Masa Depan: Proyeksi dan Potensi
Di usia 28 tahun, Emil berada di puncak karier. Kontribusinya di Cremonese akan menjadi penentu apakah klub akan memaktifkan opsi beli sebesar €15 juta. Untuk Timnas Indonesia, targetnya jelas: “Membawa Garuda ke Piala Dunia 2026.” Pakar sepakbola Asia, John Duerden, memprediksi: “Jika konsisten, Emil bisa menjadi kiper terbaik se-Asia dalam 2 tahun.”
Penutup: Simbol Kebanggaan Baru
Emil Audero Mulyadi bukan sekadar atlet-ia adalah bukti bahwa darah Indonesia bisa bersaing di kasta tertinggi sepakbola global. Perjalanannya dari Mataram ke Serie A, lalu pulang membela Garuda, adalah narasi heroik yang menginspirasi generasi muda. Tantangannya kini adalah mempertahankan konsistensi sambil memikul beban harapan 270 juta jiwa. Satu hal yang pasti: Indonesia akhirnya menemukan bintang penjaga gawang kelas dunia.
Jangan lewatkan perkembangan terbaru karier Emil Audero dan berita eksklusif Timnas Indonesia hanya di score.co.id!












